「Chapter 23」

1.5K 250 7
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡ

standard disclaimer applied

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Jeno sangat tahu bahwa hubungan antara dirinya dan Jaemin memanglah tidak terlalu baik. Tapi mereka tetap mempunyai satu tujuan yang sama, mengenai Huang Renjun tentunya. Jeno sendiri tidak terlalu ingat bagaimana ia dan Jaemin berubah menjadi rival abadi dari yang awalnya mereka bisa dibilang sebagai partner in crime sejati. Bahkan ia juga ragu apakah Jaemin juga mengingat perselisihan macam apa yang sukses membuat hubungan 'baik' mereka menjadi retak. Kedua mata Jeno melirik kesamping, menemukan sosok Renjun yang sedang fokus membaca buku tebal dengan posisi bersandar pada punggung sofa serta kedua kaki yang ada atas permukaan sofaㅡmenjadi tempat sandaran buku tebal itu.

"Renjun-ah," panggil Jeno.

"Eum...," Renjun membalasnya dengan gumaman pelan.

"Kamu masih sibuk membaca itu?" Jeno bertanya hati-hati, lagipula ia tahu bahwa buku yang Renjun baca itu bukan buku cerita atau tulis biasa. Itu buku khusus yang berikan Ten untuk pembelajaran Renjun.

"Tidak juga," jawab Renjun dan membalik halaman berikutnya.

"Ayo pergi keluar, ke suatu tempat," pinta Jeno dengan tenang. "temani aku."

Renjun menatap Jeno dengan pandangan curiga. "Kemana?"

Tidak ada jawaban. Jeno mengambil buku dipangkuan Renjun, meletakannya diatas meja lalu mengenggam telapak tangan yang lebih tua satu bulan itu sebelum menariknya keluar dari ruang baca. Renjun tidak protes, tapi tidak juga pasrah dengan Jeno yang seenaknya menarik-narik dirinyaㅡdia dengan sedikit tidak rela menuruti kehendak pemuda bermarga Lee itu. Kedua matanya menatap lurus pada Jeno yang mebelakanginya, punggung itu terlihat sangat lebar sangat berbeda dari saat mereka kecil. Dulu, Renjun memiliki tubuh yang lebih besar dari Jeno tapi sekarang ia terlihat sangat mungil disebelahnya.

Ini juga membuat Renjun teringat kenangannya bersama Jaemin dulu. Siapa yang akan percaya jika Renjun mengatakan bahwa dulu Jaemin adalah sosok payah yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi sekarang, Na Jaemin lah yang senantiasa berada disisi Renjun untuk melindunginya. Tanpa sadar Renjun tersenyum dalam diam, tapi kebahagian itu tidak bisa sepenuhnya tersembunyi karena tanpa sadar pula bersamaan dengan senyuman itu ia mengenggam tangan Jeno dengan sedikit lebih erat.

"Mengingat masa lalu?" terka Jeno yang terus melangkahkan kakinya.

"Eum." Hanya sebuah gumaman kecil yang menjadi jawaban.

"Itu bagus. Kamu jadi senang," sahut Jeno lalu menoleh kebelakang, sepasang matanya bertemu langsung dengan sepasang mata Renjun, dan memberikan senyuman lembut.

Jeno itu benar-benar sehangat mentari.

"Kamu masih belum bilang ingin membawaku kemana," kata Renjun saat Jeno sudah kembali menghadap kedepan.

"Nanti kamu juga akan tahu." Jeno sama sekali tidak berniat mengatakan tujuan mereka kepada Renjun.

Kedua mata Renjun menyipit, menatap sinis pada Jeno yang sedang bermain permainan rahasia padanya. Orang lain mungkin tidak akan bisa melakukan permainan rahasia pada Renjun karena ia benar-benar sangat hebat dalam menebak atau menganalisis suatu rahasia tapi di dunia ini ada dua orang yang paling tidak mungkin ia kalahkan dalam permainan rahasia, Lee Jeno dan Kim Dongyoung. Renjun tiba-tiba teringat sesuatu, kenangan lama yang tidak terlalu membekas dalam hati dan pikirannya.

"Renjun-ah, apakah kamu percaya ramalan?" Dongyoungㅡaka Doyoungㅡmenatap Renjun dengan senyuman lembut diwajahnya. Ia mengusap pelan puncak kepala Renjun, menatapnya penuh kasih.

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Where stories live. Discover now