21. Main

2K 316 2
                                    

Yang ditunggu dan bikin senam jantung dari awal dia ngechat akhirnya datang. Gue langsung kaget ketika Jihoon nelepon gue bilang kalau dia udah di depan gerbang.

Setelah nyamperin dan mempersilahkan Jihoon masuk rumah dan duduk di ruang tamu, gue berniat bikinin minuman buat Jihoon.


"Mau minum apa?" Tanya gue ke Jihoon yang lagi duduk sedangkan gue berdiri sedikit jauh di depannya.

"Air." Ya, semua minuman juga air, Hoon.

"Air keran mau?"

"Hahaha... air mineral aja." Gak usah ketawa gitu dong, Hoon. Hati gue cemberut gak bisa apa-apa karena modar.

"Oke, deh," gue langsung pergi ke dapur untuk mengambil air mineral. Selain itu, untuk menenangkan hati gue juga yang beberapa detik lalu modar entah kemana.


Setelah dirasa gue udah cukup tenang meskipun gak benar-benar tenang, gue segera menghampiri Jihoon yang menunggu di ruang tamu sambil membawa nampan yang berisi gelas dan air mineral.

"Udah sembuh beneran nih kayaknya." Ucap Jihoon ketika gue menaruh nampan ke meja.

"Hehe... iya, udah." Gue duduk sedikit jauh di sebelah Jihoon.

"Mama sama papa lo kemana? udah lama gak ketemu."

"Lagi pada kerja."

"Oh... masih pada kerja, ya,"


Jadi, gue sama Jihoon udah saling kenal dari SD. Orangtua gue dengan orangtua Jihoon pun saling kenal.

Waktu dulu SD, gue sekolah ditungguin sama mama gue. Jihoonpun gitu. Gue juga beberapa kali sekelas sama Jihoon. Jihoon suka mampir ke rumah. Bukan Jihoonnya, sih, tapi mamanya. Biasa lah, ibu-ibu gosip. Jihoon mah ikut-ikutan aja. Jadi jangan heran kalau kita lumayan deket.

Tapi ketika SMP, gue dan Jihoon gak satu sekolah lagi. Kita sekolah di sekolah yang berbeda. Tapi Jihoon tetap menghubungi gue melalui aplikasi chat. Dan ketika dia bilang masuk ke SMA yang sama dengan gue, gue cukup kaget dan... senang?

Lagi asik-asiknya gue dan Jihoon bernostalgia ke masa SD yang lumayan  suram, dari luar terdengar suara orang memanggil nama gue. Gue mengernyit menatap pintu rumah. Perasaan gue gak enak. Ada bau-bau pengganggu yang tercium.


"Sebentar ya, Hoon," gue beranjak dari duduk gue lalu segera menuju ke pintu rumah untuk keluar.

"ADEL..."

"Siapa?"

"Tolong bukain gerbang, dong," nah kan, sumber bau pengganggu dugaan gue bener.

"Ngapain sih, Lin?" Gue membuka gerbang. Terlihat Guanlin yang berdiri tepat di depan gerbang dengan masih menggunakan seragam. Pantes baunya pekat banget, belum mandi ternyata. Gak, sih. Masih wangi. Enak lagi.

"Mau main, lah. Udah sembuh?" Guanlin nyelonong masuk.

"Kan, emang gak sakit." Gue menyusul Guanlin yang sekarang ada di teras.

"Oh iya, tadi kan gue dibodohi."

"Emang bodoh."

"Ada tamu?" Guanlin menatap motor yang terparkir di garasi gue.

Gue menggangguk, "Ada Jihoon."

"Jihoon? Ngapain?" Guanlin menaikkan sebelah alisnya.

"Main, lah. Yuk, masuk,"


Gue masuk ke dalam rumah diikuti oleh Guanlin dari belakang.


"Loh, Guanlin?" Jihoon menaikkan alisnya.

"Oy, Hoon," Guanlin melakukan tos dengan Jihoon lalu duduk di samping Jihoon.

"Mau ngapel nih, ya?"

"Hah, apaan? Nggak." Gue mengelak lalu duduk di hadapan mereka berdua.

"Iya, gue mau ngapelin Adel." Gue menatap Guanlin dengan tatapan yang tajam.

"Waduh, ganggu dong gue?"

"Apaan, sih? Guanlin ngada-ngada." Gue masih menatap Guanlin dengan tajam. Yang ditatap hanya tersenyum santai.

"Beneran juga gak apa-apa." Jihoon dan Guanlin tertawa. Kombinasi ketawa yang indah.

"Lo ngapain, Hoon?"

"Main aja. Udah lama gak ke sini."

"Loh?"

"Kenapa?"

"Udah lama gak ke sini?"

"Gue dulu satu SD sama Adel. Gue juga sering ke sini setiap pulang sekolah nemenin ibu gue ngerumpi sama mamanya Adel. Terus pas SMP gue gak satu sekolah sama Adel. Jadinya gak pernah ke sini lagi. Eh, kebetulan SMA satu sekolah lagi ya udah itung-itung menjalin tali silaturahim lagi."

Gue cuman liatin mereka yang asik berbicara satu sama lain sambil mikir.

'Ini kayaknya yang ngapel mereka berdua, deh.'

***

Random✔ | Lai GuanlinWhere stories live. Discover now