8

15.4K 506 26
                                    

"Bagaimana keadaan janinnya? Apakah baik-baik saja?" Aron berucap datar namun tersirat kebahagian dalam kalimatnya.

Dokter Rika yang menangani Ameera tersenyum tipis lalu menjelaskan.
"Kandungannya baik-baik saja. Tetap jaga kondisi ibunya ya pak."

Aron mengangguk sebentar sedangkan Ameera diam mendengarkan.

Kemudian keduanya pergi setelah menebus vitamin yang Dokter Rika resepkan.

Aron membelah jalanan lalu membelok ke arah sebuah restoran.
"Ayo turun."

Ameera mengikuti Aron yang berjalan di depannya. Matanya memandang bangunan restoran yang cukup besar di depannya. Selama tinggal di desa, bisa dihitung dengan jari frekuensi ia pergi ke kota dulu. Itu disebabkan ayahnya yang jarang mengajaknya, namun pengecualian pada saudara perempuannya.

Kadang Ameera berpikir, mungkin ia bukan anak kandung dari ayahnya. Memikirkannya saja cukup membuat Ameera sedih dan merasa terbuang. Sikap ayahnya selama ini jauh dari kata hangat. Sering dibentak dan dihujani dengan tatapan tajam sudah biasa diterimanya.

Karena keasikan melamun Ameera tidak sadar jika dirinya menabrak punggung Aron yang berhenti di depannya.

Pria itu berdecak kemudian tangannya mengapit pinggang wanita itu agar berjalan bersisian di sampingnya. Matanya mengedar- mencari meja kosong untuk mereka dua tempati.

"Ingin pesan apa?" Aron bertanya seraya tangannya membolak-balik buku menu ditangannya.

"Ak-u.. aku tidak tau," Ameera menunduk- menggigit bibir bawahnya gugup.

Aron memesan untuk Ameera sekaligus dirinya sendiri. Matanya menatap lekat sosok wanita berbadan dua-yang sudah beberapa bulan ini tinggal bersamanya.

"Kenapa melihatku begitu?" Cicit Ameera.

Aron tersenyum tipis.

"Kenapa? Apakah mengganggu?" Tanya Aron dengan mata menyipit.

Ameera gelagapan." Ehm, it-u..tidak! Maksudku, aku malu." Ungkapnya.

Aron tertawa. Tawanya cukup mengundang berpasang-pasang mata disekitar memandangnya. Terutama kaum hawa yang tergoda dengan wajah rupawan Aron.

Tiba-tiba wajah Ameera menjadi muram. Dibanding wanita lainnya, ia tidak ada apa-apanya. Aron yang melihatnya pun menjadi heran.

"Kenapa, hmm?"

"Tidak apa-apa."

"Aku tidak suka menggunakan kekerasan untuk jawaban yang aku inginkan, Ameera. Cukup sekali, kau mengerti?" Aron berucap datar.

Ameera yang awalnya muram bertambah sedih. Hari ini ia menarik asumsi bahwa Aron berpura-pura baik padanya.

____

Hai semua pengguna Wattpad🖑!

Terimakasih sudah mau menunggu cerita yang tidak seberapa ini wk.

Ps: Gua gak tau ttg isi cerita ini. Apakah nyambung ato gak hehe😅.

PREGNANTWhere stories live. Discover now