four : hinc illae lacrimae

163K 16.9K 1.1K
                                    

hence those tears

______________________

Setiap pukul 06.30 pagi, aku dan teman-temanku selalu berkumpul di kantin utara dekat tempat parkir mobil rumah sakit. Teman-temanku dari berbagai stase yang selalu menyempatkan diri untuk sekedar sarapan pagi atau doping kopi untuk menjaga mata agar tetap terbuka seharian dan tentunya juga untuk saling berbagi informasi atau skandal yang terjadi di rumah sakit kami.

Jumlah perkumpulan kami total ada sebelas orang, yang sudah dekat sejak semester awal kami kuliah preklinik. Tapi karena terpencar ke berbagai stase di berbagai departemen rumah sakit dan luar kota, hanya beberapa di antara kami yang masih rajin berkumpul di kantin setiap pagi. Di mata orang lain, kami mungkin terlihat eksklusif, apalagi ketika tahu background kami masing-masing. Padahal aku sendiri tidak pernah merasa membeda-bedakan teman seperti itu, aku betah bersama mereka karena aku merasa nyaman dengan beberapa dari mereka, walaupun juga sangat membenci salah satunya.

Aku mencari istilah ini di google untuk mencari istilah yang tepat untuk kami. Clique atau klik, adalah kelompok kecil yang terbentuk karena persamaan aktivitas, hobi, visi atau pun persahabatan. Kalau istilah lebih terkenalnya adalah gang atau squad. Meskipun keduanya memiliki definisi lebih spesifik.

Dan kami, terbentuk karena kesamaan aktivitas, nasib, dan juga asal muasal atau darah kami. Entah siapa yang memulai, tapi tiba-tiba saja ketika terbentuk kelompok kecil kami ini, kami disebut orang-orang dengan ... the clique of pureblood atau pureblood squad. Iya, salah satu teman kuliah kami yang maniak Harry Potter itu menemukan fakta bahwa kesebelas kami ini sama-sama memiliki kedua orang tua yang berprofesi sebagai dokter. Maka ia saat itu melanjutkan teorinya sendiri, bahwa anak kedokteran yang hanya salah satu orang tuanya saja yang dokter disebut halfblood sedangkan yang kedua orang tuanya bukan dokter menyebut dirinya muggle atau orang biasa.

Kami duduk di salah satu gazebo kantin yang biasa menjadi spot tempat kami berkumpul, dan  aku sendiri masih sibuk mengedit laporan jaga yang akan aku presentasikan pada morning report satu jam lagi, sambil menghabiskan gelas kopi kedua dan sekaligus lontong opor di pangkuanku. Sungguh kombinasi sarapan yang akan membuat penderita gastritis kronis kumat seketika.

And you said doctors should teach their patient to have a healthy lifestyle. Meh .... gaya hidup kami sudah berantakan sejak pendidikan dimulai.

Topik pembahasan di gazebo kami ini masih tentang dokter bedah saraf baru itu. Padahal ini sudah mendekati minggu keduanya di rumah sakit ini, tetapi teman-temanku masih penasaran dengannya.

Aku menggelengkan kepala, heran. Menentukan pilihan hidup dengan masuk kedokteran menurutku sudah cukup masokis bagi kami. Maksudku, tiap orang yang mau saja mengorbankan sebagian masa muda mereka demi mengejar ilmu, sekolah beberapa tahun lebih lama, bekerja keras sementara teman lain sudah mulai menikmati hasil kerja mereka, kehilangan waktu bersama dengan keluarga ... maksudku, secara logika, orang waras mana sih yang mau?

Dan yang membuatku yakin ada beberapa golongan teman-teman koasku yang masokis sejati adalah, ketika kami semua tau seberapa rawannya dokter bedah saraf baru yang bernama Reno itu, tapi masih ada juga yang menjadi barisan fans-club beliau. Apalagi ketika status pernikahan dokter Reno masih misteri. Selain karena ia tidak pernah terlihat mengenakan cincin apa pun di jari manapun selama ia bekerja dan setelahnya, kealpaan media sosial dokter Reno di dunia maya membuat teman-teman koasku semakin penasaran dengannya.

"Tapi kamu merhatiin nggak sih, gimana dia kalo lagi operasi? Gila ... bersiiiiiih banget! Itu kayaknya yang namanya darah sama dia nggak boleh keliatan berantakan. Padahal kamu tau sendiri bedah saraf berdarah-darahnya kayak gimana. It's like, he's a clean-freak gitu lho." ucap Krisna, temanku yang berasal dari Solo, anak dokter Obgyn ternama di daerahnya dan ibunya dokter umum, dengan logat medoknya itu. Ia saat ini masih junior di stase bedah.

Primum, Non Nocere (First, Do No Harm)Where stories live. Discover now