Chapter 2: Three Shooting Stars

30 1 0
                                    

Setelah menunggu tiga jam lamanya, Amaya malah menjadi bosan. Apakah mereka bisa kesusahan mencari nama yang tepat untuk mereka? Ia tidak tahu, tetap memandangi muka mereka yang serius, wanita berambut perak hanya membalik-balikkan halaman buku membuatnya gregetan.

'Ini cewek mau main-main atau apa sih?' gumam Amaya dalam hati.

Akhirnya, setelah beberapa menit keheningan...

"Baiklah, aku akan menamai diriku sebagai Taiki, bagaimana menurutmu Amaya-san?" tanya Maker kebingungan.

Amaya mengacungkan jempol padanya, "Nama yang bagus, menurut mitologi nama itu ada hubungannya dengan bulan. I love it!" 

"Baiklah, sekarang panggil saja aku Taiki. Bagaimana denganmu Fighter dan Healer? Sudahkah kalian mencari nama yang cocok untuk kalian berdua?" Tanya Taiki memandangi keduanya.

"Ah, ini terasa susah sekali bagiku. Bisa bantu, Amaya-san?" Tatap Fighter kebingungan.

Amaya mengambil buku didepan fighter dan mencoba memilih. "Sini." 

Setelah membolak-balikkan beberapa halaman, gadis berambut hitam itu menemukan nama yang cocok untuk wanita berambut pony-tail tersebut. 

"Bagaimana kalau Seiya saja?" tanyanya.

"Wah, nama yang bagus tuh! Kalau begitu panggil aku Seiya sekarang!" balas Seiya.

Amaya memandangi wanita berambut perak bermata hijau yang sedari tadi diam, Taiki dan Seiya mulai mengikuti arah pandangannya juga.

"Healer bagaimana denganmu?" balas Seiya.

Hening Seketika...

~~

~~

~~

Amaya menutup buku tersebut dengan bunyi yang keras membuat Taiki dan Seiya kaget dengan tingkahnya. "Jika kau tak memilih nama, biar aku saja. Mulai hari ini namamu Yaten. Setuju semua?" 

"Setuju!" balas Taiki dan Seiya berbarengan.

Healer menatap mata merahnya, mengingatkan ia kepada seorang wanita. Ia pun terkejut dengan omongannya, wanita itu berdiri. "Apa? seenaknya saja kau memberiku nama!" 

"Habisnya kau malah diam saja. Kayak orang gak punya kerjaan saja! Mendingan kalian istirahat sana! Taiki dan Seiya bisa memakai baju Ayahku, dan kau bisa pakai bajuku." balas Amaya menghadapinya.

"Apakah kami tidak menganggu, Amaya-san?" balas Taiki.

Perempuan berambut hitam itu berdiri dan berjalan menghadap jendela besar, dia pun menggelengkan kepala. "Tidak apa- apa, Taiki. Lagipula kedua orang tuaku jarang pulang kerumah. Mereka cuma pulang setahun kali atau dua tahun sekali. Kalau kalian tinggal disini pasti aku tidak akan kesepian lagi.

Yaten menatap perempuan itu, wajahnya dipenuhi kesedihan. Ia masih tak ingin percaya bahwa gadis itu adalah reinkarnasi kekasihnya. rambutnya yang panjang seperti menyilaukan matahari.

"Maafkan aku bertanya seperti itu. Kalau begitu kami bertiga permisi dulu." balas Taiki merangkum kedua temannya ke ruangan yang dituju.

Mereka bertiga pergi ke kamar tempat mereka beristirahat. 

"Kurasa dia itu gadis yang baik. Bagaimana kalau kita nanti mengatakan situasi kita padanya?" tanya Seiya berjalan.

"Aku masih merasa ragu, tetapi dia sudah membantu kita. Kalau dia tidak menemui kita sedari tadi, kemungkinan kita jadi bahan tontonan manusia bumi kali." balas Taiki.

"Jadi, gimana menurutmu Yaten? Mau beritahu dia?" tanya Seiya.

"Boleh. Terserah saja, lagipula sepertinya dia tidak membahayakan." jawab Yaten.

Taiki dan Seiya menatap satu sama lain, untuk pertama kalinya gadis berambut perak ini setuju dengan pertanyaannya.

Yaten menatap mereka kebingungan.

Setelah sampai di dalam ruangan tersebut, mereka pun tidur pulas.

Amaya mengikuti dan melihat mereka. Ia hanya tersenyum saja dan memberikan mereka selimut. Gadis itu menaruh 3 baju di meja untuk mereka pakai nantinya dan ia pun berjalan keluar dan menutup pintu pelan-pelan.

The Stars collide with Earth ( A Sailor Moon fanfic) [COMPLETED]Where stories live. Discover now