Fate 8 » Kepulangan

306 61 25
                                    

• Ӎ-ӱ ┼ Ӻ-ӑ-ԏ-є •  

       Hentakan berkala terdengar dari sepasang kaki jenjang milik pemuda bersurai pirang. Ketergesaan tak luput dari setiap langkahnya. Manik sepekat darah pun menatap lurus seakan-akan tak ada yang mampu menarik atensi sepasang ruby tersebut.

       "Gilgamesh," panggil seseorang yang tengah mengekori dari belakang sejak tadi. Enkidu harus bersusah payah demi menyamai langkah sang pangeran, juga menenangkannya. Ia akui, lelaki pirang yang satu itu sangat sukar untuk diajak kompromi. Padahal untuk seorang Enkidu, hal-hal seperti ini tidaklah sulit. "Gilgamesh, mari kita bicarakan lagi masalah ini," lanjutnya tak kalah cepat dengan tapakan kaki mereka.

       Sementara sang putra mahkota hanya diam membisu. Siapapun pasti tahu, pikiran lelaki itu tengah berkecamuk tak karuan sekarang. 

       "Gilgamesh, sudah kukatakan kau tak perlu khawatir," tutur orang kepercayaan di belakang sana. Terus saja begitu. Berharap sang pangeran dapat tenang dan mengatasi persoalan ini dengan kepala dingin. Namun, walau beribu kata terlontarkan tak ada satupun diantaranya yang mampu diserap pendengaran si pirang.

       Muak akan sifat keras kepala seorang Gilgamesh, Enkidu tak punya pilihan lain. Disaat kesabaran telah mencapai batas, ia pun tanpa segan mengacungkan ancaman terhadap sosok di depan. Secepat detik merangkai diri, belasan untaian rantai perak menjulur secara tiba-tiba dari segala arah. Permukaan dinding, langit-langit, hingga lantai. Cukup manjur untuk menghentikan sang pangeran di tempat ia berpijak. Kemudian, "Mereka pasti kembali, Gilgamesh-"

       "Gate of Babylon..."

       Beberapa lingkaran emas tercipta mengurung di udara. Lebar koridor istana yang terbilang luas pun menjadi sesak akibat tindakan mendadak sang pangeran. Beragam muncung senjata tajam menyembul dari setiap permukaannya, siap untuk dilontarkan kapan saja.

       "Ka-kau tidak bermaksud untuk menyerangku, kan, Gilgamesh," ucap si orang kepercayaan sedikit gagap. Iris sehijau daun perdu yang dimilikinya hanya bisa menatap gamang pada sosok pria pirang di depan sana. Sesaat ketenangan zamrud beradu dengan mirah delima yang mengancam.

       Perlahan, untaian-untaian rantai perak terjulur kembali, memasuki tempat asalnya. Kini, penghalang telah lenyap. Tiada lagi yang menghalangi jalannya sang pangeran.

       "Kali ini jangan coba-coba untuk menghalangiku, Enkidu," tutur Gilgamesh seraya memperbesar jarak.

       Si pria ramah, Enkidu, mematung di tempat. Walau senjata-senjata mulia sang putra mahkota juga ikut lenyap seiring langkah pemiliknya, ia tetap saja tak menyangka akan kejadian barusan. Mungkin sudah tiada lagi mimik ramah di wajah seorang Enkidu. Ia tak mengira pula bahwa Gilgamesh dapat berubah menjadi sosok yang gelisah dan dipenuhi keresahan.

       "Tuan Enkidu...," seru seseorang jauh di belakang, tengah berlari mendekat. Orang itu salah satu prajurit Uruk. Napasnya tersengal hingga tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun. Sampai dikira tenang, barulah ia bersuara selantang mungkin, "Kereta-kereta pemasok telah tiba."

       Kalimat barusan menggema di sepanjang lorong istana sekaligus menghentikan langkah sang pangeran yang sudah jauh di depan sana. Gilgamesh berbalik perlahan demi memperlihatkan tatapan tak terdefinisi dari manik ruby yang dimiliki.

• Ӎ-ӱ ┼ Ӻ-ӑ-ԏ-є •    

       Bagai para pengungsi bencana, prajurit-prajurit Uruk sibuk membongkar muatan di setiap kereta. Ketergesaan tak lepas dari pergerakan mereka. Apalagi barang penting seperti iskaranu buatan Assyria, sehingga diperlukan ketelitian juga kehati-hatian di setiap langkah dan gerakan.

My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang