Jangan lupa vote ya hehe 👇
Ibu tetap kekeuh akan mengantarku ke sekolah, walaupun berkali-kali aku bilang pada Ibu kalo aku nggak papa dan aku bisa bawa motor sendiri.
"Ibu tau kamu wanita tangguh, tapi kali ini biarin Ibu nganterin kamu" katanya.
"Ya sudahlah, aku tidak mau melawan Ibu"-batinku, aku segera memakai jaket jeans milikku lalu keluar menemui Ibu yang sudah menunggu.
Ibu memulai laju sepeda motor dengan pelan dan hati-hati.
Di pertigaan jalan dekat halte, Ibu menepikan motornya di samping pedagang kaki lima yang berderet disana.
"Ibu mau beli makanan dulu, kamu mau apa?" tawarnya.
"Apa nggak bisa nanti aja pas pulang ya, Bu?"
"Sebentar doang kok, Fa. Kamu mau ibu belikan apa?"
"Fara nggak mau apa-apa, Bu." aku memilih untuk tetap duduk di sepeda motorku.
"Ya sudah, tunggu sebentar ya".
Aku menatap punggung Ibu yang berjalan mendekati pada pedagang penjual makanan disana.
Ku dapati seorang pria yang duduk di dekat tukang nasi goreng itu menatapku.
Aku mencoba melihatnya memastikan aku mengenalinya atau tidak.Dia langsung berdiri dan menghampiriku. Ya biasa, dengan baju yang di keluarkan dan rambut yang terlihat berantakan seperti baru saja bangun tidur. Memang seperti itu kebiasaannya. Walaupun dengan penampilan seperti itu sebenarnya Reza sudah ganteng, tapi sayangnya dia pria rusuh.
"Jangan-jangan dia ngerasa kalo aku liatin dia"-batinku lagi.
Kali ini dia sendirian, tak ada dua sahabatnya si Rafel dan Dio.
Kini dia berdiri tepat di depanku, aku memalingkan wajah ke arah lain. Tak mau melihatnya, aku masih sangat kesal dengan sikapnya.
"Ehh anak mama, berangkat sekolah aja masih di anterin" ledeknya. Aku hanya diam, aku tak menghiraukannya.
Ku raih ponsel di saku bajuku dan memainkannya.
"Di sekolah aja sok kuat sok sinis, nyatanya anak mama"
Aku menatap sinis kearahnya. Perkataannya sangat kekanak-kanakan.
"Iya mbak, iyaa" terdengar suara Ibu yang sedang menelfon entah siapa.
"Pagi tante" ucap Reza menyapa wanita yang kini mendekat ke arah mereka berdua.
"Pagi" balasnya, tak lupa ia juga menyunggingkan senyum ramah pada pria itu.
"Bisa sopan juga nih anak ternyata" pikirku dalam hati.
"Kenalin tante, saya Reza" ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
"Mamanya Fara" Ibu membalas uluran tangan Reza. Dan kini mereka berjabat tangan. "Ohiya, Kamu satu sekolah sama Fara?" tambahnya lagi.
"Iya tante, satu kelas malah" jawabnya dengan wajah sumringah. Sangat jauh berbeda dengan sikapnya ketika di sekolah.
"Kamu bawa motor?" Ibu mengedarkan pandangannya, mencari motor milik pria di hadapanku ini.
"Bawa, Tan" ia mengarahkan tangannya, menunjuk pada motor sport berwarna merah yang terparkir di dekat penjual nasi goreng.
YOU ARE READING
BANDANA
RandomKadang persahabatan tak melulu soal sahabatan. Tapi cinta juga bisa hadir di dalamnya.