06. Orange Rose

777 145 14
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hati (Name) tidak dapat berhenti berdegup dengan kencang—terlalu kencang sampai ia nyaris tidak dapat mendengar suara apapun selain suara jantungnya yang berpacu. Dengan hati-hati ia menuangkan teh pada cangkir miliknya dan tamunya, sebelum kembali bersandar di sofa. Sang penyihir memainkan jemarinya, berusaha menghilangkan kegelisahannya.


Pemuda di sebelahnya hanya diam. Dengan perlahan ia mengambil salah satu cangkir di meja dan meminum tehnya dengan hati-hati. Senandung puas terdengar darinya, sebelum ia menghela napas dan bersandar pada sofa. Sesaat perhatiannya teralihkan menuju penyihir di sebelahnya, sebelum salah satu alis tebalnya terangkat keheranan.


"Kenapa gugup?" tanyanya perlahan. "Kau takut aku marah padamu? Aku tahu secara tidak langsung kau melanggar janjimu untuk tidak melemah di depan manusia, tetapi aku juga salah karena akulah yang meminta bantuanmu untuk mencarinya," sambungnya sebelum menyisip tehnya lagi. "Aku juga sedikit panik dan lupa kalau kau itu terkadang terlalu baik."


"Aku tidak terlalu baik," sanggah (Name) sambil mengambil cangkirnya. Ia mencibir kesal ketika laki-laki di sebelahnya tertawa mendengarnya. (Name) menegak tehnya dengan sedikit kesal, sebelum menatapi cangkir miliknya sendiri. "Seharusnya kau mengabariku kalau kau akan datang. Bagaimana kalau teman-temanmu sadar kau menghilang—terlebih lagi menghilang untuk mengunjungi seorang penyihir?"


Pemuda tersebut tertawa, seakan-akan mengolok pertanyaan dari gadis itu. "Mereka tidak akan sadar. Lagipula selama bertahun-tahun mereka sering berburu di Hutan Utara dan mereka tidak pernah melihat sihir atau menemukan makhluk yang tidak biasa," katanya bangga sembari menyisip tehnya lagi. "..dan apa salahnya kalau aku mengunjungimu? Tugas ksatria itu sulit dan aku harus menjaga pangeran bocah itu. Datang berkunjung padamu membuatku merasa lebih nyaman dan menghilangkan stresku."


(Name) terdiam sesaat. Tawa pelan keluar dari bibirnya ketika ia mendengar nama panggilan tersebut. "Bocah, ya? Dia memang terkadang seperti bocah, sih. Aku tidak kaget kau menamainya begitu," katanya. Ia terdiam lagi, sebelum bersandar pada bahu lebar milik tamunya. "..Tetapi aku senang kau datang, Issei."


Sang tamu tersenyum lembut. Dengan perlahan ia mengusap rambut panjang milik sang penyihir. Ia tidak mengatakan apapun dan membiarkan penyihir bersandar padanya. Lagipula sudah cukup lama semenjak pertemuan terakhir mereka—dengan dia disibukkan oleh tugasnya sebagai wakil jenderal dan (Name) yang bertugas untuk menjaga agar makhluk-makhluk di Hutan Utara tidak lepas menuju kota. Sudah cukup lama sampai-sampai Matsukawa Issei sendiri juga merasa canggung.


Ya.


Matsukawa Issei, sang wakil jenderal Kerajaan Aoba Johsai dan salah satu sahabat Oikawa Tooru, adalah tamu sang penyihir.

Tale: The Prince and The Witch | Oikawa TooruWhere stories live. Discover now