Part 6

10.7K 1.2K 103
                                    

Seorang wanita berjalan dengan terburu memasuki gedung rumah sakit ditemani seorang pria yang tampak sama khawatirnya.

Mereka berlari menuju ruang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh bagian informasi.
Di depan ruang ICU sudah ada Mark dan Jeno yang sedang menunggu.

"Mark! Bagaimana keadaan ayahmu?" Mom bertanya kepada anaknya sambil meneteskan air matanya karena khawatir.

Mark memeluk ibunya sambil mengelus punggungnya menenangkan.
"Lucas sedang memeriksanya. Mom tenang saja, dad adalah orang yang kuat."

Tidak lama kemudian Lucas keluar dari ruangan tersebut.

"Lucas! Bagaimana keadaanya?" Mom yang melihat Lucas langsung menghampirinya untuk bertanya.

"Uncle baik-baik saja. Sepertinya ia lupa meminum obatnya pagi ini. Beruntung kecelakaannya tidak parah dan ia segera dibawa ke rumah sakit. Uncle akan dipindahkan ke ruang inap." Lucas menjelaskan. Ia berusaha tidak khawatir walaupun perasaannya tidaklah lebih baik dibandingkan yang lainnya.

"Baiklah, terima kasih." Mom merasa agak lega.

"Baiklah, maaf saya tidak bisa menemani kalian. Saya ada jadwal operasi sebentar lagi. Kalau begitu saya permisi dulu." Lucas pun berjalan menjauh meninggalkan mereka.

--skip at VIP room--

Suasana ruangan serba putih itu sangat hening sebelum Mark membuka pembicaraan.

"Sejak kapan?"

Mengerti akan pertanyaan anaknya, wanita itu menatap putra satu-satunya itu.
"Dua bulan lalu.."

"Kenapa mom tidak memberi tahuku?! Apa aku bukan siapa-siapa kalian?!" Mark meneteskan air matanya.
Walaupun ia selalu berdebat dan mempunyai pendapat yang berbeda dengan ayahnya. Pria itu tetaplah orang yang paling ia sayang dan tentu saja ia kecewa karena mereka tidak memberi tahunya perihal kesehatan ayahnya yang semakin parah.

Merasa ia telah masuk kedalam urusan orang lain Haechan dan Jeno permisi untuk meninggalkan kedua ibu anak itu.

"I'm sorry Mark, we didn't mean to.." Mom mulai terisak.

"Lalu kenapa?.." Mark memandang ibunya dengan kecewa.

"Dad tidak ingin kau khawatir."

"Dengan merahasiakan semuanya dariku?! Aku lebih kecewa seperti ini mom! So please.. Don't do this again.." Mark berjalan mendekati ibunya lalu memeluknya untuk menenangkannya.

"Maafkan mom Mark.." Mereka pun saling berpelukan berbagi kehangatan satu sama lain.

--skip--

Kedua orang itu sudah tenang di tempat mereka masing-masing.

"Mom.. Apa alasan ayah menjodohkan ku? Apakah itu ada hubungannya dengan penyakitnya." Pandangan Mark tidak beralih dari ayahnya yang tertidur pulas di ranjang dengan masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya.

"... Benar Mark.. Ayahmu takut kalau ia akan cepat meninggalkan kita.. Itulah alasan kenapa ia ingin cepat menikahkan mu dengan orang yang ia pilih dan percayakan." Mata mom mulai berkaca-kaca mengingat kembali apa yang pernah dikatakan suaminya kepadanya.
"Ia ingin kau bisa meneruskan rumah sakit ini."

"Tapi aku sudah memiliki kekasih mom.." Mark menghembuskan nafasnya kasar.

"Mom mendukung apa yang terbaik untuk mu Mark." Mom tersenyum memandang putra kesayangannya.

"Bukankah kau masih harus bekerja, Mark?" Mom terlalu larut dalam kesedihan hingga ia lupa bahwa anaknya itu masih harus bekerja.

"Ah, tidak apa. Aku mau menemani dad. Aku sudah menyuruh Jeno mengurus semuanya."

