Chapter 15: A Silent Date the Sailor Senshi has better understanding?!

22 0 0
                                    

Pagi ini Taiki ada acara sebagai guest disuatu game center, Amaya akan pergi berjalan-jalan dengan lelaki yang ia cintai, yaitu Yaten. Karena masalah dari 2 minggu yang lalu membuat semua depresi berat, akhirnya Amaya mengajak Yaten untuk pergi hanya berdua saja. Sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu berdua. 

"Yaten, maafkan aku membawamu kesini." ucap Amaya masih takut terhadap sikap Yaten.

"Tidak apa-apa. Aku juga seharusnya memikirkanmu. Setelah kau membeberkan rahasiamu ada kelompok senshi sebelah. Aku tidak bisa diam. Lagipula kau ini bodoh sekali." balas Yaten memukul kepalaku dengan lembut.

Amaya mengangguk.

"Jangan sedih lagi ya. Aku juga minta maaf telah memojokkanmu seperti itu dua hari yang lalu." balas Yaten tersenyum.

"Tidak apa-apa. Kita mau kemana?" tanya Amaya.

"Kemanapun kau mau." ucap Yaten menaruh kedua tangannya didalam saku celananya. 

"Hmm..bagaimana kalau kita melihat game center itu?" balas Amaya berpikir.

"Game center? maksudmu acara Taiki yang sedang dia lakukan itu?" tanya Yaten bingung.

"Aku suka game jadi..." balas Amaya malu.

"Baiklah, ayo kita pergi. Aku tidak tahu kalau kau suka game yang seperti itu." balas Yaten.

"Ahahaa iya..." Amaya tertawa, dia tidak ingin Yaten tahu sisi aslinya dirinya saat bermain game bisa gawat.

Mereka jalan bergandengan dan sampai distudio. Taiki kaget melihat mereka. Amaya menonton dari TV yang disiarkan distudio. Amaya melihat para peserta bermain mereka seperti bersemangat melakukannya. Tiba-tiba Seiya datang nimbrung.

"Yo!" balas Seiya.

"Woi, gimana sih? pencet tombol itu! Mainnya gimana itu peserta kayak gak punya strategi saja!" seru Amaya seperti terhanyut dalam permainan game.

Yaten dan Seiya kaget dengan perilakunya yang berkata kasar. Amaya sadar kalau Yaten dan Seiya berada didalam ruangan. Ia mulai menengok kearah keduanya. Mereka diam sebentar lalu tertawa terbahak-bahak.

"M-maafkan aku!" Amaya malu sekali dan menunduk kebawah.

"Ya ampun, Amaya! kau lucu sekali!" balas Seiya tertawa kencang.

Yaten tertawa sedikit lalu mulai kesal dengan sikap Seiya. "Berhenti tertawa ditelingaku! Jangan membuat Amaya malu seperti itu! dia itu pacarku tahu!" balas Yaten memeluk Amaya.

"Ya, deh!" balas Seiya.

Tiba-tiba Taiki masuk mendobrak pintu.

"Ada apa Taiki?" tanya Amaya khawatir.

"Aku...." jawab Taiki.

"Apa? kau meninggalkan Mercury disana sendirian? Apakah kau lupa sesuatu? Apa yang sang Putri katakan kalau seperti ini?! Apakah kau melupakan itu semua?" teriak Seiya.

Yaten hanya menatap Seiya. Taiki diam menggengam tangannya. 

"Sepertinya kita semua salah. Bukannya kita kehilangan sesuatu? Aku tidak suka ini!" tanya Seiya dan diapun langsung lari.

"Taiki, mungkin kau masih ragu untuk mengatakan perasaanmu. Tetapi, melindungi seseorang yang membutuhkan adalah hal yang terbaik yang bisa kita lakukan. Tidak perduli mereka berasal dari mana, asal usulnya darimana. Selama kau punya hati yang tulus. Perasaan bisa berubah menjadi kekuatan." balas Amaya memegang dadanya.

Yaten melihat Amaya bersinar disaat ia mengatakan semua kata-kata itu. Setelah itu, Taiki akhirnya sadar dan pergi ketempat Mercury berada begitu juga Yaten mengikutinya. Amaya mengikuti dari belakang mereka pun langsung henshin. Taiki melindungi Mercury dan menyerang Phage tersebut.

"Kami tidak bisa hanya diam dan melihat!" balas Healer.

"Mari kita habisi dia!" balas Maker.

"Hentikan! Jangan bunuh dia!" balas Mercury.

"Apa yang kau katakan, Nona berhati lembut? Kau ada disituasi yang berbahaya! Fighter?" balas Maker.

Fighter mencegah Maker untuk tidak terlibat. "Mereka belum menyerah! Mereka mengorbankan tubuhnya! Mereka takkan menyerah, mereka mencoba menyelamatkan hidup seseorang! Disaat Galaxia menyerang planet kita, kita malah pergi meninggalkannya, apakah kau pikir itu cara yang benar?"

"Apa kau ingin mengatakan kita harus lenyap bersama planet kelahiran kita?" tanya Maker.

"Jika kau menyerah maka semua berakhir disitu." balas Fighter.

"Tunggu dulu!" balas Sailor Moon.

"Sailor Moon.." gumam Maker.

Sailor moon tiba-tiba muncul dan memurnikan phage tersebut. Semua kembali normal. Amaya menggapai wanita yang pingsan dalam dekapannya. 

"Sebuah cahaya yang belum tahu arti menyerah?" gumam Maker.

Hari pun menjelang sore, matahari mulai terbenam diarah timur. Mereka pun berbicara seperti biasanya.

"Walaupun kita memakai kostum itu, kita tidak bisa menang?" balas Rei.

"Kita seharusnya jangan terlalu bersemangat. Aku menyesalinya sekarang!" balas Minako.

"Ah, semuanya kembali normal. bukannya itu bagus Usagi?" balas Amaya menatapnya.

"Amaya-san...terimakasih." balas Usagi tersenyum.

"Tetapi aku belum menerima kalian semua, mengerti?" balas Taiki.

"Mungkin sekarang. Tetapi suatu hari nanti kita pasti bisa mengerti satu sama lain." balas Ami.

"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Usagi.

"Aku baik-baik saja! Karena Amaya sudah menyembuhkanku dengan sihirnya!" balas Seiya dengan percaya diri. 

Usagi mulai merasa lega, Seiya mengusap rambut bulat milik Usagi.

"Terimakasih, Odango." balas Seiya.

"Chibi Chibi!" ucap Chibi Chibi menarik rambut Usagi.

"Bagaimana kalau kita pulang? Mama masih khawatir." balas Usagi menatap Chibi Chibi.

"Khawatir!" balas Chibi Chibi.

"Jangan ditarik dong!" balas Usagi tertawa.

Usagi bersama temannya pun berjalan menuju arah pulang. Amaya pun menarik nafas dan melihat mereka bertiga dan memeluk mereka bertiga. Ketiganya pun kaget.

"Kalian harus belajar dari mereka, kalian tahu itu? Daripada kita bahas, kita pulang yuk! Akan kubuat makanan kesukaan kalian semua!" balas Amaya tersenyum.

"Baiklah.. ayo kita semua pulang." balas Taiki. 

Bergandengan tangan antara Amaya dan ketiga lelaki itu mereka berjalan pulang dari arah yang berlainan. Satu masalah telah selesai, tapi masih banyak masalah yang harus mereka lewati. Itulah Ujian para bintang. 



The Stars collide with Earth ( A Sailor Moon fanfic) [COMPLETED]Where stories live. Discover now