Bonus: 1

3K 378 10
                                    

Yoon Jeonghan

Menjalani kehidupan setelah menikah itu memang luar biasa nano-nanonya.

Ada banyak perubahan-perubahan yang baru aku tau dari Jenna.
Kadang, ada hari dimana Jenna super manja, kadang pula ada hari dimana Jenna galaknya macam singa.

Tapi, apapun suasananya, aku bahagia. Jelas, gimana nggak, hampir setiap pulang disambut didepan pintu oleh istrimu sendiri?

"Aku pulang!" Aku sengaja berteriak ketika sampai dirumah, lalu mengernyit ketika keadaan rumah yang sepi. Memang sih sekarang hanya ada aku dan Jenna, tapi biasanya dia selalu menyambutku ketika aku baru pulang kerja.

Aku melihat jam yang melingkar ditanganku, pukul 10.
Walau semalam apapun, Jenna pasti tetap hadir dibalik pintu. Nah masalahnya, malam ini kenapa dia nggak ada?

Aku mengecek rak sepatu, melihat-lihat kalau ada yang kosong tempatnya—yang ternyata enggak ada.
Berarti Jenna ada dirumah.

"Jen?"

"Jenna?"

"Sayang?"

Karna nggak dibalas sautan apapun, aku langsung panik dan pergi kekamar—mendapati dirinya enggak ada disana.

Aku berlari kecil menuju tangga kelantai 2, siapa tau ada dia yang sedang beres-beres rumah.

Tapi nihil juga.

Duh, Jenna kemana sih?

Aku kembali lagi ke kamar, mengendurkan dasi yang terasa mencekik leherku, lalu melempar tas kesembarang arah.
Aku mengambil handphoneku yang ada dikantung celana, memencet tombol dial nomor satu disana.

Sial, handphonenya berdering disamping nakas tempat tidur.

Eh, tunggu.

Aku mendengar suara air yang mengalir dari kamar mandi. Maka detik selanjutnya aku membuka pintunya dan mendapati Jenna yang—

"Loh?! Jen?!" Aku terkesiap panik melihat wajah pucat Jenna yang sedang terduduk ditoilet, lalu aku berjongkok agar sejajar dengannya.

"Kamu sakit? Kalo sakit kenapa nggak telfon aku aja tadi, hm?"

"Katanya kamu ada rapat,"

"Kan aku bisa minta izin. Yaudah, sekarang ke dokte—"

"Bentar." Ia terkesiap bangun lalu pergi ke wastafel, mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.

Aku hendak menghampirinya, tapi tangannya sudah terjulur mengenai dadaku, lantas aku mengernyit.

"Jangan liat. Nanti kamu jijik."

"Ngaco kamu," Kataku sambil menghampirinya dan memijat lehernya pelan. Melihat ia yang terus-terusan seperti itu tanpa mengeluarkan apa-apa dari mulutnya membuat hatiku sakit.
Aku nggak suka ketika Jenna sakit dan dia nggak bilang apa-apa padaku.

Ya Tuhan, Jenna kenapa?

Ia terduduk lagi ditoilet.

"Mau minum?" Tawarku. Ia menggeleng.

"Kamu kenapa, Jen? Salah makan, ya?"

"Enggak."

Aku menggapai punggungnya, lalu menepuk-nepuknya pelan agar Jenna merasa nyaman.

"Lain kali kalau sakit bilang, ya. Yang sakit nggak cuma kamu Jen, tapi aku juga. Aku sakit kalau kamu nggak bilang apa-apa sama aku."

Ia melepaskan pelukanku, lalu aku mengernyit.

"Bentar," Katanya sambil bangun dari toilet, lalu pergi ke nakas yang ada disebrangnya. Dia terlihat mengambil sesuatu disana.

"Hadiah ulangtahun kamu besok, aku kasih sekarang aja." Ia menjulurkan tangannya, memberikan kotak berbentuk persegi panjang.

Aku mengernyit.

"Buka aja."

Aku mengangguk sambil membuka kotaknya, didetik berikutnya aku mengernyit.

Tunggu.

Sebentar.

Aku masih belum paham.

"Aku hamil, Jeonghan."

Aku nggak tau lagi harus bilang apa.

Maka didetik selanjutnya, aku memeluk tubuhnya erat. Erat sekali.

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon