06

4.1K 594 23
                                    

Aku langsung menyuruhnya duduk saat kami tiba di UKS. Dengan cekatan, aku mengambil obat merah lengkap dengan kapas dan plesternya.

Pasti abis ini Jeonghan terharu karena ketua kelasnya sangat perhatian. Haha.

"Mana sini yang luka." Interupsiku ketika aku siap.

Jeonghan menarik sedikit celananya dan aku mendapati luka dengan darah yang sedikit mengalir disana. Geez.

Lalu dengan segera aku berjongkok agar bisa mengobati Jeonghan dengan mudah.
Yang diobatin sih diem-diem ajatuh sambil nyengir-nyengir ngga jelas.

Ternyata, ada untungnya juga menemani Jeonghan menjalani hukuman. Selain karena tanggung jawab, aku juga mau cari angin segar. Sekalian juga mengejek Jeonghan sih.

Abis menyenangkan.

Aku mengobati lukanya dengan pelan. Sekali-dua kali aku sengaja sengan kasar menekan lukanya, yang setelahnya cuma disambut ringisan perih dari Jeonghan. Asik kan.

"Besok-besok jangan terlambat lagi." Kataku datar lalu menutup lukanya dengan kapas dan plester.

"Kalo diobatin sama kamu terus sih mending aku telat tiap hari aja."

"Aish."

"Aku serius, Jeonghan."

"Loh, aku lebih serius, Jenna. Apalagi soal kita."

Huh.

Ingat, cuma gombal. Mangkanya cuma aku yang sampai sekarang masih tahan bersama Jeonghan. Kalau yang lain, Jeonghan baru ngomong baik aja, pasti mereka bakal guling-guling nggak jelas saking nge-flynya.

"Dih. Udah nih, ayo kekelas." Ujarku lalu pergi duluan meninggalkan Jeonghan dibelakang.

***

Sekarang waktu istirahat udah mulai habis, dan hebatnya, aku belum dilabrak lagi sama Yena. Atau sama yang lain.

Iya, nggak cuma Yena dan gengnya aja yang ngelabrak aku. Waktu itu juga pernah adik kelas melabrakku. Kakak kelas juga pernah tahun lalu.
Lumayan, punya bahan cerita buat anak nanti.

Setiap dilabrak, aku hanya cerita sekilas aja sama Jeonghan. Aku hanya bilang kalo sampai segitunya pesona Jeonghan. Padahal kan aku cuma menjalankan tugas sebagai ketua kelas yang baik.

Ya sekalian jugasih. Hehehe.

Jeonghannya cuma ber oh ria aja tuh tiap aku cerita kalau habis dilabrak. Ya mau gimana lagi.

Aku sedang mengemban tugas mulia mengembalikan Jeonghan kearah yang benar. Hahaha.

Nah, karena bel sepertinya sudah mau berbunyi, aku lantas pergi ke rooftop sendiri. Si Yuri mana mau menemaniku.

Aku berjalan santai menuju atas. Pasti Jeonghan lagi tidur.

Dan benar aja. Doi lagi tidur yang tempatnya diatur sedemikian rupa biar wajahnya kehalang sinar matahari, tapi tetap anginnya sampai ke wajahnya. Heran, seenak itu tidur di atas?

"Han, bangun." Aku menepuk badannya pelan. Awal-awal mah pelan. Hahaha.

"Siapa yang tidur." Ia kemudian bangun lalu mengacak rambutnya kasar.

Loh kok aneh.

"Ngapain liatin aku sambil bengong kayak gitu? Terpesona ya?" Katanya sambil menaik-naikan ujung alisnya.

"Idih amit-amit. Ayo ah." Aku berbalik lalu berjalan duluan.

"Sayang, tungguin dong!"

"Apaan sih sayang-sayang!"

***

Kegiatanku sehabis pulang sekolah nggak muluk-muluk dari ngerjain pr. Kayak sekarang.

Sekarang pukul 7 malam, dan aku belum sampai rumah. Pr ku juga belum dikerjakan. Salahkan Jeonghan yang tiba-tiba minta ditemani jalan-jalan.

"Tumben banget ngajak jalan-jalan gini. Ngga jelas pula mau kemana."

"Mau main aja sama kamu, emang nggak boleh?"

"Nggak." Jawabku datar sambil terus berjalan disampingnya.

Gila, jalanan disini isinya anak SMA semua, persis seperti kami. Tapi bedanya, rata-rata perempuan semua.
Udah gitu, matanya pada melihat kearah Jeonghan semua.

"Ish." gumamku risih karena akupun juga dilihati oleh mereka.

Tiba-tiba, Jeonghan merapatkan tubuhku sehingga tubuhku menempel dengannya.

"Kenapa? Cemburu ya, aku diliatin terus?"

"E-enggak."

Iya!!!

ㅇㅇ
vomment dong biar semangat he🌚

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Where stories live. Discover now