Cantik - Episode Delapan Belas🍃

39 4 2
                                    

Shireena tengah terbaring di ruang persakitannya sendiri. Selang di tangan, oksigen di hidung, luka diperut membuatnya Nampak jelas bahwa kondisinya sangat lemah. 

Insiden penembakan itu benar terjadi, disamping itu juga Marco yang menyelamatkan Shireena. Rencana yang benat tidak matang. Tidak ada rencana Marco melukai Shireena sampai tidak sadarkan diri selama satu minggu lamanya.

Marco berfikir apakah Shireena akan mati dengan mudahnya? Jika benar Shireena akan mati maka hukuman mati jugalah yang pantas Marco dapatkan. Tersebab ulahnya yang diluar kendali, diluar rencana, terpaksa dilakukan demi mengakhiri perjanjian yang membelot.

Marco sudah mencampakkan Demian di pulau terpencil bersama satu wanita yang dibayar untuk menemani Demian agar tidak kesepian. Betapa baiknya Marco–––meski Demian sudah di campakkan namun sedia memberi teman supaya Demian berubah, betah dan tidak kembali. Semoga saja!

“Kapan dia akan membuka mata, dok?” Marco bertanya pada dokter Hery teman lama Shireena. Sengaja–––demi membantu kelancaran menyembunyikan Shireena.

–––––––––––––––––––––

“Aku ingin jujur padamu. Sebenarnya aku tidak benar-benar mengambil harta ini” Shireena melempar berkas di meja santai tempat biasa Rafqis duduk berjemur. 

Marco mendekat.., melihat berkas itu dan membolak-balikkannya. Seingat Marco ia belum menyerahkan berkas itu padanya. Lalu mengapa Shireena bisa mendapatkan ini? –––“dasar Deni ceroboh! Bisa-bisanya lalai dalam menjaga surat kuasa ini. Awas kau ya”––– 

“Zaskia yang memberikannya” Marco melotot. “Kau penghianat, Zaskia! Aku tidak jadi inginkan istri sepertimu!!!” marahnya dalam hati.

Di balkon atas mereka bertemu satu sama lain secara rahasia ditemani Clara. “Aku Cuma bantu menjaga amanah Ibunya Rafqis” Shireena melipat tangan sambil duduk. Kakinya menyilang ke kanan. Ditegah malam di akhir perbincangan membahas soal Maghrib-Isya’ Shireena menelfon Marco untuk menyusun rencana. Pastinya ketika Rafqis tertidur lelap. “Herry akan membantumu bila terjadi sesuatu denganku. Dia pintar menjaga rahasia! Kalau terjadi apa-apa padaku tolong bawa aku padanya” Shireena menunduk, menscroll screen ponsel mencari kontak personal Herry untuk di berikan ke Marco. 

“Selama aku tidak bersama dengan Rafqis.., tolong jagalah dia, Clara beserta Ibuku” Shireena berdiri menatap langit-langit malam bertabur beberapa bintang. Mendungnya tidak menandakan adanya hujan, bahkan bulan sudah tanpak bersinar terang. 

“Memangnya kau akan kemana?” Clara memotong pembicaraan dengan memposisikan dirinya berdiri di hadapan Shireena. Shireena hanya tersenyum simpul memilih tidak menanggapi.

“Cuma kau, Clara yang tau rencanaku. Setelah besok aku menemui Demian–––menunjukkan surat pemindahan harta–––bantu aku mengirim dia ke tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Pastikan juga dia tidak akan pernah kembali sampai kapanpun. Bila perlu sampai dia mati” 

–––––––––––––––––––––––––––

“Harusnya Shireena sudah membuka matanya. Mengingat aku sudah mengangkat satu ginjalnya.”
Marco terkejut. Raut wajahnya menjadi lebih serius sekaligus sedih. Karena kecerobohannya Shireena harus kehilangan satu organ vitalnya. Harusnya kemarin Marco menembak kaki atau lengannya saja, atau harusnya Marco menembak kepala Om Demian sialan yang sayangnya adalah Pamannya dari pihak Ibunya.

Sedari awal Marco bekerja dengan Rafqis memang atas suruhan Demian untuk memata-matai Rafqis bila harta itu diserahkan pada panti atau yayasan. Namun makin kesini Rafqis yang begitu menghargai, meyayangi, menganggap Marco sebagai teman, kerabat diam-diam berhenti menjadi suruhan Demian. 
Agar Rafqis tetap aman, tetap berada dalam jangkuan Marco. Marco hanya mengiyakan saja apa yang diperintahkan Demian termasuk dalam menembak Shireena. “apa itu artinya Shireena nggak akan selamat?” 

Herry menggeleng.., “selamat. Tapi akan berdampak pada kesehatannya. Mengingat kau menembaknya dalam jarak dekat butiran serbuk peluru pada senjata api menghadap ke kulit, sehingga tampakannya seperti luka lecet. Lagipula luka tembaknya masuk, hingga menciptakan bentuk bulat dengan batas abrasi melingkar mengelilingi luka yang disebabkan oleh peluru” Herry mendekati selang infus dan membetulkan laju alirannya.

"Shireena juga tidak akan bisa makan yang sembarangan, mengangkat benda berat atau terlalu lelah. Itu akan menganggu kesehatannya.”

“Masa kritis dia juga sudah lewat. Kita tinggal tunggu Shireena bangun dan melanjutkan pemeriksaan kedua kali. Kemudian dia kembali menatap Marco dengan tatapan tajam., “kau yang akan bertanggung jawab untuk lukanya” 

Marco meringis, ia merasa ngeri dengan kata LUKA dari kalimat penuh penekanan. “biasa aja matanya. Kau membuatku semakin bersalah” Marco mendengus lalu mendekati brangkar persakitan Shireena. 
“Mau ngapain?” 

“Ngecek suhu!” katanya galak. Tangan itu mencoba ditempelkan pada kening yang baik-baik saja.

“Yang sakit itu ginjalnya bukan keningnya. Kau kira dia demam??”

Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Marco bingung harus bagaimana lagi. Tidak mungkin memberitahu Rafqis karena Shireena sudah mengamanahkan, menitipkan mereka semua pada Marco.

Berasa seperti Marco memiliki keluarga kecil. Yang nyatanya dia sendiri belum membinanya.


Duri - Riau
Direvisi, 12 Juli 2020
06.48Pm

Tepi abrasi adalah goresan atau lecet pada kulit (kelim lecet) yang disebabkan oleh gaya dorong dari peluru

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang