「Chapter 22」

1.4K 257 14
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡ

standard disclaimer applied

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Ten membaca buku dihadapannya
dengan tenang, lalu seulas senyum terukir diwajahnya saja menyadari bahwa pintu perpustakan pribadinya telah dibuka. Perlahan, ia menutup buku ditangannya dan menoleh kesamping hanya untuk menemukan sosok tampan yang tengah berjalan kearahnya dengan tatapan hangat. Dalam sekejap, Ten berada didalam dekapan pria itu dan pelipisnya mendapatkan sebuah ciuman ringan.

"Jeno sudah kembali," kata pemuda itu dengan tenang.

"Aku tahu." Ten meletakkan bukunya pada rak didekat situ.

"Kamu tidak khawatir pada Renjun?"

"Tentu saja khawatir, tapi sang pangeran kegelapan dari sisi gentlelity ini tidak mau membebaskanku dari istana dingin ini," jelas Ten tanpa peduli bahwa sang pangeran kegelapan yang ia sebutkan itu merasa tersinggung.

"Huft. Kamu selalu mengatakan itu, kenapa tidak meminta mereka saja yang kemari?" Lee Taeyongㅡ pemuda yang diberikan gelar sang pangeran kegelapan oleh Ten ituㅡmengeratkan pelukannya pada Ten.

"Mereka perlu sekolah."

"Mereka bisa bersekolah disini, bahkan kamu bisa menjadi guru mereka." Itu adalah kata-kata yang sering sekali Taeyong katakan setiap kali mereka berdebat mengenai Jeno dan Renjun.

"Membosankan sekali." Ten memutar bola matanya dengan raut kesal sebelum ia menatap lurus kearah Taeyong. "Sesuatu terjadi?"

"Tidak. Aku hanya ingin memberitahukanmu perihal Jeno," jelas Taeyong sambil melepaskan pelukannya dan mengulas senyuman kecil diwajah rupawannya.

Ten berusaha untuk tidak khawatir dan mengangkat kedua bahunya. "Aku harap kamu tidak menyembunyikan apapun dariku."

Taeyong tertawa.

"Apa yang lucu, huh?" Ten menjadi lebih kesal.

"Kamu lupa dengan perkataan Markie?" tanya Taeyong yang mendapatkan respon tatapan bingung dari lawan bicaranya. "Kamu, Ten Youngheum Lee. Tidak mungkin tidak tahu apapun di dunia ini, karena mata dan telingamu itu ada dimana saja."

"Itu berlebihan, aku bahkan tidak bisa membaca pikiran orang lain seperti Doyoung-ah."

Kedua tangan Taeyong terangkatㅡtanda ia tidak terlalu memperdulikan sanggahan dari Tenㅡlalu ia mengenggam salah satu telapak tangan Ten dan menarik pemuda yang lebih muda keluar dari perpustakaan. Ten yang ditarik hanya bisa menatap Taeyong dengan heran, sang pemilik gelar pangeran kegelapan itupun masih belum mengatakan apapun dan malah mengenggam tangannya dengan lebih erat. Mereka terus berjalan dilorong istana, beberapa menit pun sudah terlewati dan untuk pertama kalinya Ten baru menyadari bahwa istana tempat ia tinggal ini sungguh luas.

"Ada apa?" Akhirnya Ten membuka mulutnya untuk bertanya.

"Kamu kedatangan tamu," jawab Taeyong seadanya.

Ten mengernyit tidak suka, jika ia mempunyai tamu kenapa Taeyong tidak mempersilahkan tamunya itu untuk menunggu diruang tamu? Lagi pula, ruang tamu di istana ini bahkan lebih nyaman dari hotel bintang lima.

"Dia tidak akan suka masuk ruang tamu kita," jelas Taeyong tanpa diminta, hidup bersama Ten selama beberapa tahun terakhir membuatnya bisa dengan sigap mengetahui isi kepala cantik milik Ten itu.

"Kenapa?"

"Dia juga tidak suka aku, dia adalah tamu yang hanya bisa diatasi olehmu, sayang." Taeyong menghentikan langkahnya didepan pintu putih bernuasa vintage yang sangat antik.

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Where stories live. Discover now