Bab 8

105 25 1
                                    

Persahabatan baru saja di mulai.

♥♥♥

Aku membuka pintu, dan mendapati seorang pria sudah berdiri di depan sana.

Aku melipat kedua tanganku di dada, menatap sinis ke arahnya.

"Aku tadi udah ijin sama ibu kamu, buat kamu berangkat bareng sama aku" ujarnya.

"Hahh??"

"Ibuu!!" Aku sedikit berteriak memanggil Ibu. Namun tak ada jawaban. "Kemana ibu??"-batinku.

"Tadi ibu kamu sudah pergi ke pasar, kamu berangkat bareng aku" ujarnya lagi.

Aku mengedarkan pandangan keluar, benar motorku sudah tidak ada disana. Bisa dipastikan kalau motorku dipakai ibu ke pasar.

Aku menghela nafas berat. Menurut saja untuk berangkat bareng dia.

Aku naik ke boncengan, dan ia melajukan motor sportnya dengan kencang.

"Pegangan Fa" ujarnya. Suaranya tak terlalu jelas.

"Nggak"

Ia menarik tanganku dan menaruh di perutnya. Dengan cepat aku melepaskannya, namun ia tetap memegangi tanganku dan meletakannya di perutnya.

Aku membiarkannya, namun diam-diam aku menyimpulakan senyum dari bibirku. Meskipun pria itu menyebalkan, tapi aku semakin terbiasa dengannya.

"Ahh" aku segera menepiskan anganku. Dan melepas paksa tanganku yang tadi melingkar di perut pria itu.

Kita sampai di parkiran sekolah. Sudah bukan menjadi hal yang aneh kalo aku berangkag bareng Reza, gosip tentang aku dan Reza berpacaran sudah menyebar luas.

Sudah lelah aku menyangkalnya, mereka tak percaya kalo aku nggak pacaran sama Reza. Jadi aku biarkan saja, mereka tetap dengan persepsinya.

Aku berjalan menuju ruang kelas. Reza mengekoriku di belakang. Sesekali berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya denganku, karna aku berjalan begitu cepat.

"Fa, gue janji ga bakalan jailin lo lagi" ujarnya yang sontak menghentikan langkahku karna dia berdiri tepat di depanku. Dan mengulurkan jari kelingkingnya.

"Ada syaratnya"

"Apa??" Ia mengerutkan keningnya, dan menatapku.

"Lo harus traktir gue selama seminggu, lo nggak boleh berangkat telat, apalagi sampe di hukum gara-gar tidur di perpustakaan, nggak boleh jailin orang lain jugaa. Deal??" Aku mengulurkan jari kelingkingku. Namun belum ku tautkan pada jari kelingking Reza.

"Deal" ia menautkan jari kelingkingnya.

***

Reza menepati janjinya seminggu ini, dia menjadi pria yang lebih baik.

"Kenapa tidak dari dulu saja dia seperti ini"-batinku.

Aku  seneng,  Reza  sudah  mulai  bisa  akrab  sama  kita.  Lima  besar,  lima  orang  yang  bersahabat  untuk  mencapai  mufakat  (itu  musyawarah  untuk  mencapai  mufakat).

"Cafe  Barto  dulu  ya"  ucap  Sindi. Seusai pulang sekolah.

"Oke"  teman-teman  lain  hanya  mengiyakan.

Aku mengemasi barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tas.

Setelah itu kita pergi menuju cafe barto. Cafe itu tempat band Anonyme tampil juga.

"Diantara  kita  nggak  boleh  ada  yang  pacaran,  kita  cuma  sahabatan.  Nggak  ada  cinta  satu  sama  lain.  Janji" 

"Janji"  suara  Reza  lantang  yang  diikuti  oleh  teman  lainnya  sembari  mengangkat  jari  kelingkingnya.

Janji  itu  terucap,  saat  persahabatan  antara  kita  berlima  sudah  saling  memahami,  saling  mengenali  dan  saling  menyayangi.

Sahabat  lebih  penting  daripada  cinta  seorang  pacar,  pacar  bisa  putus  tapi  sahabat  akan  selamanya.  Aku  berbicara  tentang  sahabat  yang  benar-benar  merasa  bersahabat.

"Aku janji banget, karna aku cintanya cuman buat Kak Dino seorang" ujarku.

Mereka hanya tertawa, mereka tak pernah mendukungku bersama Kak Dino. Katanya "Mustahil deh dia bakalan suka sama lo" nah kan jahat banget temen-temenku ini heuheu

"Kak Dino si anak pinter itu, nggak mungkin deh suka sama cewek setengah pria kaya lo. Dia udah ada Citra yang lebih cabtik" kini suara Rafel menimpali.

"Parahh lo yaa, jahat banget lo" aku menepuk bahunya. Dasar temen yang nggak ngedukung temennya buat agar bahagia.

"Gantengan aku kali, daripada Kak Dino itu" kini Reza yang menimpali.

"Ihh, kalian mah pede banget. Jelas-jelas ganteng Kak Dino, udah ganteng, pinter, ketua osis, jago main basket lagi. Perfect kan? Pantesan aja Fara suka" Suara Sindi terdengar mendukungku.

"Tau deh, Sin. Para cowok-cowok ini tuh iri sama kegantengannya Kak Dino. Haha" ujarku pada Sindi.

Tawa kembali memecah, hari itu aku juga tak tau kenapa merasa begitu bahagia. Memiliki empat sahabat yang awalnya memiliki perkenalan yang tak baik, tapi hari ini bisa dengan begitu akrab.

___________

Gimana ceritanya? Semoga tetap nyambung ya sama part kemarin.
(。•́︿•̀。)

BANDANA Where stories live. Discover now