25. Akhirnya

357 55 1
                                    

"Udah pulang, kan?"

"Ya udah, balik lagi."

"Temenin gue."

"Sampe mama sama papa gue pulang."


Gue menemaninya lagi. Tapi bukan hanya sampai mama dan papanya pulang. Bukan hanya menemaninya di ruang keluarganya dengan tv yang menyala tanpa suara. Lebih dari itu. Sampai gue dan dia bertemu kembali dengan ujian kenaikan kelas. Gue tetap menemaninya. Sekalipun gue dan dia pisah kelas.

"Nanti lo mau kemana, Del?" Guanlin tiba-tiba bertanya di tengah kesunyian ketika gue sedang belajar bersama dengannya.

"Kemana apanya?" Gue mengalihkan pandangan gue dari beberapa lembar kertas yang gue kerjakan untuk menatap Guanlin dengan bingung.

"Kuliah."

"Hmmm... gue sih pengennya yang jauh." Gue berpikir sebentar.

"Gue pengennya yang deket."

"Yah, jauh dong nanti kita?"

"Deket sama lo." Guanlin menatap gue dalam.

"Najis," gue kembali menatap lembaran kertas.

"Loh, kok najis sih?"

"Udah. Sut ah. Diem."

"Nanti gue usahain biar sekampus sama lo." Gue langsung menatapnya yang udah gak menatap gue lagi.

Setelahnya gue menaruh harapan besar pada Guanlin. Harapan untuk tetap menemaninya. Harapan untuk tetap ditemani olehnya. Harapan untuk saling menemani dan selalu berada di sampingnya.

Tapi, seharusnya gue gak berharap.

*****

"GUANLIN!" Gue berlari dengan semangat menuju ke rumah Guanlin tanpa menghentikan panggilan gue ke Guanlin.

Terlihat pintu rumahnya terbuka dan menunjukkan sosok yang gue panggil. Sosok yang sudah banyak berubah. Tinggi yang semakin bertambah sedangkan gue segini-gini aja, ekspresi wajahnya yang mulai sedikit berwarna, diiringi sikapnya yang makin songong ke gue, dan Guanlin yang semakin rajin belajar walaupun gak serajin gue.

"Kenapa, Del?" Tanyanya langsung setelah menutup kembali pintu rumahnya.

"GUE KETERIMA!"

"Pelan-pelan ngomongnya." ucapnya ketika melihat gue berbicara dengan ngos-ngosan.

"Hehehe...."

Gue menarik napas lalu membuangya.

"Gue keterima di Malang!" Ucap gue langsung sambil menatap Guanlin.

Yang ditatap balik menatap dalam gue. Gue berharap dia mengatakan hal yang sama. "Gue juga, Del," itu yang gue harapkan. Tapi nyatanya Guanlin hanya terus menatap gue dengan senyum yang mulai mengembang tanpa mengeluarkan kalimat yang gue harapkan.


*****




foto adel diambil dari pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

foto adel diambil dari pinterest.

"HALLO, GUANLIN???"

"Iya, halo, gak usah teriak-teriak." Terlihat Guanlin yang sepertinya sedang duduk di area kampusnya.

"Hehehe...."

"Lagi gak ada kelas, Del?"

"Nggak dong. Lo ada kelas ya?"

"Baru banget kelar."

"Pas banget,"

"Kenapa?"

"Lo gak kangen gue apa?"

"Oh, lo kangen gue?"

"Hmmmmmm."

"Hahahaha...."

"Kok ketawa??!"

"Gak boleh emang?"

"Yaaa, boleh."

"Yaudah."

"..........."

"........."

"Gue mau balik dulu."

"Oooh...yaudah, dadah, Guanlin!" Gue melambai-lambaikan tangan.

"Oh iya, bentar."

"Kenapa?"

"Gue juga kangen lo."

Setelah itu sambungan terputus.

*****


Pada akhirnya gue dan Guanlin gak bisa sekampus bareng. Bahkan gak bisa untuk satu wilayah. gue di Malang dan dia di Jakarta.

Pada akhirnya juga gue gak bisa untuk selalu di dekat dan di samping dia. Tapi walaupun begitu, gue selalu berusaha untuk menemani dia. begitupun Guanlin.

Soal hubungan gue dan Guanlin? Gue dan Guanlin gak berhubungan apa-apa. Kita hanya berkomitmen.






















Selesai
dan
Terima kasih atas kesabarannya

Random✔ | Lai GuanlinWhere stories live. Discover now