"Loh, yang ngejauh duluan siapa?" Gue memasang tampang nyolot.
"Loh, abisan lo sama Jihoon melulu sampe gue dicuekin."
"Cemburu, nih?" Gue memajukan badan ke arah Guanlin sambil mentapnya dengan cengiran hingga Guanlin memundurkan badannya.
"Gak." Guanlin membuang muka untuk gak menatap gue.
"Hahahaha... Guanlin... Guanlin..."
"Gak usah ketawa. Lagian lo juga sama aja kayak gue."
"Nggak, tuh." Gue menatapnya yang lagi menatap gue.
"Emang apa?"
"Cemburu, kan?"
"Tuh, kan... Secara gak langsung lo bilang kalo lo cemburu." Guanlin membuat cengiran menyebalkan.
"Ih, nggak."
"Bohong."
"Beneran."
"Beneran bohong."
"Ih, Guanlin!"
"Apaaa?" Guanlin masih menatap gue dengan cengiran menyebalkannya dan sebelah alisnya yang terangkat.
"Gak bohong." Gue balas menatapnya.
"Emang gue nanya?" Alisnya makin terangkat.
"TAU, AH," Gue membuang muka ke arah tv yang menyala tanpa suara.
"Gemes banget, sih." Gumamnya yang terdengar oleh gue.
"APA?" Gue nengok sambil memasang tampang kesal.
"Nggak."
"Gue pulang nih ya,"
"Ya udah."
"Oke." Gue berdiri, Guanlin ikutan berdiri.
"Ngapain?"
"Nganter sampe depan gerbang," jawabnya masih dengan senyuman menyebalkannya.
Gue mengabaikan dan langsung berjalan tanpa mempedulikan cowok yang berjalan mengikuti gue di belakang.
Sampai gue tiba di depan gerbang rumah gue, gue tetap gak mempedulikannya.
"Dadah, Adel!" Gue menoleh lalu menatapnya tajam dan dibalas dengan cengiran menyebalkannya.
Setelahnya, gue langsung masuk masih dengan perasaan yang kesal. Apalagi waktu gue ngebayangin cengirannya itu. Nyebelin banget. Udah tau nyebelin ngapain gue bayangin? Gak tau, pokoknya gue kesel sampe pintu rumah aja gak sengaja gue banting.
Belum ada tiga langkah gue jalan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah.
Dengan berat hati gue membuka pintu hanya untuk melihatnya yang udah gak memasang cengiran menyebalkannya lagi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.