Episode 4 Confuse

316 34 0
                                    

Suara gesekan antara sepatu dengan lantai menggema di seluruh ruangan itu. Seorang wanita paruh baya dengan senyum menawannya berjalan memasuki ruangan bak istana. Karpet merah disertai ukiran dinding dengan gaya kuno. Juga lampu temaram yang menyinari ruang besar itu. Langit-langitnya yang nampak mewah dengan lampu hias yang dapat dipastikan beratnya berpuluh-puluh kilo. Wanita paruh baya itu memberi hormat seorang wanita yang terlihat muda walau usianya sudah lebih dari 50 tahun.

“Salam Yang Mulia Ratu,” sapanya sopan. Sedangkan yang dipanggil ratu hanya tersenyum kemudian berjalan ke arahnya.

“Tak perlu seperti itu. Kau sudah kuanggap keluarga disini. Sangat besar pengabdianmu kepadaku.” ucap sang Ratu dengan memegang pundaknya.

“Ah.. tidak pantas aku diperlakukan seperti ini Ratu..” Ucapnya dengan wajah menunduk.

“Kau sudah menyelamatkan anakku Eliz. Sudah sepantasnya aku memperlakukanmu seperti ini, dan jangan panggil aku dengan Ratu. Itu seperti kau adalah orang asing bagiku. Panggil aku dengan namaku saja.” ucapnya lembut

“Baiklah Yang Mulia, m-maksud Saya Mauriz. Berbicara tentang anakmu. Aku tak dapat kembali kebumi dan menyerahkan hadiah yang sempat tertunda. Tapi, aku sudah menyuruh Xiu kesana. Dia sudah menyerahkannya.” Sang Ratu nampak terkejut dengan yang dikatakan oleh Eliz.

“Lalu, apakah dia tetap tidak membiarkannya tahu siapa dirinya?” Eliz hanya menggeleng lemah dan menepuk pundak sang Ratu. Dia telah menganggap sang Ratu adalah putrinya sendiri. Jadi, Eliz tahu rasanya kehilangan.
.
.
.
Hoseok menepati janjinya pada Seokjin. Saat ini Hoseok mengajak Seokjin ke tempat gelap dan jauh dari perkotaan. Butuh waktu 2 jam agar sampai ke sana dengan mengendarai sepeda montor. Hoseok melepas helmnya dan berjalan turun dari montornya. Seokjin mengikuti pergerakan kakaknya dan menatap tempat itu dengan heran.

Hanya halaman yang sangat luas dengan pagar kayu yang Seokjin tahu sangat rapuh. Seokjin yakin jika dibiarkan terlalu lama mungkin pagar kayunya akan roboh.

Seokjin membuka pintu pagar itu pelan. Hawa dingin langsung merasuk ke dalam tubuhnya. Menerpa tubuhnya yang memakai jaket tebal. Hoseok mengikuti Seokjin dibelakangnya. Dia membiarkan Seokjin untuk mengingat tempat itu.

Sebuah rumah kecil nan reyot yang menyapa penglihatan Seokjin pertama kali. Seokjin mengernyitkan dahinya bingung, dia merasa tak asing dengan rumah kecil itu.

“Seokjin,” panggil Hoseok. Seokjin menoleh dan menemukan kakaknya sedang berusaha membuka pintu rumah itu. Pintu itu terbuka dan Hoseok menyuruh Seokjin masuk. Seokjin mengikuti kakaknya masuk kedalam rumah. Mata Seokjin langsung dihadapan dengan sebuah foto hitam putih dengan sebuah bingkai manis. Didalam foto itu Seokjin melihat seorang anak kecil berumur 5 tahun dan seorang nenek tua yang tersenyum ramah ke arah kamera.

“Itu adalah dirimu Seokjin.” Ucap kakaknya.

“Maksud kakak?” Seokjin tidak mengerti sekarang apa yang dimaksud kakaknya.

“Ya, pertama kali kau berada disini kau di asuh oleh seorang nenek baik hati. Dia bermarga Kim sama sepertimu. Oleh sebab itu, kami memutuskan menggunakan marga Kim untukmu.” Jelas Hoseok sambil ikut menatap foto itu. Hoseok mengambil sebuah kotak usang dari bawah meja yang ada disana.

Ia lalu menyerahkan pada Seokjin. Seokjin membukanya dan dia terkejut bukan kepalang. Di dalam kotak hanya berisi tentang foto-foto Seokjin dan neneknya. Saat Seokjin di festifal, bermain air, dan masih banyak lagi.

Tanpa disadari air mata Seokjin tiba-tiba turun dengan mulus di pipinya. Hoseok hanya menatap Seokjin sendu. Sudah saatnya dia tahu. Yah, benar.

“Kakak minta maaf padamu Seokjin. Sebenarnya kamu masih mengingatnya. Tapi, karena kau pernah mengalami kecelakaan. Kau kehilangan sebagian memorimu," jelas Hoseok lagi.

[NamJin] What The Fuck Season 1 - Life MirrorWhere stories live. Discover now