「Chapter 10」

2.5K 450 53
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

[standard disclaimer applied]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Seminggu yang lalu.

Renjun hanya terdiam meski dirinya sungguh ingin berteriak tapi ia tahu itu tidak akan berhasil. Karena orang iniㅡ

"Hi, Renjun."

ㅡsalah satu hal yang tanpa sengaja membuat hidupnya menjadi berantakan.

Keseimbangan tubuh Renjun hampir saja menghilang sehingga ia melangkah kebelakang sebanyak dua kali untuk kembali mendapatkan kendali akan tubuhnya sendiri. Kedua matanya masih terbuka lebar dan tanpa disadari tangannya bergetar cukup hebat, bahkan ia telah menahan napas selama beberapa detik. Tamu yang tidak diundang itu masih setia berdiri dihadapannya dengan sebuah senyuman tipis, wajahnya terlihat segar dan bersihㅡdia adalah pemuda yang tampan.

"Kenapa kamu kemari?" tanya Renjun dengan pelan karena ia tidak ingin tamu itu menyadari bahwa suaranya ikut bergetar seperti tangannya.

"Berkunjung, tentu saja." Senyuman yang ada pada tamu itu menghilang. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik."

"Aku tahu itu." Tamu itu menatap kehalaman rumah sebelum kembali menatap Renjun. "Kamu akan selalu baik-baik saja, apalagi sejak pengorbanan Jeno, kurasa."

"Itu tidak benar." Renjun menatap marah pada lawan bicaranya. "Bagaimana bisaㅡ"

"Ahahaha...," Suara tawa yang berasal dari sang tamu terdengar jelas. "Kamu sungguh lucu, Renjun-ah. Tapi, apakah kamu tidak akan mempersilahkanku untuk masuk?"

"Lucas-gege sedang pergi keluar."

Tamu itu menatap Renjun dengan hati-hati. "Tidak masalah. Aku hanya punya urusan denganmu."

Selama beberapa detik, Renjun terdiam dalam posisinya. Kedua matanya menunjukan tanda kecurigaan yang kuat tapi itu sama sekali tidak berhasil membuat sang pemuda tampan dihadapannya untuk melangkah mundur. Renjun tahu bahwa mempersilahkan pemuda yang menjadi tamu tidak diundangnya itu masuk bukanlah hal yang baik dan bahkan ada kemungkinan dirinya akan terlukaㅡsecara batin.

Merasa bahwa sudah menunggu terlalu lama, tamu itu akhinya mengatakan sesuatu. "Renjun-ah, kamu tahu aku tidak akan pernah melukaimu, bukan?"

"Pembohong," sahut Renjun tanpa sadar.

"Aku melakukan itu demi kebaikanmu...," Kedua mata tamu itu terlihat terluka dengan kata yang baru saja Renjun ucapkan.

"Kamu merusak kehidupanku!!" seru Renjun dalam satu tarikan napas.

Tangan kanan pemuda itu terulur, ingin menyentuh wajah Renjun yang memerah karena menahan tangis. Tapi sebelum sentuhan itu bisa terjadi, Renjun dengan kasar menampar tangan kanan sang tamu agar tidak menyentuhnya. Bukannya merasa kesal atau tersinggung, tamu itu hanya menghembuskan napas pelan dan menunjukkan cengiran menyebalkan pada Renjun. "Kamu yakin tidak ingin mempersilahkan aku masuk?" tanyanya.

"Kamu sudah membuat hidupku berantakan." Renjun memberikan tatapan lemah dan suaranya terdengar bergetar dengan begitu jelas. "Tapi, bahkan hingga detik ini aku masih tidak bisa membencimu."

"Renjun...,"

"Aku benci. Aku benci fakta bahwa aku tidak bisa membencimu, Mark-hyung!"

Tamu yang merupakan pemuda tampan bernama Mark Lee itu tanpa aba-aba segera menarik Renjun kedalam pelukannya. Tidak peduli seberapa keras usaha Renjun agar terlepas dalam kurungan pelukan itu, Mark tetap tidak melepaskannnya dan malah mempererat pelukannya hingga yang lebih muda akhirnya berhenti berontak. Mark menenggelamkan wajahnya pada perpotongan bahu dan leher Renjun, berusaha keras untuk menyembunyikan air matanya yang hampir terjun bebas. Sedangkan Renjun memilih tetap mendongak keatas dan menatap langit, kedua matanya terlihat memerah dan kosong tapi tidak ada air mata disana.

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang