22. Jauh

1.7K 270 7
                                    

Entah sejak kapan gue jadi sedekat ini sama Jihoon. Pulang sekolah bareng, sering main ke rumah gue, sering juga main ke kelas gue, jalan ke mall bareng, curhat-curhatan bareng, dan masih banyak lagi.

Ekhem.

Bukan dekat dalam artian gue memandang dia sebagai cowok, laki-laki, pria, namja, atau apapun itu. Tapi dekat karena gue memandangnya sebagai teman.

Dan selama itu juga, Guanlin jadi jauh dari jangkauan mata gue. Denger-denger sih lagi deket sama Somi. Tapi gue menolak untuk percaya karena gue gak melihat bukti-bukti.

Dan ketidakpercayaan gue runtuh sekarang juga.


Anjir, apa, sih? Panas banget, dah.

Gue dianggap gak, sih?

Ketawa-ketawa gak ngajak lagi.

Anjir, receh banget. Gue juga mau ikutan ketawa.


Gue mendumel dari dalam hati sambil piket kelas. Sebelumnya, Guanlin gak ada. Hanya ada empat orang yang piket di kelas ini. Gue, Somi, dan dua orang yang lain. Gak tau datang dari mana, tiba-tiba waktu gue lagi beresin loker ada suara Guanlin sama Somi lagi ngobrol sambil si Somi nyapu lantai kelas. Membuat jiwa dan ragaku terpanggang.


Setelah dirasa selesai piket, gue mengambil tas lalu bergegas pulang. Mau mendinginkan jiwa dan raga. Di sini panas. Sumpek.


"Loh? Del!" Tiba-tiba Somi manggil gue yang udah di dekat pintu kelas.

"Hah?" Gue nengok. Gak sengaja melihat Guanlin yang lagi ngeliat ke arah gue juga.

"Cepet banget pulangnya."

"Abang gojeknya udah ada di bawah." Bohong gue.

"Gak bareng Jihoon?"

"Nggak."

"Gak nungguin gue?"

"Kan ada Guanlin." Gue menunjuk Guanlin dengan dagu.

"Duluan ya, Som," lanjut gue. Setelahnya langsung berjalan meninggalkan kelas.


Selama perjalanan menuju loby, mulut gue gak berhenti untuk berkomat-kamit sambil memasang muka kusut gue.

Gue sendiri gak tau kenapa bisa sebegitu kesalnya melihat Guanlin dekat dengan Somi. Ditambah gue merasa Guanlin yang sekarang menjauh dari gue.

Sesampainya di loby, gue duduk di bangku panjang yang ada di loby, menyalakan handphone dan memasang earphone ke handphone serta ke telinga gue, lalu membuka ikon musik dan menyentuh salah satu lagu yang ingin gue dengar.

Setelahnya, gue membuka aplikasi gojek dan memesan.

Gak lama setelah gue memesan gojek, tiba-tiba ada yang menarik earphone sebelah kiri gue sehingga terlepas dari telinga gue. Gue nengok dan mendapati Jihoon yang menatap gue dengan wajah yang cerah. Berbanding terbalik dengan gue.


"Gimana Arin?" Tanya gue pada Jihoon yang sekarang duduk di samping gue.

"Mantap!" Jawabnya sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Mantap apaan, anjir?"

"Lancar, deh,"

"Kok gak nganter dia?"

"Dia ada urusan OSIS."


Diam sebentar.


"Guanlin gimana?"

"Gimana, ya? Hehe..."

"Jangan bohongin perasaan lo sendiri."

"Abang gojek gue udah dateng. Duluan, ya!" Tau arah pembicaraannya akan sama lagi seperti yang kemarin-kemarin, gue memutuskan untuk pamit duluan dengan alasan gojek gue udah datang. Ya... emang udah dateng, sih. Gue gak bohong.

Yang baru saja akan menasihati gue seperti yang kemarin-kemarin, hanya menggelengkan kepala melihat gue yang berjalan menjauh.

*****

Random✔ | Lai GuanlinWhere stories live. Discover now