Aku sudah pernah bilang, cinta itu menghancurkan. Lebih baik tak ada cinta diantara kita daripada kita harus menderita karna cinta.
°°°°°°°°°°
Beberapa hari ini, kita jarang ngumpul. Aneh rasanya, kita yang hampir tiap hari bersama harus jauh-jauhan kaya gini.
"Fa, aku tau kamu marah sama Rafel. Tapi kan nggak harus jauhan gini kan?" suara Reza mengejutkanku yang sedang duduk di kantin bersama dua sahabatku.
"Bukan aku yang menjauh Za, tapi Rafel. Aku juga nggak habis pikir kenapa bisa jadi seperti ini".
"Kalo begitu, nanti aku yang ngomong sama Rafel. Kita nggak bisa kaya gini".
Memang tidak bisa sebuah masalah di selesaikan dengan cara diam seperti ini. Saling menjauh pun tidak bisa.
"Ada apa antara kamu sama Rafel, Fa?" Tanya Sindi.
Aku dan Reza hanya saling pandang, gimana caranya cerita ke Sindi dan Rita.
Tapi akhirnya, aku menceritakan semuanya. Soal Rafel yang datang ke rumahku malam itu, dan menyatakan perasaannya ke aku.Untungnya Sindi dan Rita bisa mengerti posisiku.
*********
Kriiingg...
Bel tanda pulang akhirnya berbunyi, semua siswa meninggalkan kelasnya. Setelah satu tahun belajar, hari ini ulangan kenaikan, pelajaran terakhir di kelas 10.
Waktu terlalu cepat berlalu, dan kini tinggal menunggu hasil ulangannya.
"Bakal ada libur panjang, bakal jarang ketemu sama sahabat-sahabatku ini.
Aku pasti akan sering merindukan kalian" aku memeluk kedua sahabatku ini."Cafe dulu yuk" ajak Rita.
"Gue mau ke toko buku dulu" jawabku.
"Yaudah, kita nunggu di Cafe ya"
"Siap".
Aku melajukan sepeda motorku menuju toko buku terdekat dari sekolah.
Aku lagi pengen beli buku buat temen liburan aku.Brakkkk..
Tumpukan buku yang baru saja ku pilih jatuh berserakan di lantai, aku segera memberesinya tanpa memarahi siapa yang menabrakku. Dia Rafel, aku hanya terdiam saat berada di depannya.
Tapi dia memegang tanganku saat mengambil buku itu, tatapan kita bertemu dalam sendu."Jujur aku juga suka sama kamu Raf, kamu orang baik, kamu juga yang nolongin aku waktu itu, tapi aku nggak mau persahabatan kita hancur gara-gara cinta" gumamku dalam hati.
Aku segera melepas tanganku dari pegangannya, aku segera memberesi buku lalu pergi dari hadapan Rafel, membayar buku yang ku ambil.
Kenapa harus ada dia disini,
***********
Malam belum terlalu malam, namun hawa dingin ini menusuk sampai ke tulangku.
Aku mengenakan jaket dan mengambil air hangat di dapur. Malam ini tidak seperti biasanya.
Tok...tok..tok...
"Faraaa, buka pintu sayang".
"Iyaa Ma".
Aku segera membuka pintu, dan ternyata ada Reza sama Rafel.
"Masuk" ucapku.
"Oh Reza sama Rafel, silahkan duduk" ucap ibuku.
Aku segera membuatkan minum untuk mereka berdua, seperti biasanya. Jeruk peras hangat, minuman kesukaan kita berlima.
"Buat kamu" ucap Rafel.
"Apa?" tanyaku saat menerima kotak biru dari Rafel.
"Kamu buka aja sendiri, tapi nanti"
Aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan kata-kata Rafel.
"Aku kesini pengen minta maaf, aku nggak berniat merusak persahabatan kita" ucap Rafel.
"Iya Raf, aku ngerti kok. Mendingan kita lupain semuanya. Anggap aja ini nggak pernah terjadi, kembalikan rasa kamu seperti dulu saat kita sahabatan. Hanya ada cinta sebagai sahabat"
"Baik Fa, aku akan ingat pesan dari kamu".
"Jadi kita baikan nih?" tanya Reza menimpali.
"Iyaa"
Senyum itu mengembang dari Rafel, Reza dan aku. Malam ini memang berbeda. Malam ini istimewa.
************
Satu bulan setelah libur sekolah.
Ada satu hal yang membuatku senang, tapi hari ini aku kembali di hancurkan.
Aku di hancurkan oleh pengungkapan Farhan tentang pacarannya Rafel dengan Sindi.
Bagaimana mungkin Farhan tau, sedangkan aku yang katanya sahabatan sama mereka malah sama sekali tidak tau.
Dan kalo kabar itu benar, berarti mereka telah menghianati janji kita.
Kenapa?"Memangnya kamu tidak tau?" tanya Reza.
"Enggak".
"Setelah beberapa bulan terakhir ini dia murung dan galau gara-gara kamu, dia deket sama Sindi. Dan mereka jadian". Pengungkapan Reza membuatku sakit hati. Dua sahabatku menghianati janji.
"Gara-gara aku?"
"Iyaa, dia pernah kamu tolak kan".
"Coba deh kamu pikirin, kita udah janji nggak bakal pacaran. Tapi sekarang mereka malah pacaran"
"Iya juga sih"
"Tapi kan Sindi pacarnya Satya? Terus Satya gimana?"
"Nah kalo itu aku nggak tau Fa"
Pantesan kemarin waktu Rafel duduk bareng aku, Sindi kayak marah gitu.
Tapi Sindi kok nggak bilang sama aku ya, katanya mereka sahabat aku.
Tapi hal kaya gini aja aku nggak tau.Sekarang juga Sindi lebih sering sama Rafel, mereka menjauh. Walaupun Rafel masih sering duduk bareng aku ataupun sekedar ngobrol. Tapi Sindi, mungkin dia cemburu. Semenjak hari itu Sindi berubah.
Dia yang ku pikir paling bisa mengerti, ternyata malah mereka yang paling bisa menyakiti. Mereka telah menyakiti persahabatan kita.
Semua telah hancur karna cinta ada, ada diantara persahabatan kita.
Ku benci 😭
YOU ARE READING
BANDANA
RandomKadang persahabatan tak melulu soal sahabatan. Tapi cinta juga bisa hadir di dalamnya.