28• Querencia

35.2K 2.8K 56
                                    

i really believe you were the greatest thing that ever happened to me

Ravano Gastara
••••

[DUAPULUH DELAPAN]

SEDARI awal Keyla membuka matanya hingga detik ini, gadis itu terus-menerus menampilkan senyum lebarnya, sembari bercermin untuk memandangi pakaian yang sedari tadi sudah melekat ditubuh mungilnya. Sesekali gadis itu bersenandung kecil mengikuti irama yang terputar tanpa sengaja di otaknya.

Mengingat kalau hari ini, tepatnya hari minggu, Raynzal berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Pertama kalinya seorang Raynzal menawarkan ide menggiurkan yang jelas saja Keyla setujui tanpa berfikir dua kali.

Rambut yang padahal sudah terlihat rapih itu kembali Keyla sisir kuat-kuat ketika matanya bertemu dengan jam dinding di kamarnya. Lima menit sebelum waktu itu tiba.

Kembali menatap pantulan tubuhnya di cermin untuk meyakinkan dirinya kalau ia sudah siap untuk bertemu sang pangeran. Sebelum langkah kaki berbalut sepatu kets nyamannya itu, perlahan mendekat ke arah pintu kamarnya dan berakhir dengan menguncinya rapat-rapat.

Tak ingin ada yang memergoki dirinya karna saat ini, aksi 'kabur' Keyla akan segera dimulai. Gadis dengan rambut tergerainya itu berlari kecil menuju balkon kamarnya, memandangi sekeliling jalan untuk menemukan sosok Raynzal. Namun sejauh mata memandang, hanya hening yang menyapa. Ia tak berhasil menemukan sosok yang sudah dirinya tunggu-tunggu.

Memaklumi kalau seorang manusia bisa saja terlambat, Keyla sempat menunggu dengan sabar. Kaki yang sudah gatal ingin melompat turun itu bergerak-gerak gelisah. Matanya tak berhenti memandangi jalanan disamping rumahnya. Masih belum menemukan sosok Raynzal walau dirinya sudah berdiri hampir 30 menit.

Gemas sendiri, dikeluarkannya ponsel miliknya yang berada di dalam saku belakang celana jeansnya. Menghubungi nomor Raynzal dan menunggu sang empunya telfon untuk mengangkat.

"Dia kemana, sih?" gumam Keyla kesal karna gagal pada percobaan pertama, namun hal itu tak membuat Keyla menyelesaikan aksinya dan kembali menghubungi nomor itu.

Ketiga kali, keempat kali, bahkan sampai dua puluh kali Keyla mencoba untuk menghubungi nomor Raynzal, gadis itu tetap tak mendapatkan jawabannya.

Dengan kesal, dihentakkan kaki milik Keyla ke lantai. Tangannya ia pergunakan untuk menghapus keringat yang sudah mengotori wajahnya. Belum lagi tambahan minyak yang membuat mood bagus gadis itu merosot jauh.

Tidak biasanya Raynzal ingkar dengan janji yang ia buat. Apalagi ini merupakan ajakan pertama Raynzal untuk pergi berkencan dengannya, jadi mustahil rasanya kalau Raynzal bisa lupa.

Karna mood yang sudah seharian ini Keyla dirikan rusak, kembali berjalan ke dalam kamarnya sesudah melemparkan tas tentengnya ke lantai adalah hal yang gadis itu pilih.

Sudah tiga jam lebih Raynzal terlambat, tunggu, tidak ada orang yang terlambat selama itu. Artinya Raynzal benar-benar tidak datang, dan semua ajakan yang cowok itu tanyakan padanya semalam hanyalah omong kosong.

Dengan bibir yang maju, Keyla mendaratkan bokongnya di atas kasur. Menahan tangis dan kecewa yang entah mengapa sangat terasa di dalam dadanya. Memilih menarik napasnya dalam-dalam ketika susulan suara ketukan dari arah pintu kamarnya terdengar.

Walau malas, gadis itu tetap memilih bangkit dari posisinya untuk kemudian membukakan pintu kepada siapapun manusia yang semakin memperburuk hari minggunya itu.

"Hai!"

Sayangnya, aura negatif yang Keyla kira akan menghantui sepanjang hari, seketika sirna saat senyum manis dari arah Ravano menghampiri.

Petrichor [Spin Off 1 novel Shanin's Diary]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang