Chapter 4: Yaten's Only Regret

25 0 0
                                    

Hari itu, saat malam tiba. Yaten berpikir jika ia tahu Kerajaan Bumi dihancurkan, pasti dia bisa menyelamatkan orang itu yang mengores hatinya. Dia mulai menutup diri setelah kepergiannya. Wanita berambut perak itu terdiam duduk di jendela sambil memandangi kalung kecil berbentuk bintang pemberian gadis tersebut. 

'Jika saja kau ada disini bersamaku saat ini, Callista....Amaya tidak mungkin adalah reinkarnasimu! Aku takkan percaya...' gumamnya dalam hati.

Ia menatap langit malam dimana bulan menyinari kamarnya, ia ingin pujaan hatinya kembali. Pesan terakhir dari wanita itu masih membekas dihatinya. Senyumannya seperti matahari senja di sore hari, ia masih ingat bagaimana dia selalu bahagia.

~Yaten Pov~

Aku menyesali disaat sang putri dulu mengatakan bahwa bumi dihancurkan, seperti didalam hatiku sebuah kaca pecah begitu saja dan membuat hatiku terasa perih. Aku bertemu dengannya didalam mimpi, wanita itu seperti tidak ada rasa penyesalan sama sekali, wanita itu hanya tersenyum lembut padaku. 

~Masa Lalu di dalam mimpi~

"Aku akan bereinkarnasi menjadi manusia biasa, apakah kau akan mengenaliku nantinya? Kemungkinan aku akan melupakan dirimu, Healer. Tetapi, jangan lupa. Aku selalu mencintaimu apa adanya. Jika kita bertemu lagi di masa depan, tolong lindungi inkarnasiku, kumohon." balas wanita berambut hitam itu dengan memeluk Healer didalam mimpi.

~Masa kini~

Kata-kata itu masih bergema didalam pikiranku, tetapi setiap aku membayanginya wanita itu bernama Amaya terus membayangi pikiranku, apakah dia.....Tidak mungkin. Aku tidak ingin percaya, dia dan Callista sangat berbeda. 

Amaya mengetuk pintu kamar Seiya dan Taiki memanggil mereka untuk makan bersama akhirnya ia sampai dikamar Yaten, ia pun mencoba mengetuk pintu. 

"Yaten, makan malam yuk. Kau belum makan kan?" tanya Amaya sambil mengetuk pintu.

Suara gadis itu membuat Yaten kembali ke dunia nyata. Ia pun berdiri dan membuka pintu. "Apa sih? berisik amat?" 

"Aku memanggilmu untuk makan, masa dari tadi gak denger?" balas Amaya.

"Oh maaf, aku tidak mendengarnya. Ya sudah ayo makan." balas Yaten keluar kamar dan duduk di meja makan bersama Taiki dan Seiya.

Amaya berdiri didepan kamar Yaten terdiam. Lho? sejak kapan dia begitu? Tetapi Amaya merasa ada kesedihan diwajahnya seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga. Wanita itu menutup pintu kamar dan makan bersama mereka.

"Maaf ya menunggu lama." sahut Amaya duduk di kursi. 

"Oh, tidak apa-apa Amaya-san. Kami seharusnya berterimakasih kepadamu." balas Taiki tersenyum.

"Ya kalian cicipi saja nasi gorengnya, aku jarang masak jadi aku ragu bagaimana rasanya nanti. hehehe.." balasnya sambil tertawa.

Seiya mencoba mencicipinya perlahan, "Ini enak!" sahut Seiya.

"Dih! Seiya berisik tahu. Jangan berteriak di telingaku!" balas Yaten.

"Lah, kamu mau makan tidak, Yaten? Kalau tidak kumakan nih!" balas Seiya mencoba mengambil piring si rambut perak.

Yaten seketika memukul tangan Seiya. 

"Ouch! pelan-pelan kek!" balas Seiya merintih kesakitan.

"Siapa bilang aku tidak mau makan? Aku pasti makanlah! kalau tidak nanti aku kelaparan." balas Yaten mengembungkan wajahya.

Amaya melihat expresi Yaten tersebut membuat dadanya berdegup kencang. 

Seiya melihat Amaya terdiam dan mencoba memanggilnya. "Amaya?" 

"Ya?" jawabnya.

"Ada apa?" tanya Seiya khawatir.

"Oh, tidak apa-apa.." Amaya memalingkan wajah.

Yaten melihat interaksi keduanya menjadi sedikit marah dan meninggalkan meja makan, ia pun kembali ke kamar.

"Eh? ada apa dengan Yaten?" balas Amaya.

"Oh, dia memang seperti itu kadang-kadang. Jangan dihiraukan." balas Taiki.

"Kalau kalian sudah selesai makan, cepat tidur saja. Kalian mau audisi kan besok?" balas Amaya.

Keduanya mengangguk pelan, menghabiskan sisa makanan dan kembali ke kamar untuk bersiap-siap tidur. Amaya membersihkan meja makan dan dapur sendirian. Setelah semua selesai, dia memberanikan diri ke kamar Yaten.

"Yaten, kau sudah tidur belum?" tanya Amaya pelan.

Yaten mendengar suaranya tapi ia malah diam, dia sedikit kesal dengan interaksi Seiya dan dirinya. Apakah perasaan amarah tersebut? 

Tidak ada jawaban.

Tak ada respon.

Akhirnya, Amaya kembali ke kamar dan tidur. 


The Stars collide with Earth ( A Sailor Moon fanfic) [COMPLETED]Where stories live. Discover now