1 (Revisi)

39.4K 732 10
                                    

Jangan nanya kenapa bagian 1 dan 2 beda😐. Ini versi revisi--ingat. Dan saya malas narik bagian sebelumnya.

Happy reading!

*

Ameera terbangun di dalam sebuah bangunan rumah tua. Ia ingat tempat ini, persis di hutan jauh dari pemukiman.

Ameera memekik mendapati tubuhnya kini tidak lagi berbusana. Dengan gemetar ia meraih pakaian yang teronggok sembarang. Air matanya perlahan mengalir turun. Terlebih mendapati area bawahnya yang terasa nyeri ketika ia akan melangkahkan kaki.

Sejak saat itu Ameera yakini hidupnya tidak akan sama lagi.

__
Sebulan kemudian...

Plak

Wajahnya terlempar ke samping. Air matanya tidak berhenti mengalir. Sakit diwajahnya tidak sebanding dengan sakit di hatinya.

"Beraninya kamu melakukan hal tidak senonoh di luar sana! Siapa yang menghamilimu hah!?" Tanya sang pria paruh baya sarat akan kemarahan yang ditujukan pada anak bungsunya itu.

Adi Hermawan--menatap Ameera dengan marah. Tangannya yang tadi ia gunakan untuk menggampar wajah mulus itu saling terkepal di masing sisi tubuh.

Ameera mendongakkan kepala memohon simpati pada saudarinya-- Ara yang berdiri tidak jauh dibelakang tubuh ayahnya. Namun yang ditatap hanya menyeringai penuh kemenangan. Sekarang tidak ada lagi sang bunga desa idaman itu pikirnya. Karena Ameera sudah kotor dan hal itu tentu menjadi sebuah aib.

"Gugurkan!" Bak petir di siang bolong. Perkataan ayahnya membuat Ameera menegang takut. Tangannya dengan antipasi memeluk perut ratanya yang kini tempat bertumbuh janin dari pria yang tidak Ameera ketahui sebelumnya.

Ameera menggeleng takut-takut. Air matanya semakin deras mengalir dipipi mulusnya.

Berusaha mengendalikan emosi Adi kemudian berlalu meninggalkan putrinya yang menangis tergugu.

Namun sebelum itu, Adi kembali mengeluarkan kalimat yang membuat Ameera tidak meyakini pendengarannya.

"PERGI! TIDAK ADA TEMPAT BAGIMU DI RUMAH INI!"

Kala itu ada seorang pria yang ingin meminangnya. Tentu Ameera menolak. Pikirnya ia masih muda dan masih banyak hal yang ingin ia lakukan sebelum nanti berumah tangga.

Terlebih pria itu memiliki aura yang membuat siapa pun takut berada dekat dengannya. Seolah jika ia menggenggam ia dapat meremukkan tulang.

Lamaran itu datang berkali-kali dan berkali juga ditolak. Bahkan banyak sekali pria sebelum itu yang akan bernasib sama. Ameera pikir semuanya akan baik-baik saja. Namun malah semuanya membawa bencana.

Ameera berjalan melewati warga desa yang menatap jijik kearah kandungannya yang memasuki minggu kedelapan itu. Bagi warga desa hamil tanpa suami merupakan aib besar.

Ya Tuhan apa kesalahanku hingga engkau memberikan cobaan sebesar ini, tanyanya dalam hati.

Sementara dilain tempat tampak seorang pria menyeringai puas atas keberhasilannya membalas dendam kepada keluarga Hermawan yang tidak lain musuh dari mendiang ayahnya dulu.

Satu rencana berhasil nantikan saja selanjutnya...

PREGNANTWhere stories live. Discover now