Chapter 13

37K 5.1K 191
                                    



"Hay, you okay?"

Yoora mengerjap tak tenang, menghela nafas entah sudah kesekian kalinya. Menatap dalam ke arah Jungkook yang tengah mengamatinya semenjak tubuhnya memaksa masuk ke mobil Jungkook dan meminta sang pemilik untuk segera pergi meninggalkan area rumahnya.

"Ceritakan padaku."

Sekali lagi Yoora menghembuskan nafas kesal. Mencoba menetralisir emosi dalam benaknya, namun berakhir percuma karena hatinya telah tersapu benci yang terlampau dalam.

Yoora mengambil jaketnya, menutupi wajahnya sendiri sebelum berteriak kencang yang terbekap oleh kain tebal dari jaketnya. Membuat sosok Jungkook yang ada di sebelahnya mengernyit kebingungan.

Baiklah, beberapa saat yang lalu Yoora menghubunginya. Meminta, memaksa, dan bahkan mengancam Jungkook untuk segera menjemputnya dalam waktu 15 menit. Jika terlambat, Jungkook hanya akan mengenang Yoora sebagai nama.

Sontak membuat pemuda Jeon itu meliar dengan berkendara melintasi jalanan kota Seoul yang seketika di jadikannya jalur sirkuit balapan. Jungkook harus mencapai finish tepat waktu sebelum Yoora benar-benar mengakhiri hidupnya — dalam benak Jungkook berpikir jika sahabatnya itu mengancam untuk bunuh diri.

Hingga tepat di menit 15 kurang sepuluh detik, range rover hitam mengkilat milik Jungkook telah secara serampangan berhenti di halaman rumah Yoora. Di sambut dengan perempuan si pengancam itu dengan segera memasuki kursi penumpang dan meminta Jungkook pergi dari sana secepatnya.

Hingga kini, setelah berkilo-kilo jauh dari rumahnya, Yoora masih belum bercerita apapun pada Jungkook. Perempuan yang entah masih bisa dikatakan perawan atau tidak itu — Jungkook tidak tahu sudah sejauh apa hubungan Yoora dan Taehyung — masih hanya terdiam dengan segala macam decakan dan keluhan rasa kesalnya. Sedikit banyak membuat Jungkook ikut kesal juga.

Jungkook merengut kesal, memainkan lidah di dalam bibirnya hanya untuk menahan puncak kekesalannya, tidak ingin melancarkan serangan ke Yoora yang terlihat jauh lebih kacau. Hingga di detik sepuluh Jungkook menghitung, jika sampai detik 20 sahabatnya itu tidak segera mengatakan apapun, Jungkook bersumpah akan me—

"Jimin datang ke rumah."



Hah?? Apa dia bilang??

"Kim bodoh mengajak si brengsek itu datang. Sialan!"

Jungkook mengerjap, pertama kali Yoora mengucapkan tiga umpatan dalam satu kalimat. Jungkook bisa menyimpulkan semuanya berakhir pada satu sosok yang telah menjadi dendam kebencian di dasar hati Yoora.

"Apa yang di lakukan Jimin di rumahmu?"

Yoora menendang kasar, memukul kosong dashboard mobil Jungkook. Pandangannya menghunus di jalanan depannya saat ingatan permintaan Taehyung melintas.

"Taehyung mengundangnya makan siang. Sepanjang setelah pernikahan, dia tidak pernah makan siang di rumah. Baru saja mau makan siang tapi malah mengajak Jimin. Aaarrrggghhh !!"

Yoora berteriak frustasi. Kekesalannya benar-benar memuncak tapi dirinya tak mampu melampiaskan pada orang yang tepat.

"Beraninya si bodoh itu menghubungiku hanya untuk menyiapkan makan siang untuknya. Yang lebih mengesalkan, dia menyuruhku juga menyiapkan makan siang untuk bajingan itu. Brengsek! Brengsek!"

Baiklah, Jungkook mulai memahami kekesalan Yoora sekarang. Jungkook sangat mengerti malah. Dendam pada Jimin tak akan hilang begitu saja. Pertemuan terakhir keduanya pun berakhir tidak baik, Yoora harus mengakhiri pesta pernikahannya lebih cepat karena mendadak kepanikan menghajarnya di depan para tamu setelah melihat sosok Jimin, yang ternyata sahabat dekat suaminya sendiri.

"Kau menyiapkan makan siang mereka?"

