23• Abience

40.1K 3.8K 303
                                    

you're stronger than your past

Keyla Keylana
••••

[DUAPULUH TIGA]


"SI BANGSAT!"

Steve mengumpat kencang ketika Keyla baru saja menyelesaikan cerita kelamnya dulu. Dengan beberapa pasang telinga yang mendengar, termaksud Raynzal pastinya.

Cowok itu hanya diam sepanjang cerita, sesekali terdengar melepaskan napasnya kasar. Dan Keyla paham, jika kekasihnya itu tengah dilanda kekesalan yang luar biasa.

Tidak dengan Al dan Steve yang beberapa kali terdengar mengumpat tak jelas. Seperti tidak terima saat tahu gadis cantik seperti Keyla pernah diperlakukan sekurang ajar itu dulu. Oleh manusia berjenis kelamin laki-laki pula.

"Bokap lo emang gak tau?" dari atas sofa sembari membaca buku matematikanya, Derren berkomentar.

"Tau." jawab Keyla yang jelas saja menghadirkan wajah bingung dari para pendengarnya.

"Terus? Kenapa masih biarin lo deket-deket sama si micin?" sambung Richard kesal.

"Orang tuanya partner bisnis Bokap gue, gue yakin sih, pasti keluarganya bawa banyak keuntungan untuk perusahaan Bokap. Makanya pas si setan itu sok jelasin dan bilang nyesel, Bokap maafin."

"Segampang itu!?" Tanya Al tak percaya.

Keyla menatap Al sembari tersenyum tipis, "Money can buy everything, right?"

Ucapan Keyla membuat semua orang bungkam, tak menanggapinya karna takut hanya akan membuat situasi semakin rumit sekaligus memperburuk mood Keyla.

Melihat situasi yang sedang kritis, Alpun memutar otaknya keras, "Guys, gue mau nanya deh,"

Semua perhatian beralih pada Al, mununggu cowok itu mengutarakan pertanyaannya dengan wajah serius.

"Emang bener ya, kalo jomblo pergi ke Palestina, bakal banyak yang nembak?"

Tak bisa dipungkiri lagi, seberapa besar keinginan semua sobatnya itu untuk menendang bokong Al sekarang juga. Terlebih Steve yang sudah merasa kalau lelaki berambut keriting itu baru saja membuang waktu berharganya.

Membuat keduanya terlihat berlari mengitari ruangan ini dengan posisi Steve yang berada di belakang Al. Sementara yang dikejar, nampak tertawa dengan kencang. Merasa apa yang dirinya lakukan, berhasil.

Menghadirkan tawa bagi para penontonnya, meski hal itu tidak berlaku untuk Raynzal.

Pikiran cowok itu melayang entah kemana, dan saat ini, hanya Keyla dan Arga yang menyadarinya.

Si tampan berjaket hitam itu terlihat sibuk menggoyang-goyangkan gelas berisi winenya sembari berfikir keras. Karna sebenarnya, mencairkan suasana bukanlah sifat Arga sama sekali.

"Nyet?" memutuskan untuk tak membiarkan Raynzal tenggelam dalam pikirannya terlalu lama, Argapun bersuara, mengalihkan perhatian Raynzal, "Lo belom beli hp?"

Cowok itu menggeleng singkat, "Belom, besok aja," setelah menjawab, maniknya terlihat beralih pada Keyla, "Kalo ada apa-apa, telfon ke nomor Steve aja."

"Apaan!?" secepat kilat Steve merespon, padahal tadi jelas-jelas cowok itu masih sibuk bersenda gurau dengan Al, namun telinganya ternyata masih berfungsi dengan baik.

"Hp lo siniin, besok gue balikin." pinta Raynzal enteng, tidak seenteng ekspresi Steve yang kini tengah memasang wajah tak sukanya atas ide menyebalkan Raynzal.

Petrichor [Spin Off 1 novel Shanin's Diary]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang