twenty seven : corgito ergo sum (RENO'S POV)

123K 14K 2.2K
                                    

I think therefore I am
____________________

Ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar dalam hidup seorang Mars Reno Abrisham : love.

Sejak Reno mengenal lawan jenis, ia tidak pernah benar-benar berusaha mendekati perempuan-perempuan di sekitarnya itu. Semuanya datang dengan mudah saja. Tapi bukan berarti Reno menganggap enteng mereka, apalagi merendahkan. Sebaliknya, karena Reno dibesarkan oleh seorang 'Ratu' -sebutan Reno untuk ibunya-, maka Reno dididik sebagai seorang 'pangeran', a truly gentleman. Ia sangat menjunjung tinggi dan menghargai martabat para wanita, terutama wanita-wanita yang ia sayangi.

Ia mengenal bentuk cinta tulus dan tanpa meminta balasan dari ibunya. Bagaimana ibunya sanggup melakukan apa pun, mengorbankan banyak hal, asal dapat melihat anak-anak yang dicintainya bahagia. Dan inilah yang membentuk Reno memiliki sikap altruistik, selfless, menebarkan kebaikan di manapun, dan memastikan apa pun yang ia lakukan tidak sia-sia.

Orang bilang, cinta adalah tentang perasaan mendalam hingga cenderung obsesi kepada orang yang kamu sukai. Reno memahami konsep ini lewat seorang gadis bernama Alina. Bagaimana ia dibuat jatuh bangun, bahagia dan sekaligus merasa sakitnya jatuh dari tebing tertinggi olehnya. Ketika gadis ini tiba-tiba memupus harapannya dengan menikahi orang lain, Reno terpaksa menghapus konsep itu dan memulai lagi semua dari nol.

Lalu ia menikahi seorang Ayesha, dengan pemikiran bahwa cinta dapat dipelajari. Dan bahwa cinta yang tumbuh perlahan mungkin juga bisa mengobati luka hatinya yang tak kunjung sembuh. Namun ketika lagi-lagi ujian menyapa hidupnya, Reno bertanya-tanya lagi tentang arti cinta itu sendiri.

Bukankah cinta itu tentang memaafkan dan menerima kesalahan pasangannya? Lalu kenapa Ayesha pergi? Apakah tidak ada cinta di dalam pernikahan mereka selama ini? Lalu apa arti kehadiran seorang Attaya? Mungkin ini adalah hukuman untuk Reno yang tidak menghargai seseorang yang tulus mencintainya dari awal, take her for granted.

Reno sudah hampir menyerah memahami arti cinta, ketika perlahan ia menemukan harapan akan cinta itu sendiri hadir dalam senyum Attaya ketika menatapnya. Atau ketika Attaya kembali tenang dalam dekapannya setelah putri kecilnya itu menangis. Reno mengerti bentuk cinta ini, tak berbeda dari cinta mendiang ibunya kepadanya. Tulus, tidak mengharap balasan dan sekaligus menguatkan.

In the end of the day, Reno sadar bahwa cinta itu sendiri hadir dalam banyak definisi. Ia tidak lagi banyak bertanya, hanya terus belajar memahami semua yang terjadi di sekitarnya, seperti biasa.

Maka ketika matanya pertama kali terperangkap dalam pesona seorang gadis yang ia temui di IGD rumah sakit, tepat di hari pertamanya bekerja, Reno kembali menanyakan pertanyaan besar itu.

Who is this girl? What is this strange feeling I feel deep inside my chest just by looking into her eyes?

Dan lewat seorang gadis bernama Nadia Avicena, Reno dibuat penasaran setengah mati.

*

Seringnya ada dua alasan kenapa Reno datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit : pertama, karena ada tindakan sebelum jam kerja dimulai -yang biasanya merupakan tindakan untuk pasien-pasien VIP-. Kedua, karena ia bangun tidur terlalu pagi, atau justru karena tidak tidur sama sekali.

Hari ini, pukul setengah enam pagi, Reno sudah beredar di bangsal bedah saraf karena ia tidak bisa tidur lagi setelah terbangun pukul dua dini hari, setelah mimpi buruk kembali menghantuinya hari itu. Mood-nya meski buruk, tidak ia tunjukkan sama sekali saat ia mem-visite pasiennya satu-persatu. Sebisa mungkin ia mencari alasan agar jadwal operasinya hari ini ditunda untuk besok. Karena ia tau dengan kondisinya sekarang, otaknya tidak akan berfungsi dengan baik, sehingga ia tidak mau ambil resiko dan asal 'membuka' kepala orang.

Primum, Non Nocere (First, Do No Harm)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang