「Chapter 12」

2.2K 387 41
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

[standard disclaimer applied]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Sebelumnya di Chapter 9 ⤵

"Bukankah ini rumahnya?" Haechan balik bertanya dengan pandangan polos, tidak menyadari perubahan ekspresi Jaemin yang kembali terjadi.

"Apakah kamu sungguh sebodoh ini?"

...

Haechan kehilangan kata-katanya, ia sungguh tidak menyangka bahwa satu kalimat tadi yang keluar dari bibir Jaemin. Ini kedua kalinya pemuda bermarga Na itu mengata-gatai dirinya dengan ekspresi datar seakan-akan tengah merendahkan derajatnya. Rasa kesal kembali menyelimuti Haechan, tapi kali ini ia berusaha untuk tidak secara konyol meledak hanya karena sebuah kalimat biasa. Seperti yang diduga, Jaemin masih mempertahankan ekspresi meremehkannya setelah Haechan memilih tidak langsung memberikan tanggapan dan menunggu kemungkinan kecil bahwa teman sekelasnya itu untuk meminta maaf atas kata-kata tajamnnya.

"Jadi..., apa kamu tahu dimana rumah Renjun?" tanya Haechan dengan hati-hati, dia tidak ingin kembali terluka dengan kata-kata Jaemin selanjutnya.

"Kamu memang bodoh, ya."

Mendengar itu, Haechan langsung menghela napas panjang, menutup kedua matanya, dan menahan keinginan untuk memukul wajah pemuda tampan dihadapannya saat ini. Haechan sungguh penasaran, bagaimana bisa sikap Jaemin begitu berbeda dengan yang ia amati selama ini? Apakah itu hanya sebuah topeng untuk menutupi sesuatu? Tapi kenapa dan apa yang ditutupi? Apakah itu ada hubungannya dengan..., Haechan tersentak karena pemikiran liar yang ada dikepalanya sendiri.

"Baiklah, karena kamu terlihat tulus. Aku akan mengantarmu ke sana." Jaemin tiba-tiba membuat sebuah keputusan sepihak.

"Ah! Kamu tidak perlu repot, hanya dengan memberitahuku dimana alamatnya saja sudah cukup," sahut Haechan dengan cepat. Lagipula ia tidak yakin bisa tahan untuk bersama Jaemin lebih lama dari ini.

"Tidak masalah. Aku juga ingin berkunjung, sudah satu minggu aku tidak bertemu dengan Renjun-ah." Jaemin menjelaskan tanpa diminta lalu menatap Haechan dingin. "Lebih baik kamu jangan sering berada di sekitar rumah ini."

Merasakan aura dingin yang menusuk, Haechan hanya mengangguk patuh untuk mengiyakan perintah tidak langsung yang Jaemin berikan tanpa banyak tanya meski dirinya penasaran. Memangnya ada apa dengan rumah tua ini?

Tatapan Jaemin sama sekali tidak berubah dan bahkan semakin dingin serta menusuk. "Mana rasa terima kasihmu? Apakah kebodohan membuatmu melupakan itu?"

"Terima kasih?" ulang Haechan yang tidak memahami maksudnya, Jaemin memilih tidak menanggapi respon itu dan segera melangkah pergi. "Ehㅡgamsahamnida, Jaemin!" seru Haechan dan segera mengejar Jaemin yang hampir meninggalkannya dibelakang.

Kedua pemuda itu berjalab tidak terlalu jauh dari rumah tua, hanya melewati beberapa blok dan mereka berhenti tepat didepan pagar besar yang hampir menutupi keseluruhan tampilan rumah dibaliknya. Jaemin dengan santainya membuka pagar itu tanpa menekan bel untuk meminta izin pemilik rumahㅡmembuat Haechan terpekik kecil saat melihat tindakan itu. Tapi, ia tidak mengatakan apapun dan dengan patuh mengikuti Jaemin masuk kedalam setelah membaca papan nama disebelah pintu pagar yang ditulis dalam bentuk kaligrafi Cina dengan romanisasi dibawahnya.

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Where stories live. Discover now