05. Yellow Rose

811 158 23
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dia tidak berbohong ketika berkata, "Sampai jumpa besok."


Semenjak hari itu, datang berkunjung kepada sang penyihir mulai menjadi rutinitas baginya. Sesaat dia bersyukur teman-temannya tidak curiga—toh, sudah kebiasaan Oikawa untuk keluar dari kerajaannya untuk bersenang-senang sendiri, meskipun biasanya tidak jelas apa yang dia lakukan.


Meskipun pada awalnya (Name) (dan Kyoutani) tidak terlalu menyukau kedatangannya, dia dan penghuni Hutan Utara mulai terbiasa semenjak ia menjadi lebih rajin datang. Di tempat yang sama, waktu yang sama. Ketika Oikawa sedang bahagia atau sedang stres, dia pasti akan datang. (Name) juga pasti menyiapkan teh dan kue kering untuk menemaninya.


Suatu kebiasaan lain yang mulai muncul pada diri Oikawa adalah membeli mawar untuk sang penyihir. Wajah (Name) selalu berseri-seri tiap kali ia mendapatkan bunga mawar dengan beragam warna. Oikawa juga yakin (Name) bahkan menanam beberapa mawar yang dia berikan di halaman belakang rumahnya.


Oikawa terus datang dan datang. Tidak pernah dia berbohong setiap kali mengucapkan salam perpisahan dan janji untuk kembali keesokan harinya. Ada kalanya Oikawa membawa camilan dari rumahnya untuk (Name) dan ketiga siluman cilik yang mulai terbiasa dengannya (meskipun Kyoutani masih tidak menyukainya).


Pertemuan mereka selalu sama dan selalu mereka nantikan, tanpa mereka sadari jamuan teh sore hari mereka sudah seperti sebuah ritual. Di jam yang sama, tempat yang sama. Ditemani teh dan bunga-bungaan. Saling menceritakan keluh kesah atau pengalaman menegangkan yang pernah mereka lalui. Kadang pula Oikawa meminta (Name) untuk menunjukkan sihirnya—yang langsung ditolak mentah-mentah.


Tanpa mereka sadari, waktu berlalu hingga sudah terlewat tiga bulan semenjak pertama kali mereka bertemu. Dan tanpa menyadarinya, (Name) mulai terbiasa dan bahkan menantikan kedatangan sang pangeran. Lima tahun dia hidup sendirian di kabinnya, tidak pernah ada teman kecuali para penjaga hutan yang lain atau makhluk lainnya. Mawar-mawar di rumahnya juga tidak pernah segar setiap saat—selalu ada yang baru, selalu ada warna baru.


Dan itu adalah berita buruk bagi sang penyihir.


♤♤♤


Oikawa bersenandung gembira. Ia memasukkan buku-buku yang sudah ia janjikan untuk ditunjukkan kepada sang penyihir ke dalam tasnya. Iwaizumi yang memperhatikan dari ambang pintu bersama Matsukawa dan Hanamaki hanya bisa menatapi sang penerus tahta dengan keheranan. Semenjak ia kembali dari Hutan Utara dalam keadaan terluka, Oikawa selalu tampak gembira dan selalu saja pergi.

Tale: The Prince and The Witch | Oikawa TooruWhere stories live. Discover now