Bukti (03) = Game

584 103 4
                                    

Daehwi berkunjung ke apartement Jinyoung untuk mengecek keadaan Jinyoung. Dia tahu hari ini Jinyoung bercerita dengan keluarganya mengenai masalah beberapa hari lalu. Daehwi harap keputusan yang diambil memang terbaik untuk semua.

Daehwi pergi ke apartement Jinyoung setelah kuliahnya berakhir hari ini. Terkadang Daehwi iri dengan Jinyoung yang kuliah hanya pada hari senin sampai rabu selebihnya libur, kenapa jadwal Daehwi begitu renggang tapi lima hari full ?

"Apa dia belum pulang?" Gumam Daehwi menanyakan pada dirinya sendiri karena melihat apartement yang sunyi.

Daehwi berjalan menuju kamar Jinyoung yang menyala.

"Apa dia terpuruk lagi ? Ah tapi tak ada bau alkohol." Daehwi kembali bermonolog.

Ceklek.

Daehwi membuka pintu kamar dan pandangannya auto fokus kepada seongok manusia di sana. Daehwi spontan menatap punggung manusia itu dengan tatapan aneh -tatapan akan menerkam?-

Ada tiga hal yang membuat Daehwi iri karena perhatian Jinyoung terlalu berlebihan kepada 3 hal itu.

Satu, Jinae.

Tapi karena Jinae sama-sama manusia jadi keiriannya dapat terminimalisir.

Kedua, berkas dan buku-buku.

Daehwi disamakan dengan berkas dan buku ? Seharusnya Daehwi tak mau tapi mau bagaimana lagi itu kenyatannya.

Ketiga, game.

Sepertinya Daehwi kalah telak jika dengan game. Sudah cukup sampai di sini saja.

Dan saat ini Jinyoung sedang duduk di kursi belajarnya. Matanya fokus ke arah layar ponsel sedangkan tangannya dengan serius menekan layar touchscreen berkali-kali.

Jinyoung sedang main game. Dan dia tak sadar keberadaan Daehwi di kamarnya.

Rasanya kekhawatiran Daehwi selama di kampus tadi sia-sia dan mungkin juga keputusannya untuk ke apartement sang kekasih sia-sia pula.

"Bae-" Daehwi memberi kode supaya Jinyoung sadar keberadaannya.

Tapi nihil...

Hanya suara dari game Jinyoung terdengar.

"Bae-"

Masih nihil.

Kita lihat saja apa yang dilakukan Daehwi.

Klik.

Daehwi mematikan lampu kamar Jinyoung

"Listrik mati?"

Jinyoung bingung dan berdiri dari kursinya dengan mengandalkan cahaya di layar ponselnya.

"Aw"

"Aww bee sakit bee"

Telinga Jinyoung menjadi sasaran empuk tangan Daehwi.

"Kamu kapan sampai sini?"

Basa basi ala Jinyoung.

Daehwi tak menjawab namun tangannya sudah terlepas dari telinga Jinyoung dan menyalakan lampu di kamar.

"Aku mau minum bae, lelah dicuekin." Daehwi meminta ke Jinyoung.

"Oh, sebentar aku ke dapur dulu."

Tak lama kemudian, Jinyoung kembali ke kamar dengan membawa segelas sirup kesukaan Daehwi yang selalu tersedia di apartement Jinyoung.

"Maaf ya tak menyadari kedatanganmu."

"Sudah biasa."

Daehwi menyeruput sirup itu.

"Tadi jadi ke rumah ?"

Jinyoung mengangguk.

"Sudah bicara ke orang tuamu ?"

Jinyoung mengangguk lagi.

"Jawab lebih panjang bae, masa aku harus tanya terus."

Jinyoung tertawa bahagia mendengar gerutu Daehwi.

Cup.

"Aku tak tahan bee hehe."

Daehwi mengusap-usap pipinya karena malu. Sudah mau empat tahun masih malu nih.

"Orangtuaku tetap akan bercerai, mereka memutuskan mengirim Jinae ke rumah nenek dan Jinae sudah setuju. Hari ini itu saja percakapan kami." Jelas Daehwi.

"Syukurlah."

"Sudah sudah, jangan bahas keluargaku. Lebih baik main bareng yuk."

Daehwi kaget.

Main bareng ? Main apa ?

"Main game bee main game. Jangan kemana-mana pikiranmu"

Daehwi memukul kepala Jinyoung ringan.

"Ayo kalau begitu main."

Bukti (03) = Game selesai.

Melebur bersama Jinhwi✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang