Part 3

12.9K 1.4K 123
                                    

"Siapa kau? Ah, jangan bilang kau.." Pria itu, Mark menatap tajam mata Haechan.

Author's Pov

Mark menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Matanya tidak berhenti menatap tajam Haechan.

"Kau.. Kau Haechan?"

"Ah, jadi kau yang bernama Mark Lee? Kenapa?" Jawab Haechan dengan tidak takut.

"Aku hanya ingin memperingatimu, kau.. Asal kau tau, aku tidak akan pernah setuju dengan perjodohan ini, dan... Aku sudah mempunyai kekasih jadi jangan harap kau bisa menjadi istriku nantinya." Mark menyeringai sambil memandang rendah Haechan tanpa menyadari perkataannya membuat Haechan emosi.

"Kau kira aku setuju dengan perjodohan ini? Kau bodoh sekali Mark-ssi. Siapa juga yang mau menikah dengan pria arogan sepertimu ini. Not for me." Haechan membalas tatapan tajamnya dan meninggalkan Mark yang terdiam tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Haechan. Bodoh katanya? Mark mengacak surainya dan berjalan menuju kamarnya.

Tanpa diketahui kedua orang itu, mom dan dad mendengar percakapan kedua insan itu.
Salahkan mereka yang saling berbicara dengan volume suara yang tidak bisa dibilang normal.

--skip saat dinner--

Suasana ruang makan begitu sunyi, hanya ditemani dengan dentingan sendok-garpu yang beradu dengan piring dan mangkuk.

"Ehem.. Haechan-ah, bagaimana kamarmu? Apakah nyaman?" Mom membuka suara bertanya pada Haechan yang duduk di depannya.

"Ne mom, kamarnya sangat nyaman, terima kasih." Haechan membalas.

"Mark, Haechan, tadi dad mendengar kalian bertengkar, ada apa?" Kali ini dad yang membuka suara.

Kedua orang yang merasa namanya disebut pun menelan ludah mereka dengan gugup.

"Kalian berdua, dengar.. Kalau sekali lagi dad atau mom mendengar kalian bertengkar, kau, Mark, dad tidak segan-segan menurunkan jabatanmu dan Haechan, kamu tidak boleh bekerja di rumah sakit." Ancam dad.

"... Baik dad.." Haechan menjawab lirih.

Melihat Mark tidak menjawab, ja menginjak kaki Mark yang duduk di sebelahnya membuat pria korea-kanada itu menatap tajam pada Haechan yang dibalas dengan tatapan yang sama seolah menyuruhnya untuk menjawab dad.

"Ck, iya iya." Jawab Mark tanpa minat.

"Baiklah, ini sudah malam, kalian istirahatlah, Haechan besok sudah bekerja di rumah sakit bukan? Mark, kau antar dia."

"What?! No! Aku besok harus pergi sangat pagi."

"No excuse."

"Aishh!" Mark pergi meninggalkan orang tuanya dan Haechan.

"Maafkan Mark, Haechan-ah.." Mom menyesal karena sikap anaknya yang tidak sopan.

"Tak apa mom, dad, Haechan akan pergi sendiri."

"Tidak, Mark akan tetap mengantarmu." Dad meyakinkan.

"Baiklah, kalau begitu Haechan istirahat dulu. Mom and dad juga banyak istirahat. Selamat malam."

"Malam Haechan-ah." Kedua orang itu tersenyum lembut. Mereka merasa tidak salah telah memilih Haechan sebagai menantunya.

***

Haechan membaringkan tubuhnya di tempat tidur empuknya. Merasa bosan yang mulai mengotak-atik handphonenya untuk bermain game. Ketika sedang asik-asiknya bermain game, pintu kamar Haechan dibuka dengan kasar. Haechan melihat sosok yang membuka pintu itu dengan pandangan tidak suka.

Different Feelings -- Markhyuck And Others ;))Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora