31

3.3K 727 92
                                    


Tak ada yang berbicara sepanjang jalan. Yunho memilih menaiki mobil SUV miliknya ketimbang skuter yang biasa dinaiki. Jaejoong tidak tahu lagi apa yang bisa ia katakan agar Yunho mau mengerti. Semuanya bagai sia-sia. Mungkin jika tidak ada teman-temannya, Yunho akan membiarkannya saja.

Menatap sekilas pria itu ketika tiba di depan rumahnya, Jaejoong merasa sedih. Apa Yunho ingin hubungan mereka memang kandas? Demi apa saja, pria itu bahkan sudah bertemu dengan orang tuanya. Meyakinkan ayahnya lalu sekarang seolah tak ada artinya.

Melepas seatbelt, Jaejoong mengambil tasnya. Tanpa sepatah kata ia turun dari mobil Yunho. Pria itu bergeming, dan hal itu menyakitkan untuk Jaejoong. Ia tak pernah dibuat seperti ini. Jaejoong tak pernah mengemis cinta pria. Jika sudah berakhir, maka berakhir. Ia tak ingin memperdebatkan dan seolah sangat membutuhkan pria itu. Tapi berbeda dengan Yunho.

Membuka pintu pagar rumahnya, mobil Yunho masih tak jalan. Ia tidak ingin berbalik. Dan terus melangkah ke depan. Hingga ia masuk barulah pria itu pergi. Entah, apa Yunho masih memiliki perasaan padanya atau secepat itu lenyap.

Bergegas ke kamarnya, Jaejoong tidak ingin orang tuanya memergokinya sedang menangis. Tetapi ia baru masuk ke dalam kamar, tiba-tiba suara seseorang menginterupsi dari belakang.

"Hey, aku menunggumu dari tadi!"

Ia berbalik, dan terkejut mendapati seorang pria berdiri beberapa langkah darinya. Menutup mulutnya, Jaejoong lantas berdecak dan berlari ke dalam pelukan pria itu.

"Kau sangat merindukanku hingga menangis tersedu seperti ini atau bagaimana?"

"Myungsoo, aku sedih aku...aku..."

"Ceritakan di kamar saja! Ayo!"

.
.
.

Jaejoong memoles make up tipis seperti biasa. Perasaannya membaik setelah bercerita dengan Myungsoo. Well, pria itu adalah adiknya yang bandel. Myungsoo kembali ke rumah dari asrama tempatnya disekolahkan. Karena bandel, ayahnya tidak tahan dengan pria remaja yang akan segera lulus dari SMA itu.

Sesudah mengoles make up, Jaejoong turun ke bawah. Ibunya yang cantik sudah menyiapkan sarapan, dan Myungsoo sudah ada duduk di kursinya dengan mengunyah sandwitch.

"Aku akan mengantar Kakak ke kampus, aku boleh pakai motorkan Ayah?" tanya pria itu dengan wajah polos.

"Tapi kita tetap pada kesepakatan, hmm?"

"Tentu saja! Aku tidak mau ke luar negeri!" sahut Myungsoo dan mendapat sambutan tawa dari keluarga kecil mereka.

"Aku akan menemani Myungsoo ke mall, dia mengatakan memerlukan beberapa pakaian baru untuk di asrama. Apa Mama tidak mengirimkan pakaian untuknya?"

Nana mendelik, "Dia selalu Mama kirimkan pakaian tapi dia selalu menjualnya dengan teman-temannya. Tanyakan sendiri pada adik nakalmu itu!"

Jaejoong mendelik menatap Myungsoo, dan sang adik berdeham pelan. "Aku akan mentraktirmu, Kak. Jangan khawatir!"

Tertawa, Jaejoong mengacak lembut rambut adiknya. Setidaknya perasaan sedihnya karena Yunho terarasi sedikit karena kehadiran adiknya. Ia sangat menyayangi Myungsoo, begitu pula sebaliknya.

"Ayo habiskan makanmu, Kak. Aku akan mengantarkanmu dan membuat para gadis kampus menjerit!"

Mendengar perkataan Myungsoo, Nana terkejut. Dan Hyunbin tertawa, anak mereka memang sudah remaja semua. Tak terasa. Hyunbin menatap Nana yang menggeleng memperhatikan kedua anaknya.

"Apa kita perlu anggota keluarga baru, karena sepertinya mereka sudah besar sekali. Aku rindu menggendong seorang anak!"

Mulut Nana terbuka lebar, dan hal itu terjadi pada Jaejoong dan Myungsoo. Ketiga orang itu lalu tertawa dan menatap menggoda pada ketua keluarga.

"Ayah ingin adik baru! Aku tidak masalah, lagi pula aku ingin adik penurut bukan seperti Myungsoo!" tandas Jaejoong, dan semua tertawa karena ucapannya.

Tidak apa-apa jika cintanya terbang ke udara, asalkan kehangatan keluarga ini tidak terampas darinya dan keluarganya. Jaejoong masih bisa tersenyum, karena keluarganya tidak akan pernah berbalik untuk memusuhinya.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" -bow-.

Kalau complete di sini, keknya oke deh 😊😊😊 .

Thank for voted dan komentar.

.
.
.

Let Me Kiss YouWhere stories live. Discover now