Fate 14 » Taman Gantung

280 51 41
                                    

• Ӎ-ӱ ┼ Ӻ-ӑ-ԏ-є •      

       Malam belum benar-benar tiba. Butuh puluhan menit lagi sampai sang surya menenggelamkan diri. Terima kasih pada teriknya siang hingga membawa semburat jingga pekat bercampur merah tua beserta biru, membentuk rona ungu yang memikat.

       Di lain sisi, sisa-sisa sinar Dewa Utu menyirami tembok-tembok pasir nan kukuh Babylonia―pagar pembatas si taman legendaris kebanggaan Sumeria Kuno. Melindungi empat insan di bawah bayang-bayang hangat sang gerbang. Salah satunya bersurai pirang, yang kedua sehijau isi taman, dan yang lain bersurai gelap. Dimana seorang gadis menolak diperlakukan bak putri-putri raja di suatu negeri oleh dua wanita. Dari awal ia sudah menduga akan ide Enkidu begitu mendapati tubuh pendeknya yang basah kuyup, meski bagian lengan sampai siku sempat kering waktu itu.

       "Enkidu, ini berlebihan," lirih sang gadis, Saber, mengacu pada pakaiannya sekarang. Baju bagian dalam yang dikenakan tak berlengan apalagi berkerah sehingga memamerkan leher, bahu, dan sepanjang tangan. Sesekali ia menarik-nariknya supaya menutupi pusar, namun tentu saja sia-sia. Bahkan semakin resah juga malu karena rok belah samping berbahan sutra berkualitas yang diikat pada pinggang. Membuat sang gadis menjepit belahan tersebut agar menyatu. "Ya ampun...."

       Enkidu terkikik. Melihat Saber tersipu malu merupakan hiburan tersendiri bagi pria ramah itu. "Kau terlihat sangat cantik, Saber. Kau yakin kau hanya pengembara?" pujinya sembari mengamati pergerakan dua wanita wardum di kedua sisi sang gadis, tengah merapikan busananya―setelah turun dari pedati kuda―yang dominan berwarna merah diiringi beragam corak emas serta aksesoris ringan seperti gelang dan kalung.

       Saber cuma tertawa hambar sebelum berakhir tersenyum kecut. Selamatkan aku! batinnya berteriak. Apalah daya berkat insiden tadi siang, Enkidu sontak memaksakan kehendak. Berjam-jam lamanya Saber menghabiskan waktu di kamar kain demi mendengar perdebatan antara Enkidu dengan nenek penata busana yang sudah menjalani pekerjaannya selama puluhan tahun memilah-milah juga memodifikasi kain berkualitas untuk anggota kerajaan.

       "Sentuhan terakhir, Nona," kata salah satu wanita wardum seraya mengibarkan jubah maroon berhiaskan corak maupun lambang-lambang kebesaran Uruk.

       Ketika kain yang nampak tebal itu menutupi sebagian besar tubuh pendek Saber, ia sedikit lega. Terlebih lagi, si jubah terasa ringan dari kelihatannya. Dua wardum pun menunduk lalu undur diri. Sementara Enkidu mengulurkan tangan. "Mari?" ajaknya, mengulas senyum kala sang gadis menyambutnya ragu-ragu. Pria ramah menuntun Saber melewati gerbang batu, dan di situlah sang gadis lagi-lagi dibuat terpana oleh pesona Uruk.

       Di hadapan, tersaji bangunan liparit putih, berundak-undak, mencapai 3 tingkatan. Ditambah pilar-pilar raksasa yang dengan tegapnya menyangga tiap langit-langit. Seluruh teras ataupun beranda dipenuhi bermacam tumbuhan hijau. Tanaman merambat ikut memperindah warna dinding yang monoton dengan lekak-lekuk sulur-sulur mereka.

 Tanaman merambat ikut memperindah warna dinding yang monoton dengan lekak-lekuk sulur-sulur mereka

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
My FateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon