9

13.8K 443 43
                                    

"Bu," Aron memasuki rumah ibunya diikuti Ameera yang sejak tadi diam dibelakangnya. Selama perjalanan kembali dari restoran menuju kediaman orangtuanya keduanya saling mendiamkan.
"Kami menginap malam ini." Kata Aron pada Hilda. Yang tentu saja diiyakan oleh ibunya itu.

"Aron.."

Seolah tersadar Aron pun memperkenalkan Ameera pada Hilda yang sejak tadi mencuri-curi pandang pada wanita yang diajaknya bersama.
"Ameera, ini ibuku."

Ameera maju menyalami Hilda ragu-ragu, bahkan dengan senyum yang dipaksakan. Lain halnya dengan Hilda yang tanpa aba-aba menarik tubuh mungilnya ke dalam pelukan.

"Ibu sudah lama menunggu untuk dikenalkan denganmu, nak." Diterima dengan tangan terbuka membuat Ameera seketika terharu. Ibu dari Aron menerimanya hangat tapi kenapa pria yang membawanya itu sampai menaruh dendam pada keluarganya. Apakah dimasalalu ayahnya melakukan kesalahan yang fatal pada keluarga pria itu? Tanya batinnya.

"Kamu hamil!?" Seolah baru tersadar, Hilda bertanya dengan raut terkejut mendapati wanita dihadapannya ini sedang berbadan dua.

Tubuh Ameera mendadak kaku. Wajahnya pucat pasi. Ingin meminta tolong pada Aron, pria itu sudah hilang entah kemana--terakhir Ameera melihatnya menaiki tangga menuju lantai atas rumah ini.

"I-tu..ak-u..eh.." Ameera menjawab terbata. Bingung antara mengatakan yang sejujurnya atau tidak.

"Ameera!" Teriakan nyaring Aron membuat Ameera seketika bernapas lega. Setidaknya ia tidak perlu menjawab pertanyaan Hilda 'kan.

"Mama, Ameera permisi dulu." Pamitnya yang diiyakan oleh Hilda dengan berat hati.

Untung saja, gumam Ameera.

Ameera menginjakkan kaki dianak tangga satu-persatu. Matanya menatap sekeliling rumah orangtua Aron dengan pandangan kagum. Rumah yang cukup besar dan berdesain modern berbeda dengan rumahnya yang di desa yang hanya terbuat dari kayu--walaupun tempat tinggalnya dulu sudah cukup bagus bagi orang-orang di desanya.

Ameera berhenti di daun pintu yang sedikit terbuka, menampakkan bahu kokoh Aron yang sedang bertelanjang dada.

Didorongnya pintu pelan lalu masuk dengan hati-hati.

"Ambilkan aku baju di lemari." Perintah Aron tanpa memandang langsung ke arahnya. Rambut basahnya menandakan bahwa pria itu baru saja selesai mandi.

Ameera mengangguk yang tentu saja tidak dapat dilihat pria yang membelakanginya itu.

Ketika sedang sibuk memilih kaos yang akan Aron kenakan. Tiba-tiba perut buncitnya dilingkari sepasang lengan kekar. Sesekali pria itu menyerukkan wajahnya pada rambut beraroma apel milik Ameera.

"Aron.." Gumamnya. Jangankan berhenti Aron malah semakin gencar mengecupi sepanjang bahu dan leher kanannya.

Ameera terengah.

"Aron...aku butuh kamar kecil." Cicit Ameera takut-takut. Seolah tersadar Aron melepaskan Ameera sebelum kembali memilihkan bajunya sendiri menghiraukan Ameera yang sekarang sedang bersembunyi dibalik pintu kamar mandi.

"Ya Tuhan..." Gumam Ameera gugup.

***

Pyuhh...nafas dulu saya😅.

Maaf jika saya lambat ralat SANGAT LAMBAT sekali dalam mengupdate cerita Ameera dan Aron. Seringkali saya kehabisan ide atau gak ada ide untuk melanjutkan cerita ini ditambah lagi tugas sekolah yang setiap hari minta dibelai😂. Maaf sekali lagi untuk yang senantiasa menunggu cerita ini karena saya malas sekali melanjutkan karena hal-hal diatas.

Fullday itu gak enak loh! Ditambah tugas yang setiap hari selalu ada membuat tubuh saya mudah capek. Capek hati dan pikiran,,, alah lebai😄. Maaf malah curhat.

Terimakasih untuk reader yang mensupport saya dan selalu memberi vote pada cerita ini. Aku sayang kalian😘!!

Didedikasikan pada @AyuhTahir

PREGNANTWhere stories live. Discover now