"Jangan begitu Mark. Jeno pasti tidak bisa melakukannya sendiri tanpamu. Begitu pula sebaliknya. Kembalilah bekerja. Mom yang akan menemani dad." Mom mencoba membujuk anaknya itu.

"Baiklah mom, kalau begitu Mark pergi dulu. Sampai nanti."
Mark bangun dari tempat duduknya lalu mencium kening ibunya sebelum ia keluar dari ruangan serba putih itu untuk kembali ke ruang kerjanya.

Ketika ia membuka pintu untuk pergi, ia melihat gadis yang menjadi kekasihnya itu.

"Koeun? Ada apa?"

"E..eh Mark, emm.. Bagaimana kabar ayahmu?"

Mark menaikkan sebelah alisnya mendengar cara Koeun berbicara yang kedengaran gugup.
"Dad tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat lebih. Kau tidak usah khawatir dan.. Apa kau sakit? Kenapa cara bicaramu aneh?"

"Hahaha kau bicara apa sih Mark? Kalau begitu aku kembali dulu. Ada pasien yang menunggu." Koeun pun langsung berjalan cepat meninggalkan Mark yang terlihat memikirkan sesuatu.

'Pasien? Menunggu? Kenapa ia kesini kalau ia mempunyai pasien?' -LMH

**

Di taman rumah sakit yang cukup ramai, tampaklah dua orang pemuda yang sedang terduduk di salah satu bangku yang tersedia di taman itu.

"Tenanglah Haechan-ssi.. Tuan Lee akan baik-baik saja." Jeno tersenyum memandang Haechan yang terlihat sangat lelah karena memang sejak semalam ia belum tertidur. Apalagi sejak Tuan Lee mengalami kecelakaan sehingga ia harus segera pergi ke rumah sakit.

Kringgg kringgg

"Yeoboseo, Mark?... Baiklah aku akan kembali sekarang."

Haechan memandang Jeno ketika ia mendengar pria itu menyebut nama Mark.

"Haechan-ssi.."

"Panggil saja Haechan."

"Ah. Haechan.. emm begini.. Aku harus kembali ke ruangan ku untuk bekerja.. Mungkin kau sebaiknya pergi menemui Ny. Lee."

"Baiklah. Bolehkan aku memanggilmu hyung?" Haechan bertanya.

"Tentu saja. Panggil saja aku hyung." Jeno tersenyum lembut pada Haechan.

"Terima kasih hyung. Oh iya, boleh tidak aku minta nomor telepon hyung?" Haechan membalas senyuman Jeno.

Jeno terlihat berfikir sejenak.
"Kemarikan telepon mu." Pintanya.

Haechan tanpa ragu pun mengeluarkan telepon genggamnya dan menyerahkannya pada Jeno.

Jeno memasukkan nomor telepon dan memastikan nomor itu tersimpan lalu mengembalikan telepon genggam Haechan pada pemiliknya.

"Terima kasih hyung. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai nanti." Haechan dan Jeno pun berpisah.

**

Tok tok tok

"Masuk!"

Setelah memastikan orang didalam ruangan itu mengizinkannya masuk, Haechan membuka pintu putih itu dan memasuki ruangan yang berbau obat-obatan.

"Oh kau rupanya, Haechannie." Mom tersenyum memandang pria manis itu.

Haechan mengangguk dan membalas senyuman itu. Ia berjalan menuju kursi di sebelah mom.

".. Haechan.. Dad dan mom sudah membicarakan ini sejak lama.. Dad ingin kamu yang merawat dia selama ia di rumah sakit ini.. Bagaimana?"

"Apa tidak apa-apa?" Tanya Haechan tidak yakin.

"Mom percaya, kamu adalah anak yang pandai." Mom tersenyum lembut yang dibalas oleh Haechan.

"Baiklah.. Kalau itu mau dad."

Mereka pun melajutkan percakapan mereka berbagi cerita tanpa menyadari seseorang mendengarkan semuanya.

'Kesempatan yang bagus!'

TBC

Thank you bagi yang sudah baca, comment dan vote ><

Maaf kalau ada kesalahan dan kata" yang tidak mengenakkan ^^

Note: Maaf Chapter kali ini lebih pendek ;;;

Different Feelings -- Markhyuck And Others ;))Where stories live. Discover now