Cantik - Episode Lima Belas🍃

60 5 1
                                    


Disini——kantin Pak Jamaluddin, Marco menunggu dua makhluk yang ingin di temui. Guna menumpahkan segala kesal membakar hati. Dikepalanya berputar-putar segala pertanyaan mengapa Shireena mendadak menginginkan bantuannya untuk mendapatkan sebahagian harta dari Rafqis? Apa sebegitu terobsesinya Shireena dengan harta itu? Bukankah Shireena sudah cukup memiliki banyak uang dari hasil yang——ah sudahlah Marco enggan mengucapkan kata itu.

Diakui, melanggar kehormatan orang lain amatlah mudah. Bahkan ketika seorang bisa melawan nafsu untuk tidak berzina, berjudi, khamar, namun minus menahan lisan agar tak berucap tajam.

Jujur saja Marco sedang merenungkan ucapan dari lisan yang Marco lontarkan beberapa jam lalu. Sakit hati, benci sekaligus jijik melihat tingkah Shireena, rasa sesal karena sudah mencerca bosnya—bos durhaka dan tidak tau terimakasih!

Tau gitu Marco tidak akan pernah menolongnya kala Shireena di jambak habis oleh perempuan selingan Demian beberapa bulan lalu. Harusnya Marco abaikan bila perlu sampai rambut Shireena botak sekalian agar Rafqis tidak menyukai SHireena—bisa jadi begitu.

'Bodoh kau Marco!'

Yaampun lagi-lagi Marco memaki dalam hati. Sudah dua gelas air putih di tenggak rakus, satu gelas lagi air jus yang masih di aduk-aduk belum ada niattan untuk di masukkan dalam kerongkongan. Bahkan Marco menjambak rambutnya sendiri untuk segera berfikir jernih dan tidak berapi-api. Kalau sudah begini Marco ingin berguling-guling untuk meredam amarahnya.

Dari Abu Dzarr al-Ghifari radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

"Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah." (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dengan segera bangkit berdiri mendorong kursi hingga mengeluarkan bunyi derittan dan tanpa di duga Marco langsung menjatuhkan tubuhnya di atas lantai marmer berwarna hitam pekat. Berbaring telentang menatap langit-langit kantin dengan kedua tangan di atas dada. Lalu kembali terikat kata-kata sarkasme yang diucapkan lisannya, pedih! saat matanya dipejam rapat, mulutnya berujar ta'awudz dan istighfar.

Para pengunjung yang berada disana melongo tidak percaya, meski tidak sedang dalam keadaan ramai karena jam istirahat siang telah usai namun tetap saja terundang bisikan, tatapan, kekehan bahkan ada yang mengabadikan hal langka. Kapan lagi dapat tontonan, seorang bodyguard terkenal wajah dingin seantero kantor melakukan hal konyol.

Setelah sepuluh menit berjalan, muncul Deni beserta Zaskia. Deni sekuat mengatupkan bibir menahan tawa, bergegas Zakia menghampiri Marco yang masih memperdalam baringan. Di ambilnya sedikit air untuk mencipratkan pada wajah hitam manis bertahi lalatkan di dagu sebesar kacang ijo.

"Jangan coba-coba, Kia!"

Mata itu terbuka, di sambut uluran tangan dari Deni mengajak berdiri sang sahabat dengan wajah yang masih mengetat.

"Kantor - kantin ada kemacettan?"

"Uuh.., lampu merah ada tiga yang harus di lalui bro!" jawab Deni dengan kekehan geli. Kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Marco. Mereka bertiga duduk di kursi dengan meja berbentuk bulat.

Tompang dagu, Marco menyambar Jusnya. Sekali seruput langsung habis bahkan sampai sedottan terakhir mengeluarkan bunyi slruppp dari pipet dalam gelas.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