Part 15

10.3K 1K 87
                                    

Mark tidak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. Senyum tidak hilang dari wajahnya. Ini kah yang dinamakan cinta yang sesungguhnya? Jujur ia tidak merasakan semua ini ketika bersama Koeun.
Ia hanya merasakan sayang pada gadis itu. Tidak ada jantung yang berdegup kencang ataupun kupu-kupu berterbangan. Ia senang bisa mengenal Haechan.

Larut dalam pikirannya Mark tidak menyadari bahwa mereka telah sampai di rumah besar keluarga Lee di Seoul, atau sederhananya kita sebut sebagai rumah Mark.

"Hey hyung, kita sudah sampai." Jeno memanggil Mark sehingga lamunannya terbuyar.

"O-oh, ya." Mark tersenyum canggung lalu turun dari mobil silver Jeno.

"Kenapa anak itu?" Jeno mengangkat alisnya tidak mengerti.

"Entahlah." Haechan tertawa kecil melihat tingkah Mark yang lucu menurutnya.

Jeno tersenyum memandang Haechan.
"Selamat datang kembali, Haechan-ah."

Senyuman itu membuat wajah Haechan memerah.
"Terima kasih hyung." Balas Haechan.
"Oh iya hyung, nomor telepon yang kemaren.. Kau memberi ku nomor telepon Mark hyung." Haechan mengerucutkan bibirnya lucu.

"Maafkan aku Haechan-ah, kemarikan hape mu, aku akan memasukkan nomorku." Jeno tertawa gemas.

Haechan lalu memberikan hape nya pada jeno.
"Awas kalau salah lagi." Ancam Haechan yang dibalas dengan kekehan kecil.

"Hei Jeno! Jangan modus!" Mark berteriak dari balik pintu melihat kedua orang itu belum juga masuk ke rumah besar itu.

"Iya iya tsk. Ini hapemu, ayo kita masuk sebelum pria arogan itu ngambek." Ajak Jeno.

"Hei! Aku mendengar mu!" Protes Mark.

Haechan hanya tertawa melihat interaksi kedua pria di hadapannya itu. Menggemaskan. Itulah yang Haechan pikirkan. Ia juga sering seperti itu dengan hyung nya Taeyong. Ia jadi merindukan Doyoung hyung. Ingat! Doyoung hyung, bukan Taeyong hyung.

--skip--

Melihat Haechan kembali mom langsung berjalan cepat menuju menantunya dan memegang tangannya.

"Haechan! Kau kembali. Maafkan mom ya, Haechan.." Mom memeluk pria manis itu.

"Tidak apa-apa mom, itu hanya salah paham." Haechan tersenyum membalas pelukan mom.
Dad yang sudah keluar dari rumah sakit tersenyum menyaksikan interaksi itu.

"Bagaimana keadaan mu, dad?" Tanya Haechan.

"Sudah lebih baik. Lucas merawatku dengan baik. Terima kasih sudah bertanya." Dad tersenyum hangat.

"Sini biar mom bawakan barang-barangmu ke kamar."

"Tak usah, mom, ini berat." Haechan menolak dengan halus.

"Tidak apa-apa, ayo." Mom mengambil alih salah satu koper Haechan dari tangannya dan membawanya ke kamar Haechan.

"Terima kasih mom." Haechan tersenyum mengikuti mom dari belakang dengan koper lain di tangannya.

Mark dan Jeno yang sedari tadi berdiri dia memutuskan untuk pamit ke kantor.

"Kau istirahat dulu, Mark. Kau juga baru pulang." Dad menasehati Mark.

"Tapi kerjaanku masih banyak dad."

"Dengarlah perkataan dad, untuk hari ini saja, urusan kerjaan biar dad dan Jeno yang mengurusnya." Dad tersenyum pada anaknya. Ia bangga mempunyai Mark yang begitu mencintai pekerjaannya dan mau mengambil alih perusahaannya. Tidak seperti kakak laki-lakinya.

"Baiklah, terima kasih dad, Jeno, kalau begitu Mark permisi dulu." Lalu Mark pergi menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan istirahat.

--skip--

Tidak terasa hari sudah malam. Haechan duduk di balkon kamarnya menatap bintang-bintang dan bulan yang bersinar di langit yang gelap sambil menikmati hembusan angin menerpa wajahnya.

"Kau belum tidur?"

"Oh astaga! Hei! Apa kau dan Lucas hyung mempunyai hobi mengejutkan orang?! Setidaknya ketuk pintu dulu!" Haechan kesal karena untuk kesekian kalinya ia terkejut karena kedua orang itu.

Mark tertawa gemas.
"Maaf-maaf. Aku lupa mengetuk pintu. Jadi.. Kau belum tidur? Bukankah besok kau akan kembali bekerja?"

"Seperti yang kau lihat. Aku tidak bisa tidur." Jawab Haechan kembali mengalihkan pandangannya pada langit diatasnya.
"Kau sendiri belum tidur?"

"Aku juga tidak bisa tidur." Mark berjalan mendekati Haechan lalu duduk di sebelahnya.

Mendengar jawaban Mark Haechan hanya mengangguk paham.

"Terima kasih."

Haechan mengangkat sebelah alisnya.
"Untuk?"

"Terima kasih karena sudah memaafkan ku." Mark menatap Haechan dalam.

"Y-ya, sama-sama." Ini pertama kali Haechan melihat wajah Mark dengan dekat. Wajah Mark sangat sempurnya. Kulit bersih, hidung mancung, bibir yang menggoda. Tunggu, apa yang telah Haechan pikirkan. Haechan menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku ingin kau tau sesuatu." Suara Mark yang rendah menginterupsi fantasi gila Haechan.
"Aku ingin kau tau kalau aku kini bersyukur bisa dijodohkan dengan mu. Mungkin aku sudah mulai menerimamu dan membuka hatiku untukmu. Aku.. Aku tidak pernah merasakan apa yang kurasakan dengan mu saat aku bersama Koeun jadi.. Aku tidak akan menyerah walaupun kau tidak menyukaiku."
Mark tersenyum tipis.
"Tidurlah, kita akan berangkat bersama besok." Mark mengusak lembut surai coklat Haechan sebelum meninggalkan Haechan dengan mulut menganga tidak percaya. Mark? Menyukainya? Wajah Haechan memanas. Ia yakin wajah nya sudah memerah. Ia yakin ia tidak akan bisa tidur malam ini.

**

Haechan sudah siap dengan bajunya yang rapi. Ia mengenakan sweater berwarna biru tua dan dipadukan dengan ripped jeans berwarna hitam. Ia baru saja makan pagi bersama dan sekarang ia sedang menunggu Mark yang mengganti pakaiannya di kamar.

"Maaf membuatmu lama menunggu. Ayo berangakat."

Mark menuruni tangga. Ia mengenakan pakaian formal seperti biasanya.
Entah kenapa wajah Haechan memanas. Tidak biasanya ia seperti itu. Haechan menundukkan wajahnya menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Kau sakit?" Mark menghampiri Haechan dan mengangkat wajahnya.

"Ti-tidak, aku tidak apa-apa." Haechan memalingkan wajahnya menjauh sebelum Mark melihat wajahnya yang sudah semerah tomat.

Mark hanya mengangkat kedua bahunya acuh lalu berjalan menuju mobil hitamnya diikuti Haechan dibelakangnya.

**

"Haechan!!!! Kau kembali!!!!" Jaemin dan Renjun yang tengah berjalan di koridor segera menghampiri Haechan yang tengah berjalan besama Mark.

"Ekhem, kalau begitu aku pergi dulu, Haechan-ah." Mark lalu pergi meninggalkan ketiga pria manis itu.

"Kau berhutang penjelasan, Lee Haechan." Renjun menatap Haechan dan Mark bergantian.

Haechan hanya memutar kedua bola matanya malas. Temannya itu tidak berubah ternyata.


TBC

Saya ganti ceritanya sedikit. Mark yang awalnya anak tunggal saya ganti jadi punya abang heheh.

Makasih sudah mau baca sampe sini. Maaf kalau singkat dan ada kesalahan ;;;;

See you next chapter~~

Different Feelings -- Markhyuck And Others ;))Where stories live. Discover now