「Chapter 32」

682 83 8
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡ

standard disclaimer applied

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Ketiga pemuda itu berangkat dalam suasana tenang, sama sekali tidak ada yang memulai sebuah pembicaraan ataupun mengeluarkan suara. Renjun berjalan dua langkah di depan, membiarkan Jeno dan Jaemin terus menatap bagian belakang tubuhnya. Renjun bukannya tengah merasa kesal pada kedua pemuda di belakangnya sehingga berjalan lebih dulu karena awalnya mereka bertiga berjalan beriringan hingga tiba-tiba Jeno dan Jaemin melambatkan langkah mereka sebanyak dua langkah sehingga mengekori Renjun seperti anak hilang.

Renjun sendiri tidak bertanya, karena kepalanya sudah disibukkan oleh beberapa 'tugas' baru yang diberikan oleh Ten tadi padahal ia sendiri belum selesai membaca buku yang sebelumnya menjadi tugasnya.

Tak lama, mereka berhasil memasuki kawasan sekolah dan melewati gerbang. Para murid yang ada di sekitar mereka pun langsung memberikan atensi penuh pada mereka lengkap dengan bisikan-bisikan yang menganggu. Renjun dan Jaemin sudah terbiasa dengan itu karena kemana pun Renjun melangkah di area sekolah, ia pasti ditemani oleh berbagai suara bisikan. Renjun sama sekali tidak peduli, tapi Jaemin sering kali merasa kesal dan menegur beberapa murid yang menurutnya berlebihan.

Tapi, bisikan-bisikan ini adalah hal yang cukup baru bagi Jeno dan dia sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang itu terus berbisik sambil menatap Renjun dengan pandangan yang menjijikkan. Merasa sedikit kesal, Jeno menghentikan langkahnya, menatap Renjun dan Jaemin yang semakin menjauh sebelum menoleh ke belakang.

Terlihat Haechan yang baru saja memasuki halaman sekolah dengan pandangan mata yang menatap lurus ke arah merekaㅡJeno, Jaemin, dan Renjun. Kedua mata Jeno sedikit menyipit karena kesal dan dengan sengaja membuat pandangannya dan Haechan bertemu, tapi pemuda yang bermarga sama dengannya itu segera mengalihkan pandangan.

Haechan menundukkan kepalanya dan terus berjalan, sangat terlihat bahwa ia terganggu dengan fakta bahwa dirinya harus melewati Jeno untuk masuk ke gedung sekolah. Meskipun melihat dan tahu bahwa Haechan merasa tidak nyaman, Jeno tetap berdiri di tempatnya dan menunggu Haechan untuk melewatinya.

"Lee Donghyuck," panggil Jeno dengan nada dingin saat Haechan tengah melewatinya.

Mendengar suara dingin itu sukses membuat Haechan menghentikan langkahnya, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk mengangkat kepalanya dan kembali bertatapan dengan Jeno.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jeno sambil terus menatap sinis Haechan yang tengah menunduk.

"A-apa maksudmu?" Haechan mengangkat kepalanya secara repleks karena tidak mengerti perkataan Jeno.

Tatapan sinis Jeno masih ada di kedua matanya, tapi tatapan itu tersamarkan dengan senyuman kecil tanpa arti yang Jeno tunjukkan. "Aku bertanya selama aku pergi, apa yang kamu lakukan?" Ia mengulang pertanyaannya.

"Huh?"

"Kenapa kamu begitu terkejut?" Senyuman di wajah Jeno semakin lebar, tapi itu malah semakin membuat Haechan kebingungan.

"A-aku tidak mengerti...,"

"Ah, kamu kaget karena aku memanggilmu dengan nama aslimu?" kata Jeno dengan tenang. "Aku hanya menanyakan apa kegiatanmu selama aku pergi, Haechan-ah."

Tubuh Haechan menegang saat mendengar Jeno menyebut nama kecilnya.

"Ah, sudah lama aku tidak memanggilmu seperti itu. Dihari pertama pun aku memanggilmu dengan 'Donghyuck', kan?" Jeno seolah-olah mengabaikan reaksi hebat yang diberikan lawan bicaranya dan terus bicara.

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Where stories live. Discover now