Chapter 24

38.5K 4.9K 801
                                    

'Bukan hal yang menyakitimu yang membuatmu mendapatkan trauma. Bukan kekerasan fisik yang meninggalkan luka terlalu ketara. Kau sakit lebih dari itu, Yoora. Kau sakit karena hilangnya rasa percaya terhadap seorang pria.'

'Yoora, traumamu muncul sebagai bentuk pertahanan dari dalam dirimu sendiri. Setelah kejadian Jimin, kau tidak dapat mempercayai siapapun untuk memberikan hatimu. Hingga pada akhirnya secara tidak sadar, tubuhmu memberikan penolakan untuk segala jenis sentuhan dari orang yang tidak dapat berkomitmen denganmu. Tubuhmu menolak dengan keras dan tak membiarkan siapapun menyentuhnya.'

'Kesimpulannya, kau tetap tidak akan bisa memberikan tubuhmu pada suamimu jika kalian tidak dapat saling mencintai meski kalian terikat dalam pernikahan. Kau tidak dapat memaksanya, karena penolakan itu muncul dari tanpa kau sadari.'

Yoora tergagap dalam bangun tidurnya. Mendengar memori suara Seokjin berdengung di telinganya. Kepalanya dihantam rasa pening yang menjalar hingga ke belakang, membuat Yoora refleks mengangkat tangannya untuk memijat pangkal hidungnya. Namun seketika pergerakannya terhenti saat matanya menangkap sesuatu yang menghalangi pandangannya.

Ada sebuah tangan, menyilang tepat di depan matanya. Yoora sedikit mengerjap saat menyadari bagaimana keadaannya sekarang. Lengan kiri yang merasakan sakit karena terlalu lama tidur berbaring ke kiri dengan lengan kiri yang menjadi tumpuan. Yoora menyadari setelahnya bahwa ada rasa perih yang menjalar bersama denyutan yang menyiksa punggung belakangnya. Dirinya berbaring menyamping untuk menghindari luka di punggungnya agar tak bersentuhan langsung dengan ranjang.

Lebih mengejutkan dari itu, Yoora mendapati Taehyung tertidur di hadapannya. Dengan satu tangan yang terulur menahan kain basah di keningnya. Yoora memiliki satu kesimpulan, Taehyung merawatnya semalaman. Yoora memang merasakan tubuhnya menggigil semalam sebelum kesadarannya terenggut.

Yoora hanya diam, membiarkan keheningan menjelma di antara mereka. Menatap wajah Taehyung yang tertidur di hadapannya dengan tenang. Taehyung itu tampan, jika tak ada masalah diantara mereka, mungkin Yoora akan jatuh cinta lebih dari awal mereka bertemu. Yoora akan berdoa untuk dipertemukan dengan Taehyung lebih awal sebelum Taehyung bertemu dengan kekasihnya yang telah mati.

Namun sepertinya Yoora kurang beruntung. Meski Taehyung telah menjadi suaminya, tapi sepertinya kondisi diantara mereka berdua bukanlah hal yang harus disyukuri. Yoora merasakan Taehyung yang jauh meski mereka tinggal satu rumah.

Hingga tak lama setelah Taehyung terbangun, matahari beranjak sedikit lebih naik saat Taehyung bangkit dan menatap Yoora canggung. Ada keheningan sejenak sebelum Taehyung berdehem untuk memulai percakapan. Pria itu merapihkan handuk kecil yang basah di kepala Yoora.

"Kau demam tinggi semalam. Apa sekarang sudah membaik?"

Yoora merasakan wajahnya memanas yang dia yakini bukan dari suhu tubuhnya. Perlahan gadis itu mengangguk, membenarkan lipat selimut sebelum tangan Taehyung menyusul dan merapikan letak selimut Yoora.

"Aku akan menyiapkan sarapan untukmu sebelum kau menghabiskan obatmu. Ku harap kau akan segera sembuh."

Yoora masih mengangguk canggung saat perlahan pria di hadapannya bangkit dan berbalik pergi keluar kamar.

Ada helaan nafas berat yang menyertainya saat perlahan Yoora kembali menyamankan tidurnya. Namun niatnya untuk berbaring menghadap ke atas bukanlah pilihan yang tepat saat mendadak punggungnya terasa nyeri bersentuhan dengan ranjang.


Mendapati punggung dengan luka sobek yang cukup dalam bersama memar di beberapa titik bukanlah hal yang baik. Yoora berkali-kali mendesis kesakitan dari dalam toilet saat merasakan seluruh tubuhnya terasa nyeri bersama perih di punggungnya. Ada obat memar yang didapatinya di nakas tadi. Namun rasanya percuma, tangannya bahkan tak mampu menyentuh punggungnya sama sekali. Hanya rasa sakit bersamaan dengan serat kain bajunya menyentuh luka yang belum mengering.

CALLOUSLY [M]Where stories live. Discover now