[10] Runtuhnya Topeng

4.3K 604 29
                                    


-Runtuhnya Topeng-


::Hear Our Heart::



“Aku takut, Taehyung-ah!”

Taehyung mendesah pelan, menatap lelaki itu lamat. Ia tak mengerti, sejak kapan Min Yoongi yang ia kenal tegas berubah rapuh seperti ini. Walau ia tahu hal ini memanglah sebuah keadaan yang sangat berat, tapi Taehyung tak pernah menduga bahwa semuanya akan merubah seorang Min Yoongi.

Taehyung kembali menarik buku, menulis... kini sedikit panjang dari sebelumnya membuat Yoongi hanya memandang Taehyung dengan tatapan sendu. Yoongi tak begitu tahu apa yang ditulis lelaki dua tahun lebih muda darinya itu, karena tulisannya yang lebih kecil dan sedikit rapat. Sebuah tulisan yang cukup panjang dengan napas berat yang menyertai Taehyung, hingga beberapa saat kemudian Taehyung menyodorkan buku itu sembari tersenyum tipis. Menyebarkan kehangatan pada Yoongi yang telah membeku atas rasa sakit di hatinya.

Aku tahu ini berat, aku bahkan tak bisa membayangkan diriku jika berada di posisimu, hyung. Tapi... harapan itu pasti ada, hyung sendiri yang mengajarkanku tentang itu. Bahwa setelah hari yang menyedihkan, akan ada kebahagiaan. Jika takdir tak membiarkanmu mendengar kembali, kami akan menjadi suara untukmu. Kau tak pernah sendiri hyung, kami ada bersamamu dan Tuhan akan memberikanmu yang terbaik. Kumohon, lakukan operasi itu ┘


“Haruskah?” tanya Yoongi kembali dan Taehyung mengangguk yakin.

“Kita akan selalu bersamamu, hyung!” ucap Taehyung dengan pelafalan yang diperjelas.

Yoongi kembali menunduk, membaca kembali tulisan Taehyung berulang-ulang. Memikirkan kembali tentang keputusan yang membuat keluarganya luntang lantung atas kegelisahan, ia mendesah kembali sembari menatap Taehyung. Memandang mata tajam yang seakan berkata padanya, ‘Semuanya akan baik-baik saja’

“Jika operasi itu gagal, aku akan memukulmu.”

Taehyung tertawa miris namun cukup lega mendengar ucapan itu, “Pukul aku sepuasmu, hyung.”

__Hear Our Heart__

Jimin tak bisa menyembunyikan mata bengkaknya, ia menatap pantulan diri sembari mendesah berat. Diambilnya kacamata miliknya lalu mengenakannya, ia lalu merapikan penampilan dan berjalan keluar dari kamar. Berharap tak ada yang menyadari tentang keadaannya, namun bersama mereka bukan perkara hari ataupun bulan, mengenal mereka bertahun-tahun sudah cukup sulit untuk menyembunyikan banyak hal.

“Percuma kau mengenakan kacamata hitam, kami tahu kau baru saja menangis,” ucapan Namjoon membuat Jimin  mendesah.

Lihatlah!

Dia sudah menduga hal seperti ini. Perlahan dirinya melepas kacamata yang ia kenakan dan membiarkan mata sipit dengan bengkak di sekitar matanya terlihat. Cukup parah dan sedikit memalukan.

“Kau bilang baik-baik saja, tapi ternyata seperti ini?” Seokjin berjalan mendekati Jimin lalu mengacak surai lelaki itu pelan, “Saat merasa sulit datanglah pada kami, bukan menjauhkan diri merapuh sendirian.”

“Aku hanya tak ingin kalian khawatir.”

“Anak bodoh ini,” gerutu Seokjin makin mengacak rambut Jimin tanpa protes dari pemiliknya, “Kau semakin membuat khawatir karena memendamnya seperti ini. Kami akan sedikit tenang, kalau kau meluapkannya pada kami tanpa amarah dan tanpa bersembunyi. Lagipula, Sejin hyung baru saja menelpon.”

Hear Our Heart! ✅Where stories live. Discover now