Bab 5

124 27 0
                                    

Malam  telah  berganti  menjadi  pagi,  semburat  cahaya  matahari  telah  berada  di  antara  awan  yang  menyelimuti.  Ya,  pagi  ini  mendung,  dan  cuaca  sangat  dingin.

Jalanan begitu lenggang, aku bisa lebih cepat sampai ke sekolah, lebih cepat dari biasanya.

Sesampainya  di  sekolah,  ku  rasa  semua  mata  tertuju  padaku  sembari  senyum  tidak  jelas  seperti  mengejekku.

"Ngapain  lo  liatin  gue!" Ujarku ketus pada setiap mata yang menatap dan menertawaiku.

"Fara, sinii" ku  rasakan  tangan  itu  menarikku,  Sindi  dan  Rita  menarikku  ke  sebuah  mading  sekolah  dan  menunjukkan  fotoku  tertempel  disana. Foto wajahku dengan ekspesi melamun karna kelelahan juga.  Aku  langsung  bisa  menebak,  siapa  yang  melakukan  semua  ini. Ini kelakuan pria rusuh itu.

"Rezaaaaa"  rasanya  ada  api  yang  membakar  tubuhku.  Aku  semakin  membenci  Reza  si  pria  rusuh,  troublemaker,  cowok  jahil.  Pokoknya  lengkap  deh  keburukannya.

Aku  langsung  mengambil  foto  itu  dan  menghanpiri  Reza  di  tempat  biasa  dia  tidur,  perpustakaan.

Benar,  dia  ada  disana.  Sedang  tertidur  pulas  di  antara  rak  buku.  Dengan  wajah  di  tutupi  buku. Ada beberapa tumbukan buku  yang  di  jadikannya  bantal.  Mungkin  bagi  dia,  ini  adalah  tempat  tidurnya.

"Eehhh  tunggu  dulu  Fa,  daripada  lo  emosi  mendingan  pake  ini  aja" ujarnya.

"Aku  menuruti  perintah  Sindi".

"Ide  yang  bagus"  kataku  sembari  mengacungkan  dua  jempol  padanya.

Sudah 15 menit pelajaran dimulai, tapi pria itu belum juga masuk kelas.

Pasti dia masih tertidur pulas di perpustakaan, melanjutkan mimpi-mimpinya yang belum selesai. Dasarr.

"Permisi bu" suara pria dari balik pintu. Dia berlagak lebih sopan ketika mendapati guru yang ada di dalam adalah Bu Rahma.

Semua siswa kompak menatap ke sumber suara.

Tawa siswa pecah, ketika pria itu masuk ke kelas. Kini, pria rusuh itu menampakkan raut wajah bingung.

"Kenapa?" Tanyanya pada dua sahabatnya itu.

"Lo yang kenapa, itu muka lo" jawab Rafel sembari mengacungkan tangannya ke wajah Reza.

Ia mengambil ponsel dan melihat wajahnya yang penuh dengan coretan spidol.

Aku, Sindi dan Rita tertawa puas, pembalasan telah berhasil.

Tatapanku dan Reza bertemu, saling mengutarakan kekesalan lewat tatap. Dalam hatiku berkata "impas sekarang, 2 sama"

"Sudah, sudah. Kamu cuci muka sana" ujar Bu Rahma menengahi agar kelas kembali tenang.

***

Bel istirahat berbunyi. Aku berniatan untuk pergi ke kalas Kak Dino, beberapa hari ini aku tidak melihatnya.

"Sindi, Rita gue duluan"

"Oke" jawabnya bersamaan.

Aku menuruni tangga menuju ke kelas Kak Dino. Membawakan minum untuknya.

Langkahku terhenti ketika mendapati pria itu sedang memegang pipi wanita yang waktu itu berada di depan ruang osis dengan dia. Namanya Citra. Kata Sindi, dia satu kelas dengan Kak Dino. Dan satu sekolah juga sudah tau kalo Citra suka sama Dino. Mereka sahabatan sejak kecil, dan mereka sudah seperti orang pacaran.

"Ehhmmm" aku berdehem sedikit keras. Mereka sadar dan akhirnya menoleh ke arahku di ambang pintu.

"Fara? Kamu sedang apa disana?" Kak Dino menghampiriku.

"Aku cuma mau ngasih minum buat Kak Dino. Tadi Fara nggak lihat Kak Dino di kantin, makannya Fara beliin ini" ujarku. Menyodorkan cup minum pada Kak Dino.

Ia menerimanya, dan tersenyum. Namun entah kenapa, seluruh tubuhku terasa panas melihat mereka berdua seperti itu. Meskipun aku juga sadar, Kak Dino bukan siapa-siapa aku.

Citra ikut menghampiriku, ia tersenyum. Aku membalas senyumnya, meskipun itu ku lakukan dengan sangat terpaksa.

"Maaf, aku nggak tau kalo ada Kak Citra juga. Jadi aku beli minumnya cuma satu"

"Nggak papa kok, Fa" ujarnya dengan lembut.

Melihat sikap Citra yang baik seperti itu. Aku makin yakin kalo Kak Dino pasti suka dengan wanita ini. Dia cantik, baik, pinter, mana mungkin dia nggak suka.

Daripada aku semakin sakit, mendingan aku segera balik ke kelas.

"Ya udah, aku pamit ke kelas dulu ya, Kak" aku berjalan dan melambaikan tangan pada mereka berdua.

Duhh, sakit banget kalo ngeliat orang yang kita suka ada peluang suka sama orang lain. Mau marah tapi aku merasa jadi kayak sepatu flatshoes. Nggak ada hak 😢😢 karna aku bukan siapa-siapa.

_________

BANDANA Where stories live. Discover now