3. Birthday

1.6K 141 43
                                    

/birthday/

peringatan hari kelahiran seseorang

.

.

.

Tanggal 16 Juni pun tiba. Ulang tahun keempat putriku yang lahir pada saat bunga mawar bermekaran, di negara bagian dengan lambang bunga mawar pula. Itulah mengapa aku menamainya Rose. Sebelumnya aku ingin menamainya Rosalia, Rosalie, atau Rosalinda, namun Surya menolaknya.

"Putriku takkan dinamai dengan nama ala telenovela," ujarnya.

Padahal aku mengambilnya dari novel roman yang sering kubaca. Menyebalkan, dia tidak mengusulkan nama sama sekali, sehingga aku yang menyusun daftar nama, lalu dia hanya menunjuk mana yang ia setujui dan mana yang tidak. Akhirnya kami sepakat dengan Rose Tiara, dipanggil Tiara, yang berarti mahkota. Surya tak mau memanggilnya Rose, karena katanya terlalu biasa dan hanya berasosiasi dengan bunga tersebut.

"Panggil dia Tiara, karena dia adalah mahkota keluarga Jati dan pewarisku," tegas Surya.

Aku tersenyum dan mengambil tangannya, lalu kuletakkan di atas perut besarku. Aku merasa perhatiannya semakin bertambah dengan kehadiran calon putri kami. Setiap malam ia meluangkan waktu membaca buku persiapan menjadi orangtua dan cara membahagiakan istri yang sedang mengandung. Ia memang sangat metodis, namun itu yang membuatnya terlihat manis.

Tunggu. Surya Jati, manis? Kedengarannya memang tidak cocok. Namun itulah yang kurasakan saat itu.

Aku tersenyum memandangi dekorasi pesta di ball room Hotel Waldorf Astoria yang berupa tema kuning keemasan dengan figurin Belle dan Beast dari film animasi Beauty and the Beast. Aku mengundang teman-teman sekolah Tiara, kebanyakan anak-anak orang penting di New York, seperti petinggi perusahaan, pengacara, selebriti, dan politikus.

Tiara terlihat cantik dan menggemaskan dengan gaun kuning ala Belle. Sebagai pangerannya, ia menunjuk Xavier Silva, teman sekolahnya dan putra kedua Tatiana Silva née Sastradireja, sahabat dekatku dan istri salah satu petinggi Goldman Sachs, Santiago Silva. Perempuan blasteran Indonesia-Rusia ini juga merupakan saudara iparku secara tidak langsung, karena sepupunya, Catherine Sastradireja, adalah istri Tanjung, adik Surya.

"Nyonya," panggil Alfred Darmadi, lelaki kepercayaan suamiku, "menurut rundown, acara akan dimulai sepuluh menit lagi. Apakah kita menunggu kehadiran Tuan?"

"Iya, Kak Alfred," jawabku. "Tunggu papanya Tiara datang, baru kita mulai acaranya."

Mataku masih memandangi interaksi antara Tiara, Xavier, dan Phillip Darmadi, putra sulung Alfred. Keluarga Darmadi memang melayani keluarga Jati selama tiga generasi. Sebelum Alfred, ayahnya juga melayani ayah Surya. Bahkan Alfred memboyong keluarganya jauh-jauh dari Indonesia hanya untuk menghadiri ulang tahun Tiara. Di sudut lain, aku melihat Gisella, istri Alfred, sedang menggendong Lita, putri bungsunya, yang lebih muda setahun daripada Tiara, sambil menjelaskan figurin karton Belle dan Beast kepada gadis kecil itu yang terpana melihatnya.

Alfred dan Gisella mungkin tak sekaya aku dan Surya, namun kelihatannya mereka lebih bahagia. Walaupun Alfred telah kehilangan rambut di bagian puncak kepalanya pada usia pertengahan duapuluhan.

Aku menghela napas dan menarik tangan Alfred, melirik ke jam tangannya. Pukul empat sore kurang sepuluh menit. Acara akan dimulai pukul empat, dan Surya belum datang. Padahal aku sudah mengingatkannya sejak kemarin.

"Mr. Alfred! Phillip says I look funny," protes Tiara sambil menyeret tawanannya yang masih tertawa terbahak-bahak. "But Xavier says I look like a princess."

Disillusioned ◇Where stories live. Discover now