seven : acta non verba

156K 17.4K 966
                                    

actions not words

____________________

Belajar ilmu kedokteran menurutku seperti bermain permainan puzzle. Kita seperti belajar mencocok-cocokkan berbagai macam teori (saat preklinik) dengan penampakan yang ada (klinik atau koass) sehingga potongan-potongan ilmu itu membentuk gambaran yang jelas. Ada yang mudah, ada yang sulit, seperti level permainan itu sendiri.

Satu penyakit yang kami anggap 'mudah' contohnya adalah penyakit stroke. Karena antara tanda dan gejala yang didapatkan sangatlah khas : kelemahan sebelah tangan-kaki, sulit bicara, penurunan kesadaran dan berbagai defisit neurologis yang disertai hasil CT scan yang khas, itu seperti memecahkan puzzle untuk anak SD. Walaupun pada kenyataannya ya stroke ini penyakit berat untuk pasien. But please, aku tidak membicarakan tentang efek penyakit dan tingkat penderitaannya pada pasien di sini. So open your mind for a sec.

Kamu tau apa penyakit yang kami anggap susah-susah gampang? Demam.

Demam itu adalah satu gejala penyakit yang kemungkinan diagnosis akhirnya sangat luas. Demam typhoid, demam berdarah, malaria, chikungunya, heat stroke, sepsis, bahkan sampai leukimia dan infeksi parasit seperti cacingan pun memiliki gejala demam. Maka kita perlu mencocokkan dengan teori-teori berikutnya, seperti tipe demam malaria yang sangat khas (demam panas-dingin, mengigil, berkeringat), atau demam sore pada typhoid juga tipe-tipe demam yang sepertinya akan membuat kepalamu pecah jika kujelaskan di sini. Bantuan terakhir kami dan yang juga paling penting untuk melengkapi potongan puzzle itu adalah gold standard penegakan diagnosis masing-masing demam : pemeriksaan laboratorium.

Jika hasil laboratorium menunjukkan adanya infeksi virus penyebab demam berdarah atau bakteri penyebab typhoid, maka pekerjaan kami selesai, hanya tinggal mengikuti standar prosedur operasional untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut. Satu prosedur standar untuk satu penyakit, maka puzzle terselesaikan. Tapi ketika dengan pemeriksaan laboratorium apa pun pemeriksaan lain tidak ditemukan penyebab demam tadi, bahkan setelah demam si pasien turun dan pasien boleh pulang dari rumah sakit, puzzle itu tidak bisa dikatakan tuntas. Ada sesuatu yang hilang, walaupun si dokter dapat dikatakan berhasil 'menyembuhkan' pasien.

Jadi intinya pekerjaan kami seperti itu : mendengarkan keluhan pasien, melihat tanda dan gejala yang nampak (syukur-syukur jika gejalanya khas), memastikan dengan hasil laboratorium atau penunjang yang lain (seperti rontgen, CT scan, USG, dll), dan setelah mencocokkan semuanya, tinggal memberikan terapi yang sesuai dengan diagnosis yang telah ditegakkan. Mudah kan? Haha, you wish. Makanya tidak heran banyak dokteroid bermunculan, atau pasien-pasien yang dengan mudah mendiagnosa penyakitnya sendiri hanya berdasar pada penjelasan yang didapat di google.

Padahal ada ratusan ribu diagnosis yang terdaftar di ICD X, yang berarti ada ratusan ribu kemungkinan dari satu gejala saja.

Padahal di balik itu kami juga mempelajari tentang perjalanan suatu penyakit, sehingga kami berpikir secara logis dan berdasar ilmu, tidak asal mencocok-cocokkan seperti itu.

Sungguh ilmu kami lebih kompleks dari sekedar hasil searching di google.

Tetapi itulah yang aku sukai dari belajar kedokteran, banyak pelajaran tentang cara tubuh manusia bekerja dan tidak pernah terbayang sebelumnya. Dan diantara banyaknya ilmu yang aku dapat selama bertahun-tahun itu, aku mempertanyakan kenapa tidak ada satu pun teori yang mengajariku tentang perjalanan hati seseorang ketika ia sedang jatuh cinta.

Yang kutemukan hanya hormon-hormon yang berpengaruh ketika orang jatuh cinta yang jika ditarik garis lurus memiliki kesamaan dengan perubahan hormon pada gangguan jiwa tertentu -ya, that's why, ketika kamu sedang jatuh cinta berat pada sesuatu, kamu tidak berbeda dengan orang bergangguan jiwa, atau gila (karena cinta) - tapi tidak bisa menjelaskan sesuatu yang terjadi di hadapanku saat ini.

Primum, Non Nocere (First, Do No Harm)Where stories live. Discover now