Cantik - Episode Tiga🍃

401 21 12
                                    

[Memelihara Izzah dan Iffah)

💦

Diantaranya kebanyakan kaum wanita lupa menjaga izzah dan iffah yang demikian itu adalah sebahagian dari iman. Malumu, cerminan keimananmu.

=====##=====

Shireena terus saja bolak-balik bercermin, memegangnya terus menetus tanpa mau melepasnya barang sejenak. Mematut diri di pantulannya, takut hijab yang Shirerna kenakan berantakan, ini adalah pertama kalinya Shireena mengenakan penutup kepala itu. Lebih tepatnya pertama kali mementulkan hijab dengan benar, selama ini Shireena hanya memakai sekedar menyampirkannya saja, kalaupun hijab itu melorot langsung di lepas dan di biarkan teronggok. Rasa panas menjalar di kepala juga seluruh tubuh Shireena padahal ruangan ber-ac.

Shireena mengambil kertas dihadapan Rafqis lalu mengibas-ngibaskannya di depan wajahnya sendiri, tidak peduli Shireena jadi bahan pemerhati, yang terpenting baginya hanya rasa panas itu sedikit enyah dan segera keluar dari ruangan, tangannyas sungguh gatal ingin melepas benda ini yang panjangnya menutupi hampir setengah tubuhnya.

"Baiklah, sampai disini saja pertemuan rapat kita, bila ada perencaan program pembangunan baru untuk proyek selanjutnya kabari saja asisten saya. Saya tutup, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh"

Hembusan nafas lega terdengar begitu jelasnya, yang di tunggu selesai akhirnya selesai juga. Shireena melihat sudah banyak orang yang keluar ruangan, tak tanggung-tanggung Shireena lansung melepas jilbab itu dari kepala, "Wuhhh, kesampaian juga".

"Kenapa dilepas?" tanya Rafqis. Saat ini Rafqis sedang menyusun berkas-berkas penting. Persentasi yang dibawakannya benar-benar terasa hangat, tidak kaku, tidak mencekam seperti CEO kebanyakan. Pembawaan Rafqis memang santai, sama seperti saat tahun lalu Shireena berjemur di pantai menikmati sinar mentari yang membuat kulitnya sengaja di buat agak sedikit kecoklatan.

"Panas, lagian rambutku keluar-keluar capek merapikannya" adunya sambil menghembus-hembuskan poni yang turun melewati kening.

Rafqis tersenyum lembut, lalu meminta asisten pribadinya memasukkan berkas itu kedalam tas yang di tenteng Deni. "Kenapa tidak ciput? Kan tadi ada?"

Shireena mengernyit, ciput? Siput maksudnya? Ya kali siput dimasukkan ke kepala. "Ogah, nanti kepala aku kotor"

Rafqis terkekeh, "Deni, tolong suruh Marco mengantar paper bag yang di bagasi"

Marco itu bodyguard Rafqis, dan Shireena baru menyadari itu sebab mereka menjaga Rafqis seperti bayangan tidak terkesan ketat juga seperti yang di film-film. Shireena tau dari Deni, saat dua mata lelaki bertubuh besar ikut berhenti jauh dari belakang mobil yang kami tumpangi.

Shireena bertanya pada Deni, dan ia menjawab dengan jujur. Pria berumur kurang lebih 24tahun itu sedikit ramah, pintar bersikap, kalau sedang ramai Deni memasang wajah dingin, kalau kami bertiga Deni bersikap ramah dan penuh senyum tapi tak kehilangan aksen tegas.

Tak berapa lama, orang yang di panggil Marco datang menenteng paper bag, "Ini untukmu" Rafqis menyerahkan paper bag berisi satu stel gamis beserta hijab dengan warna senada.

"Untuk apa? Aku sudah memakai gamis, aku tidak membutuhkan itu, lagipula rapat sudah selesai berarti hijab yang kukenakan memang harusnya kembali masuk ke paper bag"

"Saya tidak suruh kamu pakai gamis itu sekarang" Rafqis mengambil paper bag itu kembali dan mengeluarkan isinya. "Ini yang namanya ciput, bukan siput. Dipake dikepala supaya rambut kamu tidak keluar-keluar" sepertinya Rafqis tau kalau Shireena menganggap ciput itu siput.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Where stories live. Discover now