01. A Single Rose

1.7K 220 6
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Derap langkah kuda terdengar mengisi hutan. Suara tawa terdengar dari sekelompok pemuda dengan kuda tunggangan mereka, sembari melewati pepohonan bersama-sama—hanya salah satu dari mereka yang terlihat tidak sebahagia kawan-kawannya, malah ia mengerutkan keningnya sembari berusaha mengejar sang penunggang kuda yang memimpin kelompok mereka.


"Hoi, Kusokawa! Jangan berpikir kau bisa mendapatkan lebih banyak buruan dariku, ha!" serunya nyaring sembari memacu kudanya agar bisa menyusul temannya. "Hari ini akan kudapatkan lebih banyak buruan darimu!" tambahnya.


"Hah!" temannya yang lain dengan rambut cokelat muda—hampir terlihat seperti merah muda—menyindirnya. "Jangan bermimpi, Iwaizumi! Aku ini pemburu terbaik di negeri ini! Jangan anggap aku remeh karena aku tidak bisa mengalahkanmu dalam pertarungan biasa!" kata pemuda itu dengan penuh rasa percaya diri.


Penunggang kuda di sebelahnya tertawa, mencemooh teman-temannya. "Dasar kalian semua, masih saja bertingkah seperti anak kecil," guraunya, rambut keritingnya tertiup kesana kemari. "Tapi aku tidak akan kalah," katanya. "Aku ingin waktu istirahat lebih kalau buruanku yang terbanyak! Aku lebih percaya kali ini! Lagipula, aku tahu seluk beluk Hutan Utara seperti membalik telapak tanganku!"


Kali ini tawa nyaring terdengar dari penunggang yang tengah memimpin. "Aduh, silahkan bermimpi kalian semua~" katanya sebelum ia menengok menuju belakangnya dan mengedipkan salah satu matanya. "Tetapi, Oikawa-san yang hebat ini akan mendapatkan buruan terbanyak!" katanya penuh rasa percaya diri.


Ketiga temannya mendecih kesal mendengarnya. Mereka menatap sinis pemuda itu, menahan diri masing-masing sebelum mereka menjatuhkan orang itu dari kuda kesayangannya. Namun pada akhirnya mereka hanya bisa menghela napas pasrah.


"Jangan terlalu percaya diri karena kau adalah seorang pangeran, Kuso Oikawa!" bentak salah satu dari mereka dengan wajah marah khasnya. "Awas saja kalau akhirnya kau malah menyakiti dirimu! Kali ini akan kupastikan buruanku lebih banyak!"


"Waah, Iwa-chan menakutkan! Kyaaa, aku takut!" jerit sang pangeran guna meledek temannya. Ia hanya tertawa ketika mendengar berbagai umpatan keluar dari belakangnya. "Aku tahu kau pasti bisa dapat banyak, kita lihat saja siapa yang terbanyak," ia menyambungkan sembari melirik menuju teman-temannya. Senyumannya mengembang ketika ketiga temannya juga menatapinya dengan keseriusan yang sama.


Oikawa Tooru, itulah nama pangeran itu. Pewaris tahta Kerajaan Aoba Johsai, sekaligus pangeran bungsu dari Raja Oikawa. Di usianya yang ke-24, dia sudah dianggap cukup matang untuk menjadi penerus selanjutnya, hanya tersisa menunggu waktu hingga mahkota dipasangkan di kepalanya.

Tale: The Prince and The Witch | Oikawa TooruWhere stories live. Discover now