Chapter 22

37.6K 4.8K 590
                                    

Please, prepare your heart.

* * *

Yoora memejamkan matanya, merasakan angin senja merasuk dari sela jendela mobil yang sengaja di buka. Membiarkan menampar lembut belah pipinya dan berharap mampu membawa pergi jauh berkelana untuk segala pikiran yang merusak hatinya.

Terus dan menerus meresapi pesan seorang Seokjin yang tak jauh tentang besarnya nilai yang berharga dari sebuah keluarga. Yoora harus memikirkan bagaimana perasaan kedua orang tua yang begitu mencintainya jika dia pergi dari dunia ini.

Yoora memang egois, tapi tidak jika menyangkut kedua orang tuanya. Orang yang paling di cintainya.

"Aku tak menyangka jika kau berkata ingin bunuh diri di depan Seokjin hyung." Yoora mendengus kesal, Jungkook sedari tadi begitu rusuh dengan sejuta pertanyaannya tentang konseling yang dia lakukan. Membuat Yoora akhirnya membuka mulut dan berkata bahwa dia ingin mengakhiri hidupnya. "Aku benar-benar tak mengenal seorang Yoora yang begitu putus asa hingga ingin bunuh diri. Kau sungguh bukan temanku!"

Kalimat penuh hinaan itu harusnya membuat Yoora kesal, namun nyatanya dia mampu menangkap maksud terselip tentang seberapa kecewanya Jungkook saat mendengar dirinya ingin mengakhiri hidup. "Aku belum berniat bunuh diri, bodoh! Aku hanya ingin Seokjin oppa membantuku mengingat seberapa berharganya aku saat seperti ini."

"Saat seperti apa? Kau berkata bahwa kau begitu putus asa. Seperti tak ada harapan saja! Itu malah membuatku semakin malu mempunyai sahabat sepertimu. Dia berniat bunuh diri tapi mencari alasan untuk tetap hidup!"

Yoora melirik kesal, mengingat bagaimana Seokjin tadi juga menyebut nama Jungkook sebagai salah satu sosok yang berharga untuknya bertahan. Bagaimana bisa makhluk yang menyamar sebagai temannya seperti ini menjadi alasannya bertahan untuk semua masalahnya?

"Aku tak mengerti mengapa Seokjin oppa menyebut namamu di dalam deret sosok yang berharga dalam hidupku. Namun aku tahu alasannya. Jika aku pergi, ku kira kau akan gila karena kehilanganku. Bukan begitu, Jeon Jungkook?"

Yoora terkekeh mengejek, melirik wajah Jungkook yang mendengus kesal untuknya. Dalam hati dia berlirih, jika Seokjin benar. Jungkook nyatanya jauh lebih berharga dari yang terlihat saat pria itu berkata dengan dalam dan sarat kemutlakan. "Jika kau benar-benar berencana bunuh diri, aku akan mengejarmu ke akhirat untuk membunuh dirimu sendiri dengan tanganku. Aku tak akan membiarkan tangan siapapun mengakhiri nyawamu sendiri selain tanganku, Song Yoora. Bahkan tangan suamimu pun!"

Yoora terdiam, memalingkan pandangannya kembali keluar mobil. Membiarkan mereka terselubung dalam keheningan di antara senja yang semakin menggulirkan lembayungnya yang telah merona.

"Jeon Jungkook, terima kasih. Terima kasih telah menjadi sahabatku dan untuk segalanya yang kau berikan padaku."

Jungkook hanya berdehem sebagai balasan. Membiarkan emosinya mengabur seiring angin yang menyentuh wajahnya lembut. Jungkook tak bisa berkata apapun. Jungkook yakin bahwa Yoora tahu arti penting keberadaan dirinya bagi Jungkook. Jungkook sangat menyayangi sahabatnya itu.

Senja itu kembali mengiringi langkah kaki mereka. Membiarkan lazuardi di langit menjadi dasar memori persahabatannya. Jungkook yakin, jika Taehyung melihat seperti apa hubungannya dengan Yoora, pria brengsek itu akan memakan hatinya sendiri dengan rasa iri dan cemburu. Taehyung benar-benar rugi menyia-nyiakan gadis sesempurna Yoora.

* * *

"Kau tidak membiarkanku masuk ke rumahmu? Aku belum pernah masuk kesana, omong-omong."

Jungkook menatap bangunan di belakang Yoora yang berdiri di pinggir jalan dan baru saja keluar dari mobilnya. Ini pertama kalinya dia mengantar Yoora pulang dan perempuan yang di akui sebagai sahabat baiknya itu tidak menawarinya masuk ke dalam rumah sama sekali.

CALLOUSLY [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang