twenty eight : luctor et emergo

131K 15.8K 2.9K
                                    

I struggle and emerge

______________________

a/n. Buat yang udah bener nebak tempat internsip-nya, congrats loh! You know me so well ... xo

Terletak di sebelah timur Pulau Bali, Lombok merupakan sebuah pulau di kepulauan Sunda kecil atau Nusa Tenggara yang penduduk aslinya bersuku Sasak. Banyak orang mengira nama Pulau Lombok berhubungan dengan 'lombok' atau tanaman cabai secara harafiah. Padahal bukan ...

Meskipun memang benar sebagian besar kuliner di Lombok memiliki cita rasa pedas, tetapi arti Lombok sendiri bukan itu. Lombok berasal dari Bahasa Sasak "Lombo'/Lomboq" yang berarti lurus. Pemberian nama Lombok itu sendiri berasal dari sejarah kata Lombok yang tertulis di kitab Negara Kertagama Kerajaan Majapahit, ditulis oleh Mpu Prapanca saat pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Lombok. Ditulisnya "Lombo' Mirah Sasak Adi" yang berarti orang Lombok memiliki hati yang lurus atau jujur untuk dijadikan permata kejayaan.

Sejujurnya, tempat ini bukanlah pilihan pertamaku saat masa-masa penentuan pemilihan wahana beberapa waktu lalu. Keberadaanku di tempat ini murni hasil ketidaksengajaan (yang disengaja). Maksudku, di saat pikiranku masih kalut, yang aku tau hanya aku harus pergi secepatnya dan sejauh-jauhnya dari rumah, tidak peduli di mana. Aku benar-benar asal menggerakkan cursor mouse-ku dan memilih kota pertama yang terbaca saat mataku fokus di layar.

Walaupun setelah berhasil mendapatkan pakta integritas, untuk beberapa saat aku juga teringat celetukan teman-teman di ruang skills lab saat itu, sehingga sepertinya sudah tau siapa yang akan aku temui di Lombok nanti. Maka ketika tiba hari penerimaan peserta internsip oleh dinas kesehatan setempat dan kulihat seseorang yang sangat kukenal sudah duduk di salah satu kursi, aku sama sekali tidak terkejut dan bahkan mau tak mau tertawa juga.

Sepertiku, Dipta juga memberikan ekspresi yang sama saat melihatku masuk ruangan, tertawa miris. Seolah tau alasan personal kami masing-masing memilih tempat ini. Aku baru saja duduk di sebelahnya saat ia mencecarku dalam satu tarikan napas.

"Gue hubungin lo udah dari kapan tau. Telepon nggak nyambung, whatsapp nggak dibales, DM Instagram dibaca pun nggak. Kenapa lo?"

"Nomor handphone gue ganti. Media sosial gue semua di-uninstall Mama."

Dipta membuka mulut hendak bertanya lagi, namun segera ia tarik kembali apa pun yang akan diutarakannya. Lalu ia menghela napas dan mengulurkan tangannya padaku.

"Let's make a deal."

"Apa?"

"Pertama, jangan tanya masalah masing-masing, jangan sengaja nyebut nama 'dia' juga, kecuali kita duluan yang cerita. No, don't give me that look, I know that you know exactly what I'm talking about." Ucap Dipta tegas saat aku mengerutkan dahiku.

"Dua, saling bantu aja kerjaan masing-masing, profesional. Don't act like you don't know me, we'll be stuck to each other for the next whole year."

"Tiga ... ini yang paling penting. Please ... please banget, selama dan sampai selesai internsip ini, jangan jatuh cinta sama gue."

Aku segera menyambut uluran tangan Dipta dan menyalaminya dengan semangat.

"Deal! Terutama yang terakhir itu, nggak bakalan dah, gue jamin. Iyeuh ...!"

"Bagus. Cuman tindakan preventif aja sih, Nad. Soalnya semua tokoh cewek di FTV kan suka gitu."

"Good thing I don't watch FTV." Aku yang tadinya memandang Dipta seolah jijik lama-lama tertawa setelah memikirkan permintaan-permintaan Dipta tadi. Karena pada akhirnya aku paham, di sinilah kami, sama-sama 'lari' ke tempat yang jauh. Dua orang yang memiliki agenda tersendiri, bukan sekedar berderma melayani masyarakat sekaligus mengaplikasi keilmuan yang kami pelajari sekitar enam tahun lamanya.

Primum, Non Nocere (First, Do No Harm)Where stories live. Discover now