Fate 3 » Penangkapan

422 81 17
                                    

• Ӎ-ӱ ┼ Ӻ-ӑ-ԏ-є • 

       Dentingan logam terdengar memenuhi udara yang kian memanas di hari itu. Mengiringi teriakan panik dari para warga yang menjauh demi keselamatan diri. Kabur dari alun-alun, tempat dimana dua sosok melampiaskan serangan mereka.

       Si pengembara berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menghindari lusinan pedang dan senjata tajam lain yang terlontar ke arahnya. Sesekali kedua emerald itu menatap tajam sosok yang tengah menikmati hal ini. Ayolah, dirinya mulai kelelahan disaat bilah di tangannya belum sedikitpun menyentuh sang pangeran. Apalagi menghapus senyuman angkuh di wajah tampannya.

       "Sialan!" gumam si pengembara. Memacu tubuh pendeknya agar melesat secepat mungkin, bagai timah panas yang terlontar dari senapan berlaras panjang. Meninggalkan jejak berupa retakan di pijakan.

       Sang pangeran membelalakkan mata seiring keberadaan si pengembara di bawahnya yang terkesan tiba-tiba. Bilah di tangan langkai itu terayun ke atas, berniat menghapus ekspresi merendahkan dari lelaki pirang tersebut. 

       Beragam reaksi dicurahkan penonton sekitar begitu cairan merah kental bersimbah memenuhi permukaan tanah.

       "Boleh juga," ucap Gilgamesh, merelakan dirinya memijak tanah kotor nan kering. Iris ruby itu memicing menatap kuda tunggangan yang telah kehilangan kepala. Decakan sempat lolos dari bibirnya.

       Tak puas sampai disitu, si pengembara berlari sekencang mungkin demi mempertipis jarak dengan sosok yang terdiam disana. Bilah pedang telah siap siaga di tangan kiri, juga sesekali mengayunnya untuk mengurangi beban.

       Sang pangeran menengadah, kembali menampilkan senyum angkuh yang dibanggakannya. "Bagus, Pemberontak," lantangnya, "Tapi kau seratus tahun lebih cepat untuk sekedar mengalahkanku!" Tepat di belakang lelaki pirang itu, muncul belasan lingkaran. Beragam senjata tajam menampakkan diri mereka, siap untuk menerjang si pengembara.

       Tak mau mengambil resiko, sosok pemberontak tersebut menghentikan langkah cepatnya, tak jauh dari sang lawan. Memfokuskan kedua emerald-nya pada masing-masing lingkaran yang bisa dengan kapan saja membinasakan tubuh pendek itu.

       Tak dirasa, sudah di depan mata. Tangan pun tergerak kesana-kemari menangkis setiap benda tajam yang melayang ke arahnya. Berusaha mengungguli kecepatan, namun tak mampu. Alhasil, beberapa goresan berhasil terukir di sekujur tangan dan kaki. Akan tetapi, tak cukup untuk menghentikan aksi si pengembara.

       Masih berpegang teguh akan tekadnya, tangan kembali tergerak, bilah tajam pun terayun secara brutal. Hingga sang pangeran mulai lelah dengan sikap membabi-buta yang disajikan dan mulai melontarkan dua bilah pedang―sedikit besar  dan lebar dari ukuran normal―dari sesuatu yang disebutnya Gate of Babylon.

       Kembali menghindar melalui sebuah lompatan tinggi, si pengembara mengayun sang bilah ke belakang. Menyiapkan dorongan kuat agar pedang di genggamannya dapat merusak ekspresi mengesalkan di hadapan.

       Sebelum itu terjadi, nasib sang pedang tak bertahan lama setelah beradu dengan kedua bilah lain, yang entah darimana munculnya. Menyebabkan getaran hebat di sepanjang logam pipih tersebut, sebelum patah dan menjadi serpihan tak berbentuk. Tubuh pendek itupun ikut terlempar, tak terlalu jauh.

       Nafas menderu tak karuan. Lelah itu pasti. Ditambah goresan-goresan menjengkelkan yang semakin perih seiring peluh yang membasahi. Ingin menyudahi, tetapi merasakan sesuatu di genggaman. Apalagi kalau bukan gagang sang pedang yang masih memiliki potongan pendek, peninggalan sang bilah. Cukup untuk melukai.

My FateWhere stories live. Discover now