Malam telah berganti menjadi pagi, semburat cahaya matahari telah berada di antara awan yang menyelimuti. Ya, pagi ini mendung, dan cuaca sangat dingin.
Jalanan begitu lenggang, aku bisa lebih cepat sampai ke sekolah, lebih cepat dari biasanya.
Sesampainya di sekolah, ku rasa semua mata tertuju padaku sembari senyum tidak jelas seperti mengejekku.
"Ngapain lo liatin gue!" Ujarku ketus pada setiap mata yang menatap dan menertawaiku.
"Fara, sinii" ku rasakan tangan itu menarikku, Sindi dan Rita menarikku ke sebuah mading sekolah dan menunjukkan fotoku tertempel disana. Foto wajahku dengan ekspesi melamun karna kelelahan juga. Aku langsung bisa menebak, siapa yang melakukan semua ini. Ini kelakuan pria rusuh itu.
"Rezaaaaa" rasanya ada api yang membakar tubuhku. Aku semakin membenci Reza si pria rusuh, troublemaker, cowok jahil. Pokoknya lengkap deh keburukannya.
Aku langsung mengambil foto itu dan menghanpiri Reza di tempat biasa dia tidur, perpustakaan.
Benar, dia ada disana. Sedang tertidur pulas di antara rak buku. Dengan wajah di tutupi buku. Ada beberapa tumbukan buku yang di jadikannya bantal. Mungkin bagi dia, ini adalah tempat tidurnya.
"Eehhh tunggu dulu Fa, daripada lo emosi mendingan pake ini aja" ujarnya.
"Aku menuruti perintah Sindi".
"Ide yang bagus" kataku sembari mengacungkan dua jempol padanya.
Sudah 15 menit pelajaran dimulai, tapi pria itu belum juga masuk kelas.
Pasti dia masih tertidur pulas di perpustakaan, melanjutkan mimpi-mimpinya yang belum selesai. Dasarr.
"Permisi bu" suara pria dari balik pintu. Dia berlagak lebih sopan ketika mendapati guru yang ada di dalam adalah Bu Rahma.
Semua siswa kompak menatap ke sumber suara.
Tawa siswa pecah, ketika pria itu masuk ke kelas. Kini, pria rusuh itu menampakkan raut wajah bingung.
"Kenapa?" Tanyanya pada dua sahabatnya itu.
"Lo yang kenapa, itu muka lo" jawab Rafel sembari mengacungkan tangannya ke wajah Reza.
Ia mengambil ponsel dan melihat wajahnya yang penuh dengan coretan spidol.
Aku, Sindi dan Rita tertawa puas, pembalasan telah berhasil.
Tatapanku dan Reza bertemu, saling mengutarakan kekesalan lewat tatap. Dalam hatiku berkata "impas sekarang, 2 sama"
"Sudah, sudah. Kamu cuci muka sana" ujar Bu Rahma menengahi agar kelas kembali tenang.
***
Bel istirahat berbunyi. Aku berniatan untuk pergi ke kalas Kak Dino, beberapa hari ini aku tidak melihatnya.
"Sindi, Rita gue duluan"
"Oke" jawabnya bersamaan.
Aku menuruni tangga menuju ke kelas Kak Dino. Membawakan minum untuknya.
Langkahku terhenti ketika mendapati pria itu sedang memegang pipi wanita yang waktu itu berada di depan ruang osis dengan dia. Namanya Citra. Kata Sindi, dia satu kelas dengan Kak Dino. Dan satu sekolah juga sudah tau kalo Citra suka sama Dino. Mereka sahabatan sejak kecil, dan mereka sudah seperti orang pacaran.
"Ehhmmm" aku berdehem sedikit keras. Mereka sadar dan akhirnya menoleh ke arahku di ambang pintu.
"Fara? Kamu sedang apa disana?" Kak Dino menghampiriku.
"Aku cuma mau ngasih minum buat Kak Dino. Tadi Fara nggak lihat Kak Dino di kantin, makannya Fara beliin ini" ujarku. Menyodorkan cup minum pada Kak Dino.
Ia menerimanya, dan tersenyum. Namun entah kenapa, seluruh tubuhku terasa panas melihat mereka berdua seperti itu. Meskipun aku juga sadar, Kak Dino bukan siapa-siapa aku.
Citra ikut menghampiriku, ia tersenyum. Aku membalas senyumnya, meskipun itu ku lakukan dengan sangat terpaksa.
"Maaf, aku nggak tau kalo ada Kak Citra juga. Jadi aku beli minumnya cuma satu"
"Nggak papa kok, Fa" ujarnya dengan lembut.
Melihat sikap Citra yang baik seperti itu. Aku makin yakin kalo Kak Dino pasti suka dengan wanita ini. Dia cantik, baik, pinter, mana mungkin dia nggak suka.
Daripada aku semakin sakit, mendingan aku segera balik ke kelas.
"Ya udah, aku pamit ke kelas dulu ya, Kak" aku berjalan dan melambaikan tangan pada mereka berdua.
Duhh, sakit banget kalo ngeliat orang yang kita suka ada peluang suka sama orang lain. Mau marah tapi aku merasa jadi kayak sepatu flatshoes. Nggak ada hak 😢😢 karna aku bukan siapa-siapa.
_________
YOU ARE READING
BANDANA
RandomKadang persahabatan tak melulu soal sahabatan. Tapi cinta juga bisa hadir di dalamnya.