04. White Rose

926 173 21
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oikawa itu cerdik dan licik.


(Name) baru menyadarinya ketika ia baru saja akan keluar untuk menghilangkan rasa penat setelah berjam-jam belajar sihir dan ramuan baru di kamarnya. Baru saja pintu terbuka, sebuket mawar dengan kombinasi warna merah mudah dan putih sudah disodorkan di wajahnya. Sesaat ia mengira depan rumahnya baru saja dihujani mawar-mawar, tetapi ia langsung menyadari rambut cokelat sang pangeran di balik buket tersebut.


"Terimalah!" pekik Oikawa nyaring. "Anggap saja ini hadiah balasanku! Kau tahu, ini bunga dari toko terbaik di kerajaan!" tambahnya, (Name) sadar dia bangga dengan pengakuan tersebut.


Untuk sesaat (Name) tampak kurang yakin. Apa dia harus menolak atau menerimanya? Mungkin saja Oikawa akan memberikan suatu tambahan lain ketika dia menerimanya, lebih baik menolaknya bukan? Tetapi dia memberikan bunga mawar—dan dia tahu kalau bunga tersebut termasuk bunga yang ditanam dengan hati-hati dan berkualitas. Bunga tersebut juga besar dan harum.


'Oikawa sialan,' umpat sang penyihir dalam hati sembari menerima buket tersebut dengan kedua tangan yang bergetar heboh. Dia mencibir kesal, kedua alisnya mengerut hingga bersatu. "Dasar rubah. Ini curang," gerutunya.


Oikawa beracak pinggang. Senyuman di bibirnya mengembang ketika sang penyihir menerima bunga tersebut. "Ya, baguslah kau menyukainya!" katanya girang. "Aku juga bertanya kepada sang penjual! Merah muda sebagai tanda terima kasih dan putih berarti suci, cocok untuk ucapan maaf," perlahan ia menurunkan kedua tangannya dan tersenyum kecil. "..apa kau memaafkanku?"


(Name) memperhatikan Oikawa dengan hati-hati. Ia perlahan memeluk buket di tangannya dan menunduk pelan. Ia hirup bunga tersebut, sebelum tersenyum tipis. "Terima kasih banyak. Untuk saat ini kau kumaafkan," katanya. Ia terdiam sesaat di tempat, menatapi bunga di pelukannya.


"Baguslah!" kata Oikawa. Ia menatapi gadis tersebut untuk sesaat, sebelum mengusap kepalanya. "Ah, sudah tidak ada alasan lagi bagiku untuk tinggal. Kalau begitu, sampai jum—"


"Masuklah," kata (Name) tiba-tiba. "Akan kuseduhkan teh untukmu," ucapnya perlahan. "Ini hanya sebagai tanda terima kasih atas mawarnya. Karena itu.. kalau kau tidak keberatan masuk saja."


Kedua mata Oikawa langsung berbinar-binar. Senyuman di bibirnya mengembang, sebelum ia mengangguk mantap. "Waah, terima kasih! (Nickname)-chan!" pekiknya nyaring.

Tale: The Prince and The Witch | Oikawa TooruWhere stories live. Discover now