Pertanyaan Jungkook membuat Yoora menunduk dalam, desau nafasnya terdengar semakin berat. Menggambarkan seberapa kuat beban yang di tanggungnya. Sedekat apapun Jungkook dengan Yoora, tetap ada beban dan rasa sakit yang Yoora tanggung sendiri tanpa di temani siapapun. Sebab, pada dasarnya Yoora adalah perempuan yang mandiri.

"Bagaimana pun, aku istri Kim Taehyung. Perintahnya adalah mutlak untuk ku laksanakan. Aku tak bisa menolaknya dan tetap menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Namun hanya mereka berdua, karena aku bisa pergi setelah kau datang tepat sebelum mereka datang. Aku tak mau bertemu Jimin, tidak akan mau bertemu dengannya. Terlebih saat ada Taehyung, aku benar-benar tak ingin bertemu dengan Jimin."

• • •

Lembayung merona, mengantar senja yang masih sama. Pancaran pasukan akhir cahaya berwarna jingga itu begitu memikat dengan langit biru. Terlampau indah lukisan Tuhan yang mampu Yoora nikmati sore ini — sepanjang perjalanan Jungkook mengantarnya pulang.

Setelah tak berarah selama jam makan siang, pada akhirnya Yoora terpaksa mengikuti jadwal Jungkook. Menunggui Jungkook selesai bekerja. Sialnya, Jungkook ada meeting hingga larut jam kantor. Membuat Yoora baru bisa pulang dengan di antar Jungkook setelah senja hadir.

Cahaya terakhir benar-benar telah pergi setelah range rover hitam itu telah kembali ke halaman rumah Yoora. Menurunkan Yoora dari pintu kursi penumpang yang terbuka.

"Aku pulang." Yoora mengangguk, melambaikan tangan pada Jungkook saat mobilnya mundur dan berjalan pergi dari pandangannya. Ada helaan nafas berat saat Yoora menyadari dirinya akan menghabiskan kehidupan bersama Taehyung lagi di dalam rumah yang menyedihkan ini.

Yoora hendak memasuki halaman rumahnya saat mendadak suara mobil mengganggunya dan berhenti tepat di parkiran depan rumah. Yoora sangat mengetahuinya, Taehyung tengah pulang kerja.

Yoora dengan sekuat hati mencoba mengabaikan presensi Taehyung, membuat gadis itu segera melanjutkan langkah kakinya menuju pintu depan.

"Apa seperti tadi caramu menyambut tamu suamimu?"

Suara bariton itu terdengar penuh angkara, membuat Yoora menoleh menatap Taehyung yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Apa ada masalah? Seingatku, aku tidak menaruh racun di makan siangmu."

Taehyung membanting pintu mobilnya kasar, melangkah ke arah Yoora yang terlihat tak gentar apapun.

"Aku selalu meyakinkan diriku sendiri jika kau sangat paham betul mengenai status seorang istri. Ku kira aku tak perlu mengajarimu bagaimana menyiapkan diri menghormati tamu suamimu, bukan malah meninggalkan pesan singkat dan pergi bersama teman laki-lakimu. Song Yoora, ku tanya sekali lagi, kau benar-benar tahu batasanmu bukan?"

Yoora menatap penuh amarah pada Taehyung, entah bagaimana perkataan laki-laki itu telah memancing emosinya yang tengah labil. Sesuatu dalam hatinya meledak penuh angkara dan menatap tajam keberadaan sosok Taehyung.

"Kim Taehyung-ssi, ku perjelas sekali lagi. Aku tahu mana batasanku sebagai istrimu dan mana batasanku sebagai perempuan. Aku melaksanakan tugasku sebagai istrimu dengan menyiapkan makan siang untukmu dan tamu terhormatmu dengan baik. Tapi bukan berarti statusku sebagai istrimu menjadikanku bisa makan siang dengan siapapun, bahkan dengan sahabat baikmu sendiri. Tugasku hanya selesai dengan menyiapkan kebutuhan kalian, bukan untuk menemani kalian." Yoora menjeda ucapannya dengan amarah yang terlalu menggebu, menjadikan Yoora terengah kehabisan nafas. Yoora tidak pernah tahu, jika rasa sakit, dendam, dan kekecewaan mampu berkumpul menjadi satu hingga bisa meledak sewaktu-waktu seperti ini.

Satu kata darinya menutup perdebatan malam itu, "Kim Taehyung-ssi, aku tahu mana manusia yang pantas ku hormati dan mana yang bukan."

- Sept 30, 2018

Kim Tae 😍😍😍

With love,
Adoreyna

CALLOUSLY [M]Where stories live. Discover now