Prolog

1K 109 40
                                    

       Di malam yang sunyi, hawa dingin menyeruak memenuhi setiap inci atmosfer bumi. Angin berhembus membawa ketenangan. Dedaunan rimbun menari-nari dalam kegelapan, menciptakan bunyi-bunyian khas bersama gelombang sang banyu.

       Sepasang iris emerald terbuka perlahan, menampilkan sinarnya yang redup. Manik menawan itu memantulkan langit malam nan kelam dengan bulan dan bintang sebagai rekan penghias. Disertai surai-surai emas yang terkibaskan seiring tiupan menggigilkan dari sang bayu.

       Sejenak, sang gadis menikmati suasana yang menyelubunginya. Berbaring dengan rumput basah sebagai alas bukanlah hal yang buruk. Detik selanjutnya, tubuh mungil itu bangkit dari kuatnya tarikan gravitasi bumi.

       Sejauh mata memandang, hanya hamparan perairan yang terlihat. Tak ada siapapun, kecuali barisan pepohonan rindang belaka.

       Perlu beberapa detik lagi, agar sang gadis tersadar sepenuhnya. Kedua kaki dan separuh gaun birunya yang basah kuyup telah membuktikan bahwa ini bukanlah alam mimpi. Dirinya berdiri di tepi danau sembari menikmati segala kedamaian yang tersajikan, bukanlah sebuah ilusi.

       Cukup takjub sekaligus menyesakkan, ketika netra menangkap sesuatu yang tak jauh di hadapan. Sebilah logam perak berkolaborasi dengan pantulan sinar rembulan sukses memukau sepasang emerald. Menyaksikan kebisuan benda mati tersebut sama sekali tak mempengaruhi pikiran sang gadis yang hampa.

       Terasa familiar namun terlihat asing. Rasa bingung pun melanda. Langkah tercipta, mempertipis jarak dengan bilah tersebut. Seraya mengabaikan beban zirah―yang entah sejak kapan melapisi sebagian tubuh rampingnya―sang gadis menyentuh gagang si pedang yang menancap kokoh disana. Serbuk-serbuk cahaya lahir dan berdansa ria di sekelilingnya. Menciptakan fenomena yang amat menakjubkan.

       Menutup kelopak mata merupakan cara sang gadis menikmati sensasi yang diberikan. Tak lama, kegelapan kembali mengambil alih seiring padamnya sang cahaya.

       Ukiran berbentuk huruf-huruf kuno nan membingungkan ialah hal pertama yang ditangkap emerald sang gadis. Tak ketinggalan sobekan di beberapa bagian gaunnya disertai bercak merah yang menghiasi. Menimbulkan tanda tanya besar.

        Sementara kedua iris mempesona itu menatap dinginnya tampang sang langit, bibir ranumnya berucap, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

        Sementara kedua iris mempesona itu menatap dinginnya tampang sang langit, bibir ranumnya berucap, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terima kasih kepada semua pembaca yang sudah meluangkan waktunya. Silahkan berikan komentar dalam bentuk saran dan kritik, dengan bahasa yang baik & sopan.

Sampai jumpa tiga hari lagi.
-ulneas (10-5-18)

My FateWhere stories live. Discover now