Chapter 08

41K 5.2K 220
                                    

Selamat malam semuanyaa.. Selamat membaca..
😘😘😘


• • •

Taehyung menyesap wine-nya, mengernyit kecil saat rasa panas menyeruak ke tenggorokannya. Pikiran rancunya masih terbayang bagaimana tadi Yoora keluar dari bar dengan berpelukan pada seorang laki-laki.

Jeon Jungkook, kalau tidak salah. Taehyung mengenal laki-laki itu saat Yoora menabraknya dulu. Seringai kecil muncul di sela bibirnya saat menyadari jika calon istrinya itu benar-benar berada di zona aman seorang pria.

"Mengenang masa lalu, Kim?"

Taehyung menoleh untuk mendapati Jimin yang tengah menuangkan cairan merah memabukan itu. Senyum ringan yang terpatri di wajah Jimin begitu menyadarkannya seberapa rasa rindu yang menggenang di hatinya kembali menyeruak di permukaan. Ini sudah sangat lama, namun Taehyung masih bisa begitu merindu bagaimana dulu senyum Jimin sering mencuri keluar di antara mereka. Mereka bertiga tepatnya.

"Tidak akan pernah terlupa, Jim." Jimin mengangguk, mengacungkan gelasnya yang berisi wine dan mulai mendekatkan bibirnya di tepian gelas untuk dapat meneguk minumannya hingga mengernyit sama dengan Taehyung saat cairan merah itu memasuki tubuh atasnya.

Pikiran Jimin melayang bebas tepat setelah tegukan terakhirnya. Mengingat bagaimana surai gelap yang lembut, mata hitam dengan tatapan menghangat, senyum secerah sinaran mentari yang terpatri mutlak dari wajah cantik gadis yang selalu bersama mereka dulu. "Min Hana akan selalu berada di hati kita, Kim.

Ya, hanya Jimin. Hanya Jimin yang tahu bagaimana hancurnya Taehyung saat Hana pergi. Hanya ada Jimin saat itu, dan Taehyung juga tahu bagaimana kepergian Hana pun ikut menghancurkan Jimin.

Dan hanya Jimin yang dengan bodohnya juga pergi meninggalkan Taehyung yang semakin kesakitan saat itu.

Ada hening sejenak saat euphoria rasa sakit menyerebak di hatinya. Taehyung telah melewati masa kelamnya, dan kini dia hanya perlu mengingatnya sebagai hal yang baik, bukan sesuatu yang mampu membuatnya meratapi nasib lagi, terlebih Jimin telah kembali bersamanya malam ini.

"Jadi, apa yang membawamu pulang ke Korea?"

Malam ini adalah malam pertama dimana Jimin pulang ke Korea. Setelah Hana meninggal, seminggu setelahnya Jimin pergi. Meninggalkan Taehyung dengan dukanya. "Kurasa Jepang tidak merubahmu dengan banyak, Jim."

Kekehan kecil dari Jimin, "Aku tak akan pernah berubah, Tae. Kau akan kehilangan untuk kedua kalinya jika itu terjadi."

"Kalau begitu jangan berubah, dan jangan kembali ke Jepang lagi." Taehyung membenarkan perkataan Jimin, menyahut lirih untuk membuat sahabatnya itu tahu seberapa kehilangan dirinya karena kematian Hana dan kepergian Jimin.

"Maafkan aku, kali ini aku kembali pulang, aku akan benar-benar pulang kembali, Tae." Ada selipan rasa berdosa saat Jimin tahu suasana di antara mereka telah berubah sendu. Kesalahannya dulu memang benar adanya, dan Jimin kembali untuk memperbaiki semua.

"Sialan!" Taehyung cepat-cepat mengusap matanya saat dirasa air mata akan meluncur dari sana. Masih sama, memang hanya Jimin yang mampu membuat Taehyung menjatuhkan semua isi hatinya.

"Kau menangis? Astaga! Aku tidak menyangka sahabatku se-mellow ini. Korea benar-benar mengkerak di dirimu, Tae!" Sekali lagi Jimin terkekeh, mencoba menghapus suasana sendu di antara keduanya. Ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, harusnya mereka berdua bersenang-senang.

"Jadi—" Jimin menjeda, mendekatkan diri ke Taehyung dan melirik ke perkumpulan gadis-gadis yang sedari tadi memperhatikan keduanya. "Seberapa besar umur merubahmu? Ingin bermain dengan salah satu di antara mereka?"

Taehyung menggendikan bahunya, menatap Jimin pias sebelum menyeringi kecil, "Tidak, Jim. Aku tidak bermain seperti itu."

Ada tatapan mata tak percaya dari Jimin yang menyorot Taehyung tepat di hazel coklatnya. "Sungguh, aku akan menikah dalam beberapa bulan lagi. Jadi aku tidak bermain seperti itu."

Kedua mata Jimin sukses membulat sempurna, menatap lebih tak percaya ke arah Taehyung. Baiklah, meninggalkan Taehyung dalam beberapa tahun telah membuat dirinya di coret dari daftar pertemanan 'dekat' Taehyung.

"Oh, jadi kau benar-benar tidak menganggapku teman? Sampai berita pernikahanmu aku tahu di waktu yang begitu dekat dengan hari pernikahanmu. Jadi jika aku tidak pulang, kurasa kau benar-benar melewatkan untuk mengundangku, Kim?"

Ada nada tidak terima di sana, Taehyung sedikit terkejut dengan reaksi yang di berikan Jimin.

"Tidak, tidak. Bukan begitu, Jim. Ceritanya panjang, bahkan belum ada sebulan aku mengenal gadis yang akan menikah denganku ini." Sekali lagi tatapan tidak mengerti menghunusnya. "Eomma menjodohkanku, dan aku tidak bisa menolaknya."

Ada helaan nafas begitu panjang, tatapan Jimin semakin dalam dan hanya Taehyung yang mengerti makna tatapannya. "Kau mengenalku dengan baik, Jim. Aku masih mencintai Hana, dia telah hidup dengan baik di hatiku. Permintaan eomma tidak bisa ku tolak."

Kali ini Jimin telah mengerti sepenuhnya keadaan Taehyung, sahabatnya itu berada di posisi yang tidak bisa memperjuangkan keinginannya sama sekali. Sosok Hana telah tiada di antara mereka untuk menjadi alasan perjuangan.

Jimin masih berkecamuk dengan pikirannya tentang kehidupan Taehyung, saat suara lirih Taehyung semakin mengacaukan semuanya.

"Aku hanya perlu mengikutinya kan, Jim? Semua akan baik-baik saja bukan? Aku tetap bisa melanjutkan hidupku dengan gadis lain bukan? Jim—" mata Jimin berpendar redup saat mendapati seberapa kacau sahabatnya. Malam ini untuk pertama kalinya Taehyung menyuarakan semua ketakutan yang telah menghantuinya, "Hana tidak akan pergi dari hatiku bukan? A-aku tidak mau dia menghilang, Jim."

Taehyung merobohkan semuanya, meruntuhkan kekuatan yang dibangunnya untuk menghadapi perjodohan ini. Tidak, sesungguhnya Taehyung begitu ingin menolak keinginan ibunya untuk menikah dengan Yoora. Taehyung tidak ingin menghabiskan sisa kehidupannya bersama gadis lain selain Hana. Taehyung tidak bisa, tak pernah sedikitpun Taehyung membayangkan dimana dirinya menua dengan gadis lain.

Hanya Min Hana, satu-satunya gadis dalam angannya yang bersanding dengannya. Hanya Hana yang mampu membuat impian hidup bersama Taehyung. Menua bersama, bermain bersama anak-anak, mengurusnya bersama-sama dan menjadi saksi hidup bagaimana anak-anak mereka dewasa dan mempunyai kehidupan sendiri.

Hanya bayangan Min Hana yang selalu hadir di pikirannya, menyambutnya setiap pulang kerja, memasakan makanan untuknya, menemaninya tidur di setiap malam, dan menjadi wajah penyambut di pagi harinya.

Hanya Min Hana yang selalu Taehyung impikan dan inginkan, dan tak pernah sekali pun Taehyung membayangkan gadis lain menggantikan Hana. Taehyung tidak bisa, tidak pernah bisa.

Namun kenyataan telah menghancurkan semua impiannya, Taehyung harus menyanding gadis lain, dan Taehyung akan menua bersama gadis lain.

"Tae, kau bisa melewati semuanya. Aku yakin itu. Tapi jika kau tidak menginginkanmya, aku bisa menawarkan diriku untuk membantumu melewati semuanya."

Taehyung menoleh, menatap penuh arti ke arah Jimin. Sampai kapanpun, Jimin akan selalu menjadi sahabat yang mendukungnya.

"Tidak, Jim. Impianku memang telah hancur, namun aku tidak akan pernah bisa menghancurkan impian orang tuaku."


- August 22, 2018

Kim Tae .

Story-nya berkesan bertele-tele gak sih? Sengaja sih, biar kalian dapet feelnya dulu sebelum masuk ke masalah aslinya.. 😘😘😘

Luvluvluv,
Adoreyna

CALLOUSLY [M]Where stories live. Discover